TEACHING STYLE GURU
TERHADAP PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA
Oleh: Jawi"Marbawi"Al-Kurdy
Guru adalah salah satu komponen dalam proses belajar
mengajar yang secara potensial dan professional turut serta atau berperan dalam
usaha pembentukan sumberdaya manusia, sama halnya dalam sisi jasmaniah maupun
rohaniah. Guru juga dipandang sebagai salah satu unsur atau komponen terpenting
dalam hal pemberdayaan manusia yang terkait dengan proses kependidikan. Dalam
bidang kependidikan seorang guru harus berperan secara aktif dan menempatkan
posisinya sebagai tenaga profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin
berkembang.
Selain guru dituntut harus benar-benar profesional, sosok
guru juga harus memiliki kepribadian yang luhur dan berwibawa. Karena dengan
kepribadian luhur dan kewibawaan itu, seorang guru akan bisa menjadi sosok
teladan yang baik bagi si anak didik. Keteladanan dalam pendidikan adalah
sebuah metode yang diharapkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk
moral sepiritual dan social anak. Hal ini adalah karena pendidikan merupakan
contoh terbaik dalam pandangan anak yang akan ditirunya dalam tindak tanduknya
dan tata santunnya. Selanjutnya disadari atau tidak bahkan hal tersebut akan
terpatri dalam jiwa dan perasaannya mengenai gambaran seorang pendidik, yang
tercermin dalam ucapan dan perbuatan baik secara materil maupun spiritual (
pada hal-hal non fisik ).
Kewibawaan adalah hal yang sangatpenting yang harus dimiliki
oleh seorang guru. Oleh karena itu kewibawaan bukan hanya mempunyai arti
kesungguhan, suatu kekuatan ataupun suatu yang dapat memberikan kesan dan
pengaruh, akan tetapi juga akan tercermin dari wujud carapandang dan wawasan
yang luas. Kewibawaan ini hanya tercermin pada sosok yang memiliki kualitas
dewasa baik secara jasmani maupun rohani.Kedewasaan jasmani terwujud pada puncak
perkembangan jasmani yang optimal.Sedangkan kedewasaan rohani dapat dilihat
dari cita-cita dan pandangan hidup yang tetap. Dengan demikian seorang guru
harus harus seorang yang memiliki kualifikasi dewasa, baik jasmani maupun
rohani.
Mengajar
pada hakekatnya bermaksud mengantar siswa mencapai tujuan yang telah
direncanakan sebelumnya. Dalam praktek, prilaku mengajar yang dipertunjukan
guru sangat beraneka ragam, meskipun maksudnya sama. Aneka ragam perilaku guru
mengajar ini jika ditelusuri akan diperoleh gambaran tentang pola umum
interaksi antara guru, isi, atau materi pembelajaran dan siswa. Pola umum ini
diistilahkan dengan “Gaya Mengajar” atau Teaching
Style.
Gaya
mengajar yang dimiliki oleh seorang guru mencerminkan pada cara melaksanakan
pembelajaran, sesuai dengan pandangannya sendiri. Disamping itu landasan
psikologis, terutama teori belajar yang dipegang serta kurikulum yang
dilaksanakan juga turut mewarnai gaya mengajar guru yang bersangkutan.
Sebagai
bahan ilustrasi, misalnya seorang guru berpandangan bahwa mengajar itu adalah
menyampaikan materi pembelajaran, maka perilaku mengajar yang tampak adalah
guru itu seolah-olah menganggap bahwa siswanya hanya sekedar bejana kosong yang
harus diisi ilmu pengetahuan. Di sini kegiatan belajar mengajar didominasi oleh
guru. Proses pembelajaran semacam ini biasanya dipengaruhi pula oleh teori
belajar yang dipegang. Misalnya, teori transfer yang bersifat mutlak. Artinya,
siswa akan dapat mengalihkan kemampuan yang telah dipelajari di sekolah ke
dalam situasi kehidupan, jika dia telah mampu mendisiplinkan mental (seperti
melatih kemampuan berpikir). Demikian pula kurikulum yang digunakan. Jika
kurikulum yang digunakan diorganisasi dalam bentuk mata pelajaran terpisah,
biasanya baik guru maupun siswa menggunakan suatu buku teks pelajaran tertentu
sebagai acuan utama. Dengan demikian guru menyampaikan materi pembelajaran
sesuai dengan sistematika sebagaimana tertera pada teks tersebut. Demikian juga
mempelajarinya sesuai dengan apa yang diartikan oleh guru.
Contoh
di atas hanya menggambarkan betapa pandangan seorang guru tentang mengajar
menjadi penentu bagi gaya mengajar yang dimilikinya. Demikian pula teori
belajar dan kurikulum yang digunakan dapat mewarnai gaya itu sendiri
Variasi gaya mengajar adalah perubahan, sehingga gaya
guru disaat mengajar atau menjelaskan materi pelajaran dengan tujuan untuk mengatasi kebosanan siswa dalam belajar agar bersemangatdan berminat terhadap pelajaran di sekolah. Variasi gaya mengajar ini meliputi
variasi suara, perumusan perhatian kesenyapan, kontak pandang, gerakan anggota
badan atau mimik, perpindahan posisi guru. Kesemuanya ini sangat mempengaruhi
minat belajar siswa, minat belajar siswa dalam kontek proses belajar mengajar
merupakan tujuan pembelajaran, untuk itu minat belajar siswa sangat penting dan
harus diperhatikan sungguh-sungguh.
Seorang guru atau pengajar yang efisien hendaknya memperhatikan minat belajar siswanya, apakah siswa berminat
atau tidak terhadap pelajaran, itu sebenarnya tugas guru, guru harus
mengetahuinya. Jika ada siswa yang merasa bosan terhadap pelajaran dan malas
belajar, itu tugas guru untuk mencari solusinya dan menyelidiki faktor-faktor
apa yang menjadi penyebabnya. Banyak faktor yang menyebabkan kebosanan siswa
terhadap pelajaran, salah satunya adalah guru, guru yang tanpa menggunakan
variasi gaya mengajar, misalnya pada waktu menerangkan materi, guru hanya duduk
dikursinya saja dan melihat buku bacaannya, jika ada siswanya bergurau
dibiarkan saja, guru hanya memandang kesatu arah atau satu siswa disaat
menerangkan, jadi siswa yang lain tidak begitu diperhatikan, hal-hal seperti
ini yang bisa menjadikan situasi dan suasana kelas tidak kondusif, dengan
suasana seperti ini perhatian dan konsentrasi siswa jadi berkurang atau
terganggu. Oleh karena itu, guru sebaiknya menggunakan variasi dalam gaya
mengajar, agar siswa termotivasi, bergairah dan menciptakan suasana yang
kondusif dalam belajar.
Dalam
menggunakan variasi gaya mengajar hendaknya jangan berlebihan, karena bisa
mengganggu konsentrasi siswa, biasanya jika guru melakukan variasi gaya
mengajar yang berlebihan itu terkesan kaku dan tergesa-gesa, ini yang menjadi
bahan tertawaan siswa, jadi sebaiknya guru menggunakan variasi gaya mengajar
yang secukupnya dan disesuaikan dengan kebutuhan atau materi yang disampaikan,
agar siswa perhatian dan bersemangat untuk mengikuti pelajaran tersebut, jika siswa
perhatian terhadap pelajaran, otomatis siswa juga berminat dalam belajar. Bila
minat belajar siswa itu tinggi maka tujuan pembelajaran pun akan tercapai
dengan mudah dan maksimal.
Sudah disadari baik oleh guru, siswa dan orang tua bahwa
dalam belajar di sekolah, inteligensi (kemampuan intelektual) memerankan
peranan yang penting, khususnya berpengaruh kuat terhadap tinggi rendahnya
prestasi belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan inteligensi
seorang siswa, maka semakin besar peluangnya untuk berprestasi. Sebaliknya,
semakin rendah kemampuan inteligensi seorang siswa, maka semakin kecil
peluangnya untuk memperolehprestasi. Meskipun
peranan inteligensi sedemikian
besar namun perlu
diingat bahwa faktor-faktor lain pun tetap
berpengaruh. Di antara faktor tersebut adalah “Minat”.
Dalam kegiatan belajar, minat mempunyai peranan yang sangat
penting. Bila seorang siswa tidak memiliki minat dan perhatian yang besar
terhadap objek yang dipelajari, maka sulit diharapkan siswa tersebut akan tekun
dan memperoleh hasil yang baik dari belajarnya. Sebaliknya, apabila siswa
tersebut belajar dengan minat dan perhatian besar terhadap objek yang
dipelajari, maka hasil yang diperolehpun akan lebih baik.
No comments:
Post a Comment