Friday, October 24, 2014

PTK_Aplikasi Strategi Pembelajaran Aktif Teknik Mind Maps Dalam Meningkatkan Kreatifitas Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di MI Assholihiyah Rumpin Bogor (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas I)



BAB I
PENDAHULUAN



A.       Latar Belakang Masalah
Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan pemegang peran yang sangat urgen. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran.
Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.
Kesuksesan dalam pendidikan terdapat beberapa unsur penting yang harus dipenuhi, salah satunya adalah guru sebagai pendidik. Sehubungan dengan hal itu, guru sebagai pendidik merupakan salah satu unsur dalam pendidikan yang mempunyai peranan penting dalam mewujudkan tujuan dari pendidikan. Sebagai pendidik yang selalu berkecimpung dalam proses belajar mengajar pastilah menginginkan proses belajar yang efektif dan efisien, Maka dari itu penguasaan materi saja tidaklah cukup, seorang guru harus menguasai berbagai strategi pengajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
Pendidik harus pandai memilih dan menggunakan metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan kedudukan metode itu sendiri antara lain: pertama, metode sebagai alat ekstrinsik, maksudnya adalah dengan menggunakan metode yang tepat dan bevariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kedua, metode sebagai strategi dalam proses pembelajaran, maksudnya bahwa seorang pendidik (guru) harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien dan dapat mengena pada tujuan yang diharapkan. Ketiga, metode sebagai alat untuk mencapai tujuan, maksudnya adalah tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan tercapai jika terdapat salah satu komponen belajar yang tidak dipergunakan, diantaranya adalah komponen metode. Dari sini dapat dilihat bahwa peran seorang guru sangat dibutuhkan karena guru tidak hanya mengajar, tetapi juga sebagai fasilitator, pembimbing, motivator, organisator, dan sebagai sumber.[1]
Mata pelajaran Agama Islam merupakan mata pelajaran umum yang dipelajari mulai tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, bahkan tingkat perguruan tinggi. Penguasaan konsep agama pada tingkat dasar yaitu pada tingkat sekolah dasar akan sangat bermanfaat bagi siswa untuk menjalani kehidupan beragamanya di masa yang akan datang. Oleh sebab itu kegiatan pembelajaran agama pada tingkat ini haruslah benar-benar mampu memenuhi kebutuhan beragama siswa.
Demi tercapainya hal tersebut di atas tentu seorang guru, khususnya guru Pendidikan Agama Islam (PAI) harus memiliki kemampuan yang mumpuni dalam hal penyajian materi. Hal ini dimaksudkan agar siswa tertarik dalam mengikuti pembelajaran Agama Islam sehingga materi dan nilai-nilai yang disampaikan guru dapat diserap siswa secara maksimal.
Mengarah pada Mata Pelajaran Agama, sekarang banyak siswa yang kurang memperhatikannya, bahkan kurang dianggap penting oleh sebagian peserta didik, hal ini disebabkan karena mereka sudah terjangkit ilmu umum yang saat ini mendapat perioritas utama. Padahal sebenarnya antara ilmu agama dan ilmu umum diperlukan suatu keseimbangan. Untuk itu perlu diterapkan suatu cara untuk meningkatkan hasil dan motivasi siswa untuk lebih menyukai pelajaran agama.
Dalam hal ini terdapat suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh guru agama agar siswa menyukai Mata Pelajaran Agama Islam. Salah satunya dengan mengguanakan metode yang dapat menarik kreatifitas siswa dan dapat mempermudahnya untuk memahami materi yang telah disampaikan. Untuk mendorongan peserta didik lebih tertarik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, disini peneliti menggunakan salah satu metode pembelajaran berupa Mind Maps dengan harapan dapat mengubah cara belajar menjadi lebih menarik, menyenangkan dan tidak membosankan.
Pengguanaan Mind Maps ini ditujukan agar siswa memiliki kreatifitas belajar terhadap Mata Pelajaran Perdidikan Agama Islam sangat diperlukan dalam melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. Seseorang yang belajar penuh akan menguntungkan kegiatan belajar itu sendiri, sebab belajar akan terasa lebih menyenangkan dan menarik. Jika terjadi seperti itu maka apapun yang dipelajari akan terasa mudah untuk dipahami dan diingat serta tidak mudah untuk dilupakan.
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan peneliti, pembelajaran PAI di sekolah-sekolah pada umumnya masih menggunakan metode konvensional yaitu metode ceramah. Dengan menggunakan metode ceramah ini, guru akan lebih dominan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan siswa akan memiliki kecenderungan untuk diam dan mendengarkan. Sehingga siswa menjadi kurang aktif dan kurang bersemangat dalam belajar.
Dari paparan di atas memberikan sebuah gambaran bahwa upaya peningkatan kreativitas siswa pada mata pelajaran PAI harus lebih dititikberatkan kepada peningkatan mutu sumber daya manusia dalam hal ini adalah siswa.  Karena seorang guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar-mengajar, kemampuan yang diharapkan harus dimiliki oleh peserta didik, dan hal itu akan ditentukan oleh ketepatan guru dalam memilih strategi pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis berupaya untuk menyusun penelitian ini dengan judul: “Aplikasi Strategi Pembelajaran Aktif Teknik Mind Maps Dalam Meningkatkan Kreatifitas Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di MI Assholihiyah Rumpin Bogor (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas I)”.

B.        Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Sebagaimana yang terurai pada latar belakang, bahwa persoalan yang terjadi dalam proses kegiatan belajar mengajar khususnya di MI Assholihiyah Rumpin Bogor penyebabnya adalah :
1.         Penerapan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru cenderung monoton, sehingga proses pembelajaran kurang efektif dan efisien.
2.         Masih adanya guru yang menggunakan metode konvensional yaitu metode ceramah.
3.         Kemampuan yang dimiliki oleh guru, khususnya guru PAI belum mumpuni dalam hal penyajian materi.
4.         Kurangnya perhatian orang tua terhadap aktivitas belajar siswa, sehingga motivasi dan kreatifitas yang dimilikinya pun tidak terpacu.

C.       Pembatasan Fokus Penelitian
Bertitik tolak dari latar belakang dan identifikasi masalah sebagaimana terurai di atas, maka batasan permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1.         Aplikasi strategi pembelajaran aktif teknik mind maps yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelaksanaan teknik pembuatan catatan-catatan yang dapat digunakan pada situasi, kondisi tertentu untuk meningkatkan kreatifitas belajar siswa di MI Assholihiyah Rumpin Bogor.
2.         Kreatifitas siswa yang dimaksud adalah pemetaan pikiran atau peta pikiran, dengan cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa belajar kreatif karena pembuatan mind mapping ini membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari pembuatnya.
3.         Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang dimaksud ialah mata pelajaran yang diajarkan pada siswa kelas I di MI Assholihiyah Rumpin Bogor.

D.       Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan hasil identifikasi dan pembatasan masalah tersebut diatas, maka rumusan masalah dan penelitian ini adalah: Bagaimana aplikasi strategi pembelajaran aktif teknik Mind Maps dalam meningkatkan kreatifitas siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di MI Assholihiyah Rumpin Bogor?


E.        Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang aplikasi strategi pembelajaran aktif teknik Mind Maps dalam meningkatkan kreatifitas siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di MI Assholihiyah.

F.        Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian, maka peneliti mengharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.         Bagi Siswa
a.          Memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan
b.         Memupuk pribadi siswa aktif, kreatif dan terampil
c.          Meningkatkan keaktifan siswa dalam mata pelajaran PAI
2.         Bagi Guru
a.          Mengembangkan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar
b.         Melatih guru menggunakan metode Mind Mapping.
c.          Memperkaya penggunaan metode pembelajaran agama.
3.         Bagi Sekolah
a.          Melahirkan siswa-siswa yang aktif, kreatif dan terampil dalam menghadapi permasalahan dilingkungannya.
b.         Memberikan sumbangsih yang sangat signifikan dalam mengelola pendidikan yang sistematis dan terarah sehingga Lembaga Pendidikan tidak hanya memiliki gedung phisik yang memadai  akan tetapi lebih dari itu memiliki personalia yang professional dan siswa yang aktiv serta kreatif dalam belajar.
4.         Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan yang lebih matang dalam pengembangan keilmuan bidang metodologi pembelajaran PAI di SD/MI.

BAB II
KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN


A.       Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
1.         Strategi Pembelajaran Aktif Teknik Mind Maps
a.         Pengertian
Strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu dalam perang dan damai, atau rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.[2] Wina Sanjaya, menjelaskan bahwa istilah strategi pada mulanya digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan.[3] Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan.  
Pembelajaran merupakan kegiatan untuk mengimplementasikan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan para siswa menuju perubahan-perubahan tingkah laku, baik  intelektual, moral, maupun sosial, agar dapat hidup mandiri sebagai makhluk individu dan sosial.[4] Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengoganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.[5]
Merujuk pada definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran memberikan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Konsep Mind mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Menurutnya mind map adalah sistem penyimpanan, penarikan data, dan akses yang luar biasa untuk perpustakaan raksasa, yang sebenarnya ada dalam otak anda yang menakjubkan.[6] Mind map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi keluar otak-Mind Map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan “memetakan” pikiran-pikiran kita.[7]
Pemetaan  pikiran yang dikemukakan oleh Buzan ini didasarkan pada kenyataan bahwa jumlah sel otak bukan saja beberapa juta tetapi satu juta juta (1.000.000.000.000) 167 kali jumlah manusia di planet ini, makna dari jumlah ini sangat luas, bahkan setiap sel hanya dapat melakukan beberapa operasi yang mendasar. Tetapi, jika setiap otak sel penuh daya, maka makna jumlah mereka akan membawa para ilmuwan ke dalam realism yang nyaris supernatural.[8]
Sistem berpikir secara teratur sebenarnya sudah mulai dikembangkan para ahli Yunani. Sistem ingatan yang dikembangkan oleh orang-orang Yunani yang memungkinkan mereka untuk mengingat kembali ratusan dan ribuan fakta dengan sempurna. Sistem ingatan dari Yunani ini berdasarkan imajinasi dan asosiasi. Berdasarkan kekuatan imajinasi dan asosiasi ini. Toni Buzan menemukan suatu alat berpikir yang berdasarkan cara kerja alamiah otak, alat yang sederhana, yang benar-benar mencerminkan kreativitas dan kecemerlangan alamiah dalam proses berpikir, yaitu dengan peta pikiran (mind map).[9]
Konsep ini dikategorikan ke dalam teknik kreatif, karena pembuatan mind mapping ini membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif akan lebih mudah membuat mind mapping ini. Begitu pula, dengan semakin seringnya siswa membuat mind mapping, dia akan semakin kreatif. Sebuah mind map memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral tersebut.
Mind mapping sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang siswa miliki dan membuat asosiasi di antara ide tersebut. Catatan yang siswa buat membentuk sebuah pola gagasan yang saling berkaitan, dengan topik utama ditengah dan sub topik dan perincian menjadi cabang-cabangnya, tekhnik ini dikenal juga dengan nama Radian Thinking. [10]
Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap harinya. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran.
Tugas guru dalam proses belajar adalah menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses pembuatan mind mapping. [11]
Dengan berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian Mind Mapping adalah sebagai berikut :    
1)         Mind Map adalah cara mengembangkan kegiatan berpikir ke segala arah, menangkap berbagai pikiran dalam berbagai sudut.  
2)         Mind Map mengembangkan cara pikir divergen, berpikir kreatif.
3)         Mind Map adalah alat berpikir organisasional yang sangat hebat. Mind Mapping dapat diistilahkan sebagai "pisau tentara swiss otak".
4)         Mind Mapping adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi itu ketika dibutuhkan.

b.            Manfaat Teknik Mencatat dengan Teknik Mind Maps
Menurut Mike Hernacki dan Bobbi Deporter, mind mapping memiliki manfaat diantaranya :
1)      Fleksibel
Didalamnya jika seorang pembicara tiba-tiba teringat untuk menjelaskan suatu hal tentang pemikiran, Anda dapat dengan mudah menambahkannya di tempat yang sesuai dalam Peta Pikiran Anda tanpa harus kebingungan.
2)      Dapat memusatkan pikiran
Anda tidak perlu berfikir untuk menangkap setiap kata yang dibicarakan. Sebaliknya, Anda dapat berkonsentrasi pada gagasannya.
3)      Meningkatkan pemahaman
Ketika membaca suatu tulisan atau laporan tekhnik, Peta Pkiran akan meningkatkan pemahaman dan memberikan catatan tinjauan ulang yang sangat berarti nantinya.
4)      Menyenangkan
Imajinasi dan kreativitas Anda tidak terbatas dan hal itu menjadikan pembuatan dan peninjauan ulang catatan lebih menyenangkan. [12]

Teknik mencatat efektif yang disarankan De Porter dapat terbagi menjadi dua bagian.
Pertama catat, tulis, susun (CTS), yaitu teknik mencatat yang mampu mensinergiskan kerja otak kiri dengan otak kanan, sehingga konsentrasi belajar dapat meningkat sepuluh kali lipat. Catat, tulis, susun, menghubungkan apa yang didengarkan menjadi poin-poin utama dan menuliskan pemikiran dan kesan dari materi pelajaran yang telah dipelajari. Teknik mencatat kedua, pemetaan pikiran (mind mapping), yaitu cara yang paling mudah untuk memasuk informasi kedalam otak dan untuk kembali mengambil informasi dari dalam otak. [13]

Sedangkan menurut Buzan, mind map dapat membantu kita dalam sangat banyak hal. Berikut beberapa diantaranya :
1)      Merencana.
2)      Berkomunikasi.
3)      Menjadi lebih kreatif.
4)      Menghemat waktu.
5)      Menyelasikan masalah.
6)      Memusatkan perhatian.
7)      Menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran.
8)      Mengingat dengan lebih baik.
9)      Belajar lebih cepat dan efisien.
10)  Melihat “gambar keseluruhan”.
11)  Menyelamatkan pohon. [14]
c.             Prinsip Teknik Mind Maps

Mind mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan dengan menggunakan kata kunci bebas, simbol, gambar, dan menggambarkan secara kesatuan dengan menggunakan teknik pohon. Mind mapping ini didasarkan pada detail-detail dan suatu peta pikiran yang mudah diingat karena mengikuti pola pemikiran otak. Semua mind map mempunyai kesamaan. Semuanya menggunakan warna. Semuanya memiliki struktur alami yang memancar dari pusat. Semuanya menggunakan garis lengkung, simbol, kata dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian Turan yang sederhana, mendasar, alami, dan sesuai dengan cara kerja otak. Dengan mind map, daftar informasi yang panjang bisa dialihkan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan berbagai hal. [15]
Rose dan Malcolm menambahkan strategi visual ini mempunyai beberapa ciri, diantaranya sebagai berikut :
1)      Mengingat orang melalui penglihatan, mengingat kata-kata dengan melihat tetapi perlu waktu yang lebih lama untuk mengingat susunan atau urutan abjad jika tidak disebutkan awalnya.
2)      Jika memberi atau menerima penjelasan arah lebih suka memakai peta/gambar.
3)      Aktifitas reatif : menulis, menggambar, melukis merancang.
4)      Mempunyai ingatan visual yang bagus, dimana ketika kita ingat saat meninggalkan sesuatu dalam beberapa hari yang lalu. [16]

Menurut Buzan, teknik pembuatan catatan dan pengelompokan pikiran yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan seluruh otak yang harus menyertakan tidak hanya kata-kata, angka, rangkaian dan juga garis-garis tetapi juga dengan warna, gambar-gambar, dimensi , simbol-simbol itulah peta pikiran atau mind mapping. [17]

d.            Prosedur Teknik Mind Maps

Pemetaan pikiran adalah cara kreatif bagi peserta didik secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran atau merencanakan penelitian baru. Dengan memerintahkan kepada peserta didik untuk membuat peta pikiran, mereka akan menemukan kemudahan untuk mengidentifikasi secara jelas dan kreatif apa yang telah mereka pelajari dan apa yang sedang mereka rencanakan.[18]
Model pembelajaran mind mapping sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban. Dipergunakan dalam kerja kelompok secara berpasangan 2 orang. Adapun prosedur pembelajarannya, sebagaimana yang dijelaskan Mel Silbermen, adalah sebagai berikut :
1)         Pilihlah topik untuk pemetaan pikiran. Beberapa kemungkinan mencakup:
a)         problem atau isyu tentang ide-ide tindakan yang anda inginkan untuk menciptakan ide-ide aksi.
b)         Konsep atau kecakapan yang baru saja anda ajarkan.
c)         Penelitian yang harus direncanakan oleh siswa
2)         Konstruksikan bagi kelas peta pikiran yang sederhana yang menggunakan warna, khayalan atau simbol. Satu contoh berupa berjalan ke toko grosir dimana seseorang belanja. Dari peta pikiran yang mengkategorisasikan barang-barang yang dibutuhkan menurut toko dimana semuanya ditemukan (misalnya, hasil bumi dan makanan, buatlah dalam peta pikiran anda mendorong seluruh pikiran otak (versus pikiran otak kanan dan otak kiri). Ajaklah peserta didik untuk menceritakan contoh-contoh sederhana dari kehidupan sehari-hari yang dapat mereka pikirkan..
3)         Berikanlah kertas, pena, dan sumber-sumber yang lain yang anda piker  akan membantu peserta didik membuat peta pikiran yang berwarna dan indah. Berilah peserta tugas memetakan pikiran. Tunjukkan bahwa mereka memulai peta dengan membuat gambar yang menggambarkan topic atau ide utama. Kemudian, berilah mereka semangat untuk membagi-bagi seluruhnya ke dalam komponen-komponen yang lebih kecil dan menggambarkan komponen ini hingga batas luar peta (dengan menggunakan warna dan grafik). Doronglah mereka untuk menghadirkan setiap ide secara bergambar, dengan menggunakan sedikit kata-kata. Dengan mengikuti ini, mereka dapat mengelaborasi letupan secara detil ke dalam pikiran mereka.
4)         Berikanlah waktu yang banyak bagi peserta didik untuk mengembangkan peta pikiran mereka. Doronglah mereka untuk melihat karya orang lain dengan menstimulasi ide-ide.
5)         Perintahkan kepada peserta didik untuk saling membagi peta pikirannya. Lakukan diskusi tentang nilai cara kreatif untuk menggambarkan ide-ide.[19]
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah prosedur pada teknik mind map adalah sebagai berikut:
1)            Memilih topik untuk pemetaan pikiran.
2)            Mengkonstruksikan kelas dengan peta pikiran yang sederhana yang menggunakan warna, khayalan atau simbol.
3)            Memberikan kertas, pena, dan sumber-sumber lain yang bertujuan  akan membantu peserta didik membuat peta pikiran yang berwarna dan indah. Memberi peserta tugas memetakan pikiran.
4)            Menunjukkan bahwa mereka memulai peta dengan membuat gambar yang menggambarkan topik atau ide utama.
5)            Memberi mereka semangat untuk membagi-bagi seluruhnya ke dalam komponen-komponen yang lebih kecil dan menggambarkan komponen ini hingga batas luar peta (dengan menggunakan warna dan grafik).
6)            Mendorong mereka untuk menghadirkan setiap ide secara bergambar, dengan menggunakan sedikit kata-kata.
7)            Memberikan waktu yang banyak bagi peserta didik untuk mengembangkan peta pikiran mereka.
8)            Mendorong mereka untuk melihat karya orang lain dengan menstimulasi ide-ide.
9)            Memerintahkan kepada peserta didik untuk saling membagi peta pikirannya.
10)        Melakukan diskusi tentang nilai cara kreatif untuk menggambarkan ide-ide.

e.             Aplikasi dan Keunggulan Teknik Mind Maps di Bidang Pendidikan
System peta pikiran atau mind mad adalah suatu teknis grafis yang dapat menyelaraskan proses belajar dengan kerja alami otak. System ini ditemukan dan dipopulerkan oleh Tony Buzan di awal tahun 1970-an, dan merupakan system pembelajaran yang paling banyak digunkan di seluruh dunia. Lebih dari 300 juta orang di dunia sudah memakainya, baik di bidang pendidikan , bisnis, maupun kehidupan sehari-hari.[20]
Dalam bidang pendidikan dan pembelajaran, kegunaaan dan aplikasi mind map sangat banyak antara lain untuk meringkas, mengkaji ulang (review), mencatat, mengajar, bedah buku (in-depth book analysis), presentasi, penelitian dan manajemen waktu (time management). [21]
Ada beberapa kelebihan saat menggunakan teknik mind mapping ini, yaitu :
1)            Ide utama materi pelajaran ditentukan secara jelas
2)            Menarik perhatian mata dan otak kita sehingga memudahkan kita berkonsentrasi
3)            Dapat melihat gambaran secara menyeluruh, sekaligus detailnya
4)            Hubungan antar informasi yang satu dengan lainnya jelas
5)            Terdapat pengelompokkan informasi
6)            Prosesnya menyenangkan (fun), tidak membosankan karena banyak menggunakan unsur otak kanan, seperti gambar, warna, dimensi dan sebagainya
7)            Sifatnya unik sehingga mudah diingat.[22]

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa beberapa kelebihan saat menggunakan teknik mind mapping ini, yaitu :
1)         Mind Map membantu seseorang membuat catatan yang menarik dalam waktu singkat. Selain itu, catatan ini mampu membuka pemahaman yang baik dan sisi kreatif dengan merangsang munculnya ide-ide dan insight baru, bahkan pada saat membuat catatan itu sendiri. Mind Map dapat pula menjelaskan sebuah tujuan, rencana, ide, maupun pemikiran secara jelas dan terstruktur.
2)         Mind Map mampu meningkatkan kemampuan seseorang dalam berimajinasi, mengingat, berkonsentrasi, membuat catatan, meningkatkan minat sekaligus mampu menyelesaikan persoalan. Hal ini dicapai karena Mind Map mengajarkan untuk melihat persoalan secara keseluruhan dan melihat hubungannya satu sama lain. Ini yang paling sulit dilakukan dalam catatan konvensional. Tidak hanya itu, dengan catatan ini maka manajemen belajar pun menjadi lebih mudah. Informasi baru dapat ditambahkan, dihubungkan, dan diasosiasikan kapan saja dengan informasi yang sudah ada sebelumnya.
3)         Melihat gambaran besar suatu persoalan sekaligus melihat informasi secara detail.
4)         Mengingat informasi yang kompleks lebih mudah. Informasi tersebut telah dikelompokkan sesuai dengan cara seseorang mengingat termasuk hubungannya dengan subjek yang sama atau berbeda.
5)         Mengatasi informasi yang membludak karena telah ditata dan dikelompokkan sedemikan rupa. Secara mental hal ini juga membuat seseorang lebih terorganisir dan runtut dalam memahami sebuah persoalan.
6)         Mind Map dapat merangsang sisi kreatif seseorang lewat penggunaan garis lengkung, warna dan gambar. Ini membuat sebuah catatan sekaligus menjadi karya seni yang indah. Secara mental akan memudahkan kita untuk mengingatnya. Mind Map akan merangsang kemampuan membandingkan informasi yang ada baik berupa fakta, ide termasuk data statistik.
7)         Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul di kepala anda atau mengingat detail secara mudah.
a)      Melihat hubungan antara gagasan dan konsep.
b)      Proses mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.
c)      Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.
d)     Bekerjasama dengan otak siswa, bukan bertentangan dengannya.
e)      Menyingkirkan “format outline” yang membosankan, selamanya
f)       Dapat mengoptimalakan otak kanan dan otak kiri, karena mind map bekerja dnegan gambar, warna dan kata-kata sederhana.
g)      Dapat menghemat catatan, karena dengan mind map bisa meringkas satu bab materi dalam setengah lembar kertas.
h)      Pembelajaran terkesan lebih efektif, dan efisisien, karena pada dasarnya cara kerja mind map sama dengan cara kerja dasar otak, yaitu tidak tersusun sistematis, namun lebih pada bercabang-cabang seperti pohon.
i)        Pola ini dapat mempermudah proses recall pada setiap apa yang pernah dipelajari.
j)        Dapat meningkatkan daya kreatifitas siswa dan guru, karena siswa/guru akan terangsang untuk mebuat gambar-gambar atau warna-warna pada mind map agar terlihat lebih menarik.
k)      Mempertajam daya analisa dan logika siswa, karena siswa tidak lagi dituntut untuk mencatat buku sampai habis kemudian menghapalnya. Namun lebih kepada pemahaman dan kreatifitas untuk dapat menghungkan topik umum dengan sub-sub topik bahasan.

2.            Kreativitas Siswa Pada Mata Pelajaran PAI
a.            Pengertian Kreatifitas
Menurut Qonita Alya dalam Kamus Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Dasar,”kreatifitas adalah kemampuan untuk mencipta atau daya cipta dan perihal berkreasi atau kekreatifan”.[23]
Sedangkan istilah  kreatif  menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam D. Deni Koswara adalah “memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan serta mengandung makna daya cipta”, sedangkan kreatifitas berarti “kemampuan untuk mencipta, daya cipta atau perihal berkreasi”.[24]
D. Deni Koswara, juga menjelaskan bahwa:
Kreatifitas adalah kemampuan untuk mencipta dan berkreasi. Tidak ada satupun pernyataan yang dapat diterima secara umum mengenai mengapa suatu kreasi timbul. Kreatifitas sering dianggap terdiri atas dua unsur. Pertama: kepasihan yang ditunjukkan oleh kemampuan menghasilkan sejumlah besar gagasan pemecahan masalah secara lancer dan cepat. Kedua: keluwesan yang umumnya mengacu pada kemampuan menemukan gagasan yang berbeda-beda dan luar biasa untuk memecahkan suatu masalah. [25]

“Secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk berfikir tentang sesuatu dengan suatu cara yang baru dan tidak biasa (unusual) dan menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap berbagai persoalan” [26] Selain dari apa yang telah disebutkan di atas, maka untuk memahami pengertian kreativitas, maka Rhodes dalam Munandar mengemukakan bahwa “kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada dengan demikian baik berubah di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif”.[27]
Kreativitas siswa adalah kemampuan siswa/subyek untuk menginteraksikan antara sikap, proses, dan lingkungan sehingga menghasilkan suatu gagasan/ide yang dinilai baru dan berguna dalam konteks sosialnya/lingkungannya. Untuk menumbuhkan kreativitas siswa dalam pembelajaran merupakan permasalahan pembelajaran yang sering timbul dari guru di kelas. Padahal diketahui bahwa setiap orang yang dilahirkan di dunia pada dasarnya memiliki potensi kreatif dan dapat diidentifikasi dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat. [28]
Menurut Conny Semiawan, “kreativitas adalah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menetapkannya dalam pemecahan masalah. Kreativitas meliputi baik ciri-ciri kogniif (aptitude) seperti kelancaran, keluwesan, (fleksibelitas) dan keaslian (orisinalitas) dalam pemikiran maupun ciri-ciri afekif (non-aptitude) seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan dan selalu ingin mencari pengalaman baru”.[29]
Sementara E. Paul Torrance dalam Semiawan mendefinisikannya sebagai berikut:
Creativity, as a process of becoming sensitive to problems, deficiencies, gaps in knowladge, nissing elements, disharmonies, and so on; identifying the dificulty; searching for  solutions, making guesses, or formulating hypothesis about the dificiences; testing and retesting these hypothesis and posibly modifying and retesting; and finally communicating the result.

Kreativitas, sebagai proses menjadi sensitif terhadap masalah, kekurangan, kesenjangan dalam knowladge, nissing elemen, ketidakharmonisan, dan sebagainya; mengidentifikasi dificulty tersebut; mencari solusi, membuat dugaan, atau merumuskan hipotesis tentang dificiences; pengujian dan pengujian ulang hipotesis ini dan posibly memodifikasi dan pengujian ulang; dan akhirnya mengkomunikasikan hasilnya”. [30]
Akhirnya secara komprehensif kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan berfikir, bersikap, dan bertindak tentang sesuatu dengan cara yang baru dan tidak biasa (unusual) guna memecahkan berbagai persoalan, sehingga dapat menghasilkan penyelesaian yang orisinal dan bermanfaat
Dengan demikian dalam belajar kreatif harus melibatkan komponen-komponen pengalaman belajar yang paling menyenangkan dan paling tidak menyenangkan lalu menemukan bahwa pengalaman dalam proses belajar kreatif sangat mungkin berada  di antara pengalaman-penglaman belajar yang sangat menenangkan, pengalama-pengalaman yang sangat memberikan kepuasan kepada kita dan yang sangat bernilai bagi kita.
Jadi, kreativitas belajar dapat diartikan sebagai kemampuan siswa menciptakan hal-hal baru dalam belajarnya baik berupa kemampuan mengembangkan  kemampuan formasi yang diperoleh dari guru dalam proses belajar mengajar yang berupa pengetahuan sehingga dapat membuat kombinasi yang baru dalam belajarnya.
Refinger dalam Conny Semawan memberikan empat alasan mengapa belajar kreatif itu penting.
1)      Belajar kreatif membantu anak menjadi berhasil guna jika kita tidak bersama mereka. Belajar kreatif adalah aspek penting dalam upaya kita membantu siswa agar mereka lebihmampu menangani dan mengarahkan belajar bagi mereka sendiri.
2)      Belajar kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak mampu kita ramalkan yang timbul di masa depan.
3)      Belajar kreatif dapat menimbulkan akibat yang besar dalam kehiduppan kita. Banyak pengalamankreatif yang lebih dari pada sekedar hobi atau hiburan bagi kita. Kita makin menyadari bahwa belajar kreatif dapat mempengaruhi, bahkan mengubah karir dan kehidupan pribadi kita.
4)      Belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar.[31]

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas belajar adalah suatu kondisi, sikap, kemampuan, dan proses perubahan tingkah laku seseorang untuk menghasilkan produk atau gagasan, mencari pemecahan masalah yang lebih efisien dan unik dalam proses belajar.
Ada beberapa alasan mengapa manusia harus kreatif, diantaranya sebagai berikut:
1)            Kreatifitas adalah jembatan alternatif  mempercepat tercapainya tujuan.
2)            Dengan kreatifitas, hidup menjadi lebih menantang untuk dilalui.
3)            Bersama kreatifitas kepuasan yang didapatkan akan semakin tinggi. [32]

b.            Ciri-ciri dan Indikator yang Menunjang Kreatifitas
Utami Munandar mengemukakan tentang cini-ciri dan indikator yang menunjang kreativitas antara lain:
1)      Senang mencari pengalaman baru.
2)      Memiliki keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit.
3)      Memiliki inisiatif.
4)      Memiliki ketekunan yang tinggi.
5)      Cenderung kritis terhadap orang lain.
6)      Berani menyatakan pendapat dan keyakinannya.
7)      Selalu ingin tahu.
8)      Peka atau perasa.
9)      Enerjik dan ulet.
10)  Menyukai tugas-tugas yang majemuk.
11)  Percaya kepada diri sendiri.
12)  Mempunyai rasa humor.
13)  Memiliki rasa keindahan.
14)  Berwawasan masa depan dan penuh imajinasi. [33]

Kreativitas belajar merupakan salah satu indikator keberhasilan siswa dalam belajar memegang peranan penting dalam pencapaian keberhasilan pembelajaran. Menurut Usman “siswa yang memiliki kreativitas  dalam pembelajaran akan diketahui dengan menunjukkan tingkat kreativitasnya dalam berbagai kegiatan. Mereka selalu ingin memecahkan persolan-persoalan, berani menanggung resiko yang sulit sekalipun, kadang-kadang destruktif di samping konstruktif, lebih senang bekerja sendiri dan percaya pada diri sendiri”.[34]
Adapun Clark dalam Asori, mengemukakan karakteristik kreativitas adalah sebagai berikut:
1)      Memiliki disiplin diri yang tinggi.
2)      Memiliki kemandirian yang tinggi.
3)      Cenderung sering menentang otoritas.
4)      Memiliki rasa humor.
5)      Mampu menentang tekanan kelompok.
6)      Lebih mampu menyesuaikan diri.
7)      Senang berpetualang.
8)      Toleran terhadap ambiguitas.
9)      Kurang toleran terhadap hal-hal yang membosankan.
10)  Menyukai hal-hal yang kompleks.
11)  Memiliki kemampuan berpikir divergen yang tinggi.
12)  Memiliki memori dan atensi yang baik.
13)  Memiliki wawasan yang luas.
14)  Mampu berpikir periodik.
15)  Memerlukan situasi yang mendukung.
16)  Sensitif terhadap lingkungan.
17)  Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
18)  Memiliki nilai estetik yang tinggi.
19)  Lebih bebas dalam mengembangkan integrasi peran seks.[35]

Orang yang kreatif dalam menciptakan ide-ide baru mempunyai sejumlah karakter yang dapat diketahui dengan cirri-ciri sebagai berikut:
1)      Cenderung mengamati situasi dan problema yang tidak diperhatikan sebelumnya.
2)      Menghubungkan ide-ide dengan pengalaman yang diperolehnya dari berbagai sumber yang berbeda-beda.
3)      Cenderung menampilkan beberapa alternatif terhadap subjek tertentu.
4)      Tidak menerima begitu saja hal-hal yang sebelumnya terjadi dan tidak terkait dengan kebiasaan.
5)      Memanfaatkan potensi pribadinya, dengan menggali kekuatan emosional dan mentalnya serta alam bawah sadarnya yang terpendam.
6)      Mengusahakan fleksibilitas tinggi dalam bidang pemikiran dan tindakan-tindakannya.
7)      Pandai menghargai waktu dan memanfaatkan sebaik mungkin untuk mencipta, membuat gagasan atau merumuskan permasalahan yang menantangnya. [36]

Mengacu pada beberapa pendapat di atas, indikator kreativitas belajar siswa dapat disimpulkan sebagai berikut:
1)            Memiliki dorongan (drive) yang tinggi.
2)            Memiliki keterlibatan yang tinggi.
3)            Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
4)            Penuh percaya diri atau percaya kepada diri sendiri.
5)            Memiliki kemandirian yang tinggi.
6)            Senang mencari pengalaman baru.
7)            Memiliki keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit.
8)            Memiliki inisiatif.
9)            Enerjik dan ulet dan memiliki ketekunan yang tinggi.
10)        Cenderung kritis terhadap orang lain.
11)        Berani menyatakan pendapat dan keyakinannya.
12)        Selalu ingin tahu atau memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
13)        Menyukai tugas-tugas yang majemuk atau hal-hal yang kompleks.
14)        Memiliki disiplin diri yang tinggi.
15)        Memiliki kemandirian yang tinggi.
16)        Memiliki kemampuan berpikir divergen yang tinggi.
17)        Memiliki memori dan atensi yang baik.
18)        Memiliki wawasan yang luas.

c.             Pembelajaran PAI di SD/MI
Agama Islam sebagai bidang studi, sebenarnya dapat diajarkan sebagaimana mata pelajaran lainnya. Harus dikatakan memang ada sedikit perbedaannya dengan bidang studi lain. Perbedaan itu ialah adanya bagian-bagian yang amat sulit diajarkan dan amat sulit dievaluasi. Jadi, perbedaan itu hanyalah perbedaan gradual, bukan perbedaan esensial.[37]
Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu bidang studi yang membahas perihal agama kepada siswa tentang bagaimana cara beribadah yang baik, berakhlak terpuji serta masalah hukum-hukum dalam menjalani hidup sebagai hamba Allah.
Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu pelajaran yang mengupayakan secara sistematis dalam mempersiapkan siswa untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al Qur’an dan al Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Hal demikian dapat dilakukan oleh setiap guru PAI yang berdedikasi dalam mengajar demi tercapainya tujuan dari pembelajaran PAI.
Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat dimaknai dari dua sisi yaitu:  pertama PAI dipandang sebagai sebuah bidang studi seperti dalam kurikulum sekolah umum (SD, SMP, SMA). Kedua, PAI berlaku sebagai gabungan pelajaran yang terdiri dari aqidah akhlak, fiqih, al Qur’an hadis dan sejarah kebudayaan Islam seperti yang diajarkan di sekolah madrasah (MI, MTs, MA).
Jadi Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan bidang studi agama di sekolah umum yang berupaya untuk mengajarkan siswa tentang fiqih, aqidah akhlak, al Qur’an hadist, dan sejarah kebudayaan Islam secara umum melalui proses bimbingan yang telah ditentukan agar dapat di aplikasikan oleh siswa dalam kehidupan

B.           Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian tentang penerapan mind mapping dalam meningkatkan kemampuan kreatifitas hasil belajar peseta didik. Berikut ini akan dipaparkan kesimpulan dari hasil penelitian yang relevan, adalah sebagai berikut:
Lusy  Setyawati Setyawati  (UNM, 2011). Penerapan   Teknik   Membaca   Melalui   Mind   Map   dalam   Pembelajaran Membaca  Dini  pada Anak  Usia  Dini”,  menyimpulkan  bahwa  kemampuan membaca dini anak meningkat setelah dilakukan penerapan teknik membaca melalui  mind  map,  khususnya  pada  kemampuan  membedakan  gambar  dan tulisan, serta kemampuan menghafal huruf. Kemampuan  membedakan  gambar  dan  tulisan  anak  meningkat,  anak tidak ragu lagi dalam menyebutkan gambar sebagai gambar dan tulisan sebagai tulisan   yang  memiliki  makna.   Kemampuan   menghafal   huruf  anak   juga meningkat dengan signifikan, anak mampu menghafal huruf, terutama huruf vokal dan beberapa huruf konsonan yang ada dalam kata-kata yang diberikan pada anak. Selain itu, anak juga mampu melafalkan huruf-huruf itu dengan benar, anak  juga dapat  menyebutkan  kata-kata lain  yang diawali  huruf vokal,  dan anak dapat mengelompokkan kata-kata yang diawali huruf vokal dengan benar dalam bentuk mind map sederhana.
Meca Fatma (UIN Malang, 2010). “Penerapan Model Mind Map Untuk Meningkatkan Kreativitas dan Prestasi Belajar IPS Terpadu pada Siswa Kelas VII A SMP Walisongo Gempol di Pasuruan”. Dari paparan data di depan dapat diketahui bahwa penerapan model mind map dapat meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar belajar siswa IPS Terpadu pada siswa kelas VII A SMP Walisongo Gempol di Pasuruan. Hal ini dapat diketahui dengan adanya peningkatan nilai hasil kreativitas dan prestasi belajar IPS Terpadu yang diperoleh.
Emy Dwijayanti (UNESHA, 2007). Penerapan Strategi Mind Mapping Untuk Meningkatkan Kreatifitas belajar siswa Kelas Iv Sd Mata Pelajaran Ips Materi Pokok Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi Dan Transportasi Di Sdn 1 Lidah Kulon Surabaya. Proses pelaksanaan model mind map untuk meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar IPS Materi Pokok Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi Dan Transportasi pada siswa kelas Sdn 1 Lidah Kulon Surabaya dapat berjalan dengan lancar sebagaimana yang telah direncanakan. Penerapan model mind map telah memberikan pengalaman baru bagi siswa maupun guru dan memberikan beberapa manfaat bagi guru dan siswa. Ruth (dalam Buzan, 2009) Mind Mapping sangat membantu di kelas. Sangat membantu dalam meringkas informasi menjadi satu halaman dengan cara yang menyenangkan dan mudah dimengerti ,dan menggambarnya, tampaknya mempermudah murid dalam mengingat informasi. Menurut Michael Michalko, dalam buku Cracking Creativity (dalam Buzan, 2009) mind map akan mengaktifkanseluruh otak, membereskan akal dari kekusutan mental, memungkinkan kita berfokus pada pokok bahasan, membantu menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah, memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan perincian, dan memungkinkan mengelompokkan konsep, membantu kita membandingkannya.
Ria Dwi Indriyani (UMS, 2010). “Penerapan Strategi Pembelajaran Mind Mapping dalam Pembelajaran Matematika Sebagai Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Teorema Phytagoras”, menyimpulkan bahwa adanya peningkatan yang signifikan tentang pemahaman konsep Teorema Phytagoras melalui pembelajaran Mind Mapping.
Ari Nur Sholekah (UNY, 2011). “Peningkatan Ketrampilan Bercerita dengan Menggunakan Teknik Peta Konsep Pada Siswa Kelas X-6 SMA Negeri Imogiri, Bantul”, menyimpulkan bahwa siswa kelas X-6 mengalami perubahan perilaku (peningkatan) dalam proses bercerita setelah menggunakan tekinik peta konsep. Perubahan perilaku siswa yaitu, siswa lebih aktif bertanya , menjawab pertanyaan guru dan memberikan penilaian terhadap teman. Siswa lebih konsentrasi terhadap pembelajaran ,siswa lebih antusias dan berminat selama mengikuti pelajaran bercerita. Keberanian siswa lebih miningkat saat bercerita.
Agung Aji Tapantoko (UNY, 2011). “Penggunaan Metode Mind Mapping (Peta Pikiran) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas III SMP Negeri 4 Depok”, menyimpulkan bahwa setelah diterapkan pembelajaran Matematika menggunakan metode Mind Mapping ada peningkatan motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran matematika. Hal ini terlihat dari peningkatan presentasi aspek-aspek motivasi yang diamati pada angket motivasi belajar siswa, observasi aktivitas siswa, dan tes siklus.

C.          Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah merupakan titik tolak dari sebuah penelitin yang kebenarannya diakui oleh peneliti itu sendiri dan merupakan jembatan untuk menyusun hipotesis sebagai argumentasi logis, rasional dan kritis mengenai hubungan atau keterkaitan antar variabel penelitian yang disusun oleh peneliti berdasarkan hasil komparasi, analisis dan sintesis teori. Kerangka berpikir pun tidak disusun berdasarkan pada common sense atau akal sehat si peneliti, namun berdasarkan pada hasil kajian yang handal.[38]
Secara sederhana peneliti merumuskan kerangka berpikir bahwa “Semakin baik strategi pembelajaran aktif teknik mind maps di MIS. Taman Bakti, maka semakin tinggi pula kreatifitas siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MI Assholihiyah Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor

D.          Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan adalah hasil kajian pustaka atau proses rasional dari penelitian yang telah mempunyai kebenaran secara teoretik. Dengan demikian hipotesis dapat dianggap sebagai jawaban sementara terhadap masalah yang telah dirumuskan dalam suatu penelitian dan masih perlu diuji kebenarannya dengan menggunakan data empirik. [39]
Secara sederhana peneliti merumuskan hipotesis bahwa: “Jika  strategi pembelajaran aktif teknik mind maps diterapkan, maka akan semakin meningkat kreatifitas siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MI Assholihiyah Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor. 

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

             
A.      Tempat dan Waktu Penelitian
1.        Tempat Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian adalah di kelas I (satu) yang beralamat di Kp. Leuwibatu RT.01 RW. 01 Desa Leuwibatu Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor. Alasan peneliti mengambil tempat penelitian di MIS Assholihiyah Leuwibatu Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor adalah :
a.         Peneliti mengajar kelas I (satu), sehingga dalam kegiatan ini peneliti tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar di kelas atau sekolah lain.
b.        Tersedianya data yang diperlukan peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian.
c.         Membangkitkan minat siswa dalam mempelajari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) khususnya untuk siswa MIS Assholihiyah.

2.        Waktu Penelitian
Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan penelitian ini adalah dua bulan, yaitu antara bulan Mei sampai dengan Juni, dengan kata lain penelitian ini dilaksanakan pada akhir semester II (genap) Tahun Pelajaran 2013/2014.

B.       Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian
1.        Metode Penelitian
Dalam melaksanakan suatu penelitian diperlukan cara kerja yang berencana agar data yang dikumpulkan dapat mencapai maksud dan tujuan dari penelitian. Untuk itu peneliti harus menentukan metode penelitian yang akan digunakan terlebih dahulu, karena metode merupakan cara kerja untuk mencapai tujuan yang akan memandu peneliti mengenai urutan-urutan sebagaimana penelitian ini dilakukan. Sesuai dengan hal tersebut Winarno Surakhmad mengemukakan sebagai berikut: “Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu, cara utama ini dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajaran, ditinjau dari penyelidikan dalam arti luas, yang biasanya perlu diperjelas lebih ekspilisit dalam setiap penyelidikan”.[40]
Sukmadinata, mengungkapkan bahwa metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis, dan idiologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi. Pemilihan dan penentuan metode tidak dapat dipisahkan dari tujuan dan perumusan masalah, kalau permasalahannya hanya difokuskan pada satu variabel atau aspek dan tujuannya ingin mendapatkan deskripsi dari variabel atau aspek tersebut, maka metodenya adalah metode deskriptif atau servei. Jika terdapat dua variabel dan ingin mengetahui hubungan diantara variabel tersebut, maka metodenya adalah metode korelasional atau komparatif. Jelasnya, bahwa pemilihan metode sangat tergantung kepada tujuan dan rumusan masalah yang sudah difokuskan pada bagian sebelumnya. [41]
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah melalui penerapan langsung di kelas atau tempat kerja. Sedangkan menurut Prof. Suhardjono mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari penelitian tindakan yang dapat dipandang sebagai tindak lanjut dari penelitian deskriftif maupun eksperimen. Pada penelitian tindakan kelas bukan lagi mengetes sebuah perlakuan tetapi sudah mempunyai keyakinan akan ampuhnya sesuatu perlakuan.[42] Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah alat yang dapat dipergunakan untuk melaksanakan dan mencapai suatu penelitian yang disusun secara teratur dan logis yang dituangkan dalam suatu rencana kegiatan penelitian.
2.        Rancangan Siklus Penelitian
Untuk mempermudah dalam memahami rencana tindakan secara keseluruhan dan untuk memberikan panduan bagi penulis, maka penulis perlu menampilkan model penelitian tindakan yang akan dilaksanakan, diadaptasi dari model penelitian tindakan model John Elliot. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui 4 tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi yang dilaksanakan dalam 2 siklus (tiap siklus dilakukan 2 kali tatap muka /pertemuan). Prosedur penelitian dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut: [43]  
Bagan 3.1
Bagan Prosedur Penelitian Model John Elliot


 












C.      Subjek Penelitian
Mengingat dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti adalah guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada kelas I, maka subjeknya adalah siswa kelas I (satu) MIS Assholihiyah Leuwibatu Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor semester II tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 20 siswa terdiri 10 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan, peneliti dalam hal ini bertindak sebagai guru mata pelajaran.
D.      Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pelaksana kegiatan. Peneliti membuat perencanaan kegiatan, melaksanakan kegiatan, melakukan pengamatan, mengumpulkan dan menganalisis data serta melaporkan hasil penelitian. Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh guru Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I (satu) yang bertindak sebagai fasilitator dan kolaburator.

E.       Tahapan Intervensi Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan terdiri dari beberapa siklus, yang tergantung pada tingkat penyelesaian masalah. Tiap siklus terdiri dari 4 (empat) kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, analisis dan refleksi. Pada tiap siklus dilakukan beberapa tindakan, yang digambarkan sebagai berikut:
1.        Pra Tindakan
a.    Peneliti melakukan observasi kegiatan belajar mengajar terlebih dahulu, kegiatan pembelajaran di kelas I (satu) MIS Assholihiyah Leuwibatu Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor.
b.    Wawancara terhadap siswa dan guru mata pelajaran yang lain untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi siswa secara umum, khususnya pada siswa kelas I (satu) MIS Assholihiyah Leuwibatu Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor.
2.        Tindakan Riil di Kelas 
a.     Tahap Perencanaan
1)   Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa.
2)   Membuat rencana pembelajaran.
3)   Membuat instrument yang digunakan dalam siklus penelitian tindakan kelas, alat bantu dan media yang diperlukan.
4)   Membuat alat evaluasi


b.    Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran aktif teknik mind map yang telah direncanakan.
c.     Tahap Pengamatan (Observasi)
Pada tahap ini dilakukan pengamatan (observasi) terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar pengamatan (observasi).
d.    Tahap Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis, pada tahap ini pengajar dapat merefleksi diri berdasarkan hasil observasi dan diskusi untuk mengkaji apakah tindakan yang telah dilakukan dapat meningkatkan kemampuan kreatifitas siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).

F.       Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Intervensi tindakan yang diharapkan dari data kuantitatif ditetapkan pada kriteria bahwa semakin baik strategi pembelajaran penerapan aktif teknik mind map, menunjukkan adanya kriteria peningkatan pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini. Jadi seumpama pada siklus ke-2 kategori sangat paham lebih besar daripada siklus ke-1 berarti terjadi peningkatan yang positif.

G.      Data dan Sumber Data
Data yang digunakan adalah data primer dari subyek yang diteliti yang bersumber dari hasil belajar siswa siswa MIS Assholihiyah Leuwibatu Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor tahun pelajaran 2013/2014 selama proses penelitian.
Sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini berasal dari subyek penelitian atau dari siswa yang merupakan sumber data primer yaitu nilai ulangan harian siswa baik nilai ulangan harian sebelum tindakan kelas maupun setelah dilakukanya tindakan kelas oleh guru.

H.      Instrumen Pengumpulan Data
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.        Observasi
Pada tahapan ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang memuat catatan-catatan tentang situasi yang terjadi di dalam kelas selama tindakan berlangsung.
2.        Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan sumber non manusia, sumber ini adalah sumber yang cukup bermanfaat sebab telah tersedia sehingga akan relatif murah pengeluaran biaya untuk memperolehnya, merupakan sumber yang stabil dan akurat sebagai cermin situasi/kondisi yang sebenarnya serta dapat dianalisis secara berulang-ulang dengan tidak mengalami perubahan. [44]
3.        Tes Hasil Belajar
Yaitu mengadakan tes kepada beberapa siswa. Dengan cara ini peneliti dapat mengetahui sejauhmana keberhasilan siswa dalam mengikuti materi pelajaran dengan menggunakan pembelajaran aktif teknik mind map.

I.         Teknik Pengumpulan Data
Dalam rangka menghimpun data untuk dijadikan suatu kesimpulan, maka teknik penelitian dilakukan dengan melalui catatan observasi dan hasil evaluasi yang dilakukan sejak awal penelitian sampai dengan siklus terakhir.
Catatan observasi dipergunakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa dan pemunculan keterampilan kreatifitas siswa, sedangkan evaluasi dilakukan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa.
Pada bagian refleksi dilakukan analisis data mengenai proses, masalah dan hambatan yang dijumpai, kemudian dilanjutkan dengan refleksi dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Salah satu aspek penting dari kegiatan refleksi adalah evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan.

J.        Analisis Data dan Interpretasi Data
Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Data yang diperoleh dari pengamatan dan penilaian selama proses pembelajaran dan hasil pembelajaran diklasifikasikan berdasarkan kelompok siswa dalam kelas yang selanjutnya dianalisis dengan teknik analisa data kualitatif. Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa data utama yang dianalisis adalah data verbal dari peneliti sendiri, yang berupa gambaran terperinci dari proses dan hasil belajar siswa. Sedangkan data penunjang meliputi data dari hasil observasi.
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
1.        Untuk menilai ulangan atau tes formatif.
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:


 


Keterangan :        =   Nilai rata-rata
                        Σ X   =   Jumlah semua nilai siswa
                        Σ N   =   Jumlah siswa

2.        Untuk ketuntasan belajar.
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara  klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 85% atau nilai 75

P
=
siswa yang tuntas belajar
 x 100%
siswa

K.      Pengembangan Perencanaan Tindakan
Pada pengembangan perencanaan tindakan, kegiatan penelitian akan dilakukan sesuai dengan tahapan-tahapan siklus sebagai berikut:
1.        Perencanaan Tindakan Siklus 1
a.    Perencanaan
1)         Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan penerapan pembelajaran aktif teknik mind map untuk meningkatkan kreatifitas siswa.
2)         Membuat rencana pembelajaran  pembelajaran aktif teknik mind map untuk meningkatkan kreatifitas siswa  dan lembar observasi.
3)         Membuat instrument yang digunakan dalam siklus penelitian tindakan kelas, alat bantu dan media yang diperlukan.
4)         Membuat alat evaluasi sejenis tes untuk mengetahui siswa dalam menyelesaikan masalah yang dilaksanakan dalam di setiap akhir siklus.
b.         Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran pembelajaran aktif teknik mind map untuk meningkatkan kreatifitas siswa  yang telah direncanakan.
Adapun langkah-langkah prosedur pada tindakan ini adalah sebagai berikut:
1)      Memilih topik untuk pemetaan pikiran.
2)      Mengkonstruksikan kelas dengan peta pikiran yang sederhana yang menggunakan warna, khayalan atau simbol.
3)      Memberikan kertas, pena, dan sumber-sumber lain yang bertujuan  akan membantu peserta didik membuat peta pikiran yang berwarna dan indah. Memberi peserta tugas memetakan pikiran.
4)      Menunjukkan bahwa mereka memulai peta dengan membuat gambar yang menggambarkan topik atau ide utama.
5)      Memberi mereka semangat untuk membagi-bagi seluruhnya ke dalam komponen-komponen yang lebih kecil dan menggambarkan komponen ini hingga batas luar peta (dengan menggunakan warna dan grafik).
6)      Mendorong mereka untuk menghadirkan setiap ide secara bergambar, dengan menggunakan sedikit kata-kata.
7)      Memberikan waktu yang banyak bagi peserta didik untuk mengembangkan peta pikiran mereka.
8)      Mendorong mereka untuk melihat karya orang lain dengan menstimulasi ide-ide.
9)      Memerintahkan kepada peserta didik untuk saling membagi peta pikirannya.
10)  Melakukan diskusi tentang nilai cara kreatif untuk menggambarkan ide-ide.
c.         Observasi
Pada tahapan ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang memuat catatan-catatan tentang situasi yang terjadi didalam kelas selama tindakan berlangsung.
d.        Refleksi
Dari hasil observasi dikumpul dan dianalisis pada tahap ini. Dari hasil yang didapatkan peneliti dapat merefleksi diri dengan melihat data hasil observasi apakah kegiatan yang dilakukan telah dapat meningkatkan kreatifitas belajar siswa.
Hasil refleksi pada siklus I ini dijadikan barang pertimbangan untuk membuat perencanaan pada siklus II, sedangkan hal-hal yang sudah baik akan dipertahankan.
Indikator untuk melanjutkan ke siklus berikutnya adalah peningkatan pemahaman yang dicapai siswa dengan capaian minimal sekurang-kurangnya 65% siswa telah mencapai nilai tuntas (di atas minimal).
2.        Perencanaan Tindakan Siklus 2
a.    Perencanaan
1)   Malanjutkan aktivitas yang telah dilakukan pada siklus I, membenahi kelemahan pada siklus I.
2)   Mempebaiki dan membenahi kelemahan siklus I.
3)   Merencanakan kembali skenario pembelajaran merujuk hasil refleksi dari siklus I.
4)   Melaksanakan tindakan perbaikan.
b.    Pelaksanaan Tindakan
Pada tahapan ini, tindakan yang dilakukan sesuai dengan perbaikan berdasarkan hasil refleksi siklus I. Langkah yang dilakukan relatif sama dengan pelaksanaan pada siklus I dengan mengadakan perbaikan pada metode mengajar yang diterapkan.
c.    Observasi
Pada prinsipnya observasi yang dilaksanakan pada siklus II hampir sama dengan pelaksanaan pada siklus I.
d.   Refleksi
Dari hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpul dan dianalisis pada tahap ini. Dari hasil yang didapatkan peneliti dapat membuat kesimpulan atas pembelajaran aktif teknik mind map yang dilakukan selama 2 siklus.
Indikator berakhirnya siklus adalah peningkatan pemahaman yang dicapai siswa dengan capaian minimal sekurang-kurangnya 85% siswa telah mencapai nilai tuntas (di atas minimal).

BAB IV
DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN


A.      Deskripsi Data Sekolah
1.        Sejarah Berdiri
Madrasah Ibtidaiyah Assholihiyah yang berlokasi di Kp. Leuwibatu RT.01 RW.01 Desa Leuwibatu Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor, merupakan sebuah lembaga pendidikan formal yang didirikan atas prakarsa seorang tokoh ulama besar di Kecamatan Rumpin, dalam hal ini adalah KH. Abdullah Bin Sholih. Beliau mendirikan madrasah tersebut dengan tujuan untuk menegakkan syi’ar Islam dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dalam penguasaan ilmu pengetahuan agama dan teknologi yang didasari atas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Sebuah tragedi yang paling neraka  yaitu penghianatan G30S/PKI pada tahun 1965 membakar hati para Ulama dalam hal ini KH. Abdullah Bin Sholih untuk tetap konsisten dalam mengkonsolidasi keimanan dan ketaqwaan masyarakat Kp. Leuwibatu. Oleh karena itu pada tahun 1967 didirikanlah madrasah ibtidaiyah Assholihiyah yang pada waktu itu masih berpayung hukum kepada Yayasan Perguruan Mathla’ul Anwar Pengda Kabupaten Bogor sehubungan dengan pengajuan izin operasional dari Kementerian Agama.
Kemudian pada tahun 1972 Yayasan Perguruan Mathla’ul Anwar Pengda Kabupaten Bogor memberikan keleluasaan kepada pihak Yayasan Assholihiyah untuk mengelola madrasah secara mandiri dengan catatan nama Mathla’ul Anwar tetap diabadikan (MI-MA. Assholihiyah). Berjalan kurang lebih 31 tahun nama Mathla’ul Anwar melekat pada madrasah ibtidaiyah Assholihiyah, akhirnya pada tahun 2004 lahirlah badan hukum untuk yayasan Assholihiyah tersebut dengan Akta Notaris Nomor 58, Tanggal 26 Maret 2004 oleh notaris Ny. Ika Rini Hastuti Basuki,SH. Dengan demikian yayasan Assholihiyah sekarang sudah mempunyai kekuatan hukum yang jelas dan pasti tanpa harus bersandar kepada orang lain.
Hampir bersamaan dengan terbitnya akta notaris yayasan, maka pada tahun 2006 madrasah ibtidaiyah Assholihiyah mendapatkan kesempatan untuk mengikuti akreditasi sekolah yang diadakan oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN) dengan Kementerian Agama Kabupaten Bogor, sebagai legalitas kelembagaan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, dan hasilnya bernilai C dengan nomor akreditas C/Kw.10.4/MI//03/359/2006. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada profil sekolah  berikut:

Tabel 1.4
Profile Madrasah

Nama Madrasah
MIS. ASSHOLIHIYAH
Nomor Statistik Madrasah
111232010292
Akreditasi Madrasah
C.  No. C/Kw.10.4/MI//03/359/2006
NPWP
02.548.311.6-434.001
Nama Kepala
ADENG SUBANDI, SPd.I
Nomor Telp./Hp
085811173337
Nama Yayasan
LP2MP ASSHOLIHIYAH
Telp. Yayasan
(0251) 8647549
No. Akte Pendirian Yayasan
No. 58  Tgl. 26 Maret 2004
Kepemilikan Tanah/Bangunan
Yayasan
Status Bangunan
Wakaf
Luas Bangunan
280 M2
Alamat
Kp./Ds. Leuwibatu  RT. 01 RW. 01 Kec. Rumpin Kab. Bogor
.
2.        Visi dan Misi
Membentuk Manusia Muslim Yang Beriman, Berakhlak Mulia, Cakap, Disiplin, dan Tanggung Jawab.
Sedangkan misi madrasah ibtidaiyah Assholihiyah yaitu: ”menciptakan  sumber  daya  manusia yang taqwa, berakhlak mulia  dan berwawasan”, dengan indikator dari visi tersebut adalah :
a)         cakap dan tertib dalam ibadah
b)         cakap/mampu menulis dan membaca al-qur’an
c)         cakap dalam disiplin
d)        memiliki kemampuan akademis yang memadai
e)         memiliki wawasan kebangsaan.

3.        Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan susunan kepengurusan yang ada pada sebuah lembaga, tersusun secara sistematis dan hirarkis berdasarkan urutan kepengurusan dari yang tertinggi sampai yang terbawah, dari ketua sampai anggota. Hal ini bertujuan untuk mempertanggungjawabkan sebuah lembaga supaya mampu menjalankan program sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART). Berikut struktur organisasi MIS Assholihiyah Leuwibatu Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor Tahun Pelajaran 2013/2014 adalah sebagai berikut:
Pembina Madrasah                              :     Ketua LP2MP “Assholihiyah”
                                                            :     Pengawas Pendais Kecamatan Rumpin
Komite Madrasah                               :     M. Hamdani
Kepala Madrasah                                :     Adeng Subandi, S.Pd.I
Bendahara Madrasah                          :     Ahmad Syakiri, S.Pd
PKM. Kurikulum                                :     Nurjen, S.Pd.I
PKM. Kesiswaan                                :     Eep Haetami, S.Pd
PKM. Sarana Prasarana                      :     Nurjanah, S.Pd.I
PKM. Hubungan Kemasyarakatan     :     Abdul Kohar, S.Pd.I
Operator Madrasah                             :     Deden Sumntri
Guru Kelas                                          :     1. Nur’apipah, A.Ma
                                                                  2. Ahmad Syakiri, S.Pd
                                                                  3. Eep Haetami, S.Pd
                                                                  4. Nurjen, S.Pd.I
                                                                  5. Nurjanah, S.Pd.I
                                                                  6. Abdul Kohar, S.Pd.I
                                                                  7. Deden Sumantri
4.        Kurikulum
Kurikulum pembelajaran yang digunakan oleh MIS “Assholihiyah” Leuwibatu Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor Tahun Pelajaran 2013/2014 adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Berkarakter Tahun 2011 yang dimodivikasi dengan Kurikulum Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren (Pekapontren) seperti Muatan Lokal Kitab Kuning dan lain-lain.
5.        Keadaan Personalia  
Personalia MIS Assholihiyah Leuwibatu Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor Tahun Pelajaran 2013/2014 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4
Keadaan Personalia

No
Nama
Gender
Jabatan
Pend.
L
P
1
Adeng Subandi, S.Pd.I
1

Kamad
S.1
2
Abdul Kohar, S.Pd.I
1

Guru Kelas
S.1
3
Ahmad Syakiri, S.Pd.
1

Guru Kelas
D.2
4
Eep Haetami, S.Pd.
1

Guru Kelas
D.2
5
Nurjen, S.Pd.I
1

Guru Kelas
S.1
6
Nurjanah, S.Pd.I

1
Guru Kelas
S.1
7
Nur’apipah, A.Ma.

1
Guru Kelas
D.2
8
Deden Sumantri
1

GMP
SLTA
Jumlah
6
2



6.        Keadaan Siswa
Keadaan siswa MIS Assholihiyah Leuwibatu Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor Tahun Pelajaran 2013/2014 adalah sebagai berikut:


Tabel 3.4
Keadaan Siswa
Tahun Pelajaran 2013/2014

Kelas
Jumlah Murid Awal Bulan
Murid Yang Keluar Bulan Ini
Murid Yang Masuk Bulan Ini
Jumlah Murid Akhir Bulan
L
P
J
L
P
J
L
P
J
L
P
J
1
15
15
30
-
-
-
-
-
-
15
15
30
2
15
16
31
-
-
-
-
-
-
15
16
31
3
6
10
16
-
-
-
-
-
-
6
10
16
4
9
7
16
-
-
-
-
-
-
9
7
16
5
7
4
11
-
-
-
-
-
-
7
4
11
6
13
10
23
-
-
-
-
-
-
13
10
23
Jumlah
65
62
127
-
-
-
-
-
-
65
62
127

7.        Sarana Prasarana
Keadaan sarana prasarana MIS Assholihiyah Leuwibatu Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor Tahun Pelajaran 2013/2014 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4
Keadaan Sarana Prasarana

No
Jenis Prasarana
Jumlah
Kondisi
Baik
Rusak
1
Ruang Kelas
6

2
Ruang Kepala Sekolah
1

3
Ruang Guru
1

4
Ruang TU
1

5
Ruang Perpustakaan
1

6
Musholla
1

7
Ruang Konseling
1

8
Ruang UKS
1

9
Ruang  OSIS
1

10
Ruang MCK
1

11
Gudang
1

12
Meja Kepala Sekolah
1

13
Kursi Kepala Sekolah
1

14
Meja Guru
26

15
Kursi Guru
26

16
Meja TU
1

17
Kursi TU
1

18
Meja Siswa
199

19
Kursi Siswa
199

20
Lemari
6

21
Komputer
4

22
Laptop
4

23
Infokus
2


B.       Analisis Data, Intervensi Hasil Analisis dan Pembahasan
1.        Deskripsi Pelaksanaan Pratindakan
Dalam tindakan pendahuluan yang dilakukan peneliti yaitu untuk mengidentifikasi masalah. Maka peneliti melakukan beberapa langkah dalam pembelajaran teknik mind map dalam meningkatkan kreatifitas siswa pada mata pelajaran PAI. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan kreatifitas siswa pada mata pelajaran PAI yaitu dengan melakukan pengamatan (observasi), dan angket.
Proses belajar mengajar yang terjadi pada tahap ini setelah peneliti melakukan pengamatan (observasi) adalah:
a.          Pada saat guru menyampaikan materi guru kurang aktif dan variatif dalam metode pembelajaran.
b.         Guru mengkoordinasikan keadaan siswa, kemudian meminta siswa untuk menulis dan membaca contoh puisi yang sudah disiapkan guru.
c.           Guru memperhatikan keadaan siswa selama proses pembelajaran dimulai, nampak ada beberapa siswa yang masih acuh dengan penjelasan yang disampaikan guru. Dan ada beberapa siswa yang masih bertanya-tanya dengan teman sebangkunya.
d.         Guru memberikan penilaian dari hasil tugas siswa.
Setelah peneliti melakukan pengamatan, peneliti memberikan tugas dengan meminta siswa untuk mengisi lembar angket. Siswa diminta menjelaskan kesulitan-kesulitan selama melakukan kreatifitas mind map. Angket digunakan untuk mengetahui dimana batas permasalahan yang dihadapi siswa dalam melakukan kreatifitas mind map. Setelah mengoreksi hasil angket yang diisi siswa, guru mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam melakukan kreatifitas mind map, di antaranya:
1)         Siswa kesulitan membuat peta pikiran yang berwarna dan indah.
2)         Siswa kesulitan menemukan kata-kata yang tepat dan sesuai dengan tema.
3)         Siswa kesulitan memulai peta dengan membuat gambar yang menggambarkan topik atau ide utama.
4)         Siswa merasa kesulitan dalam menyambungkan imajinasi dengan menuliskan kata-kata.
5)         Kurang mengungkapkan ide secara bergambar, dengan menggunakan sedikit kata-kata.
Karena masih banyak kesulitan yang dialami siswa, dan perlu perbaikan dalam menangani permasalahan tersebut, maka penulis melakukan tes awal.

(a)      Perencanaan  Tindakan
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas I MIS. Assholihiyah Leuwibatu Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor, yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Pada kegiatan perencanaan pratindakan ini peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Pada pertemuan ini guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengisi absensi siswa, dan secara biasa guru sebelum pembelajaran dimulai guru meminta siswa untuk tepuk semangat. Setelah tepuk semangat, guru menyapa siswa apakah siswa sudah siap untuk mengikuti pelajaran.
Setelah keadaan terkoordinasi guru menyampaikan materi, kemudian menempelkan gambar di papan tulis. Selesai menempelkan gambar di papan tulis, guru menyampaikan langkah-langkah yang harus digunakan oleh siswa. Setelah penjelasan guru siswa diminta untuk segera melakukan kreatifitas mind map.

(b)      Pelaksanaan
Pada pelaksanaan ini guru melaksanakan dan menjalankan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat. Terdengar dari luar kelas ketika guru mau memasuki kelas siswa sedang berdoa. Guru memasuki ruang kelas tiga siswa masih dalam keadaan berdoa. Selesai berdoa guru menjawab salam yang diucapkan semua siswa dan menyapa kabar siswa. Sesuai dengan perencanaan guru mengabsensi kehadiran siswa untuk mengetahui apakah semua siswa hadir dalam pelaksanaan tes awal ini. Dan sesuai dengan harapan siswa hadir semua.
Sebelum pembelajaran dimulai guru meminta siswa untuk berdiri dan guru memimpin siswa untuk tepuk semangat. Agar suasana tidak tegang dan siswa menjadi semangat untuk belajar.
Selanjutnya guru menyampaikan materi pembelajaran, guru menjelaskan langkah-langkah yang harus siswa lakukan, dan kompetensi yang harus dimengerti dan dikuasai. Kemudian guru meminta siswa untuk bertanya jika siswa belum paham tentang penyampaian guru.
Setelah memberikan penjelasan dan tidak ada siswa yang bertanya guru menempelkan gambar. Guru meminta siswa agar tidak berdiskusi dalam melakukan kreatifitas mind map.

(c)       Observasi
Peneliti beserta observer melakukan observasi selama pembelajaran berlangsung. Adapun  hasil observasi yang dilakukan peneliti dengan tabel di bawah ini :
Tabel 5.4
Hasil Observasi Guru Terhadap Siswa

No.
Asapek yang diamati
Kriteria
Baik
Cukup
Kurang

Aktifitas siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar
a.       Siswa memperhatikan dan menyimak penjelasan guru




ü   

b.      Siswa bertanya seputar materi melakukan kreatifitas mind map


ü   

c.       Siswa menjawab pertanyaan guru yang berhubungan dengan materi



ü   
d.      Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru


ü   

2.
Perilaku siswa yang tidak sesuai dengan yang diharapkan guru
a.       Mengobrol dengan teman sebangkunya


ü   


b.      Melamun


ü   
c.       Meniru pekerjaan temannya



ü   
d.      Mengerjakan tugas terlalu lama (tidak sesuai batas waktu yang ditentukan



ü   


Dengan hasil observasi yang dilakukan, maka peneliti mengetahui hasil tugas siswa dan dapat disimpulkan bahwa guru telah melakukan tugas dalam pembelajaran teknik mind map dalam meningkatkan kreatifitas siswa pada mata pelajaran PAI dengan cukup baik.


Tabel 6.4
Hasil Observasi Siswa Terhadap Guru

No.
Hal yang diamati
Kriteria
Presentase
Baik
Cukup
Kurang
1.
Kemampuan membuka pelajaran
a.       memotivasi siswa
b.      menarik perhatian siswa
c.       memberi acuan materi yang diajarkan
ü   


70
2.
Sikap guru selama proses pembelajaran
a.       Kejelasan suara dalam penyampaian materi
b.      Menyesuaikan posisi tempat dalam kelas
c.       Gerakan dan mimik

ü   

70
3.
Penguasaan meteri ajar
a.       Menyampaikan meteri ajar dengan jelas
b.      Jelas dalam memberikan contoh
c.       Penguasaan materi yang disampaikan
ü   


70
4.
Implementasi dalam langkah-langkah pembelajaran
a.       Penyajian materi sesuai dengan RPP
b.      Memanfaatkan alokasi waktu yang telah ditentukan
c.       Menanggapi respon siswa
d.      Berkomunikasi dengan baik pada siswa

ü   

70
5.
Penggunaan media
a.       Menggunakan media dengan tepat saat digunakan
b.      Membantu proses pembelajaran
c.       Terampil dalam mengggunakan media

ü   

70

Jumlah rata-rata
70,00


Total skor    =    jumlah presentase
                             Jumlah kriteria
                    =    350
                            5
                    =    70,00
Keterangan :
Kriteria penilaian jumlah rata-rata:
Baik            =  70-100
Cukup         =  40-69
Kurang        =  10-39

Setelah mengetahui hasil observasi yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah rata-rata 70,00 dengan kategori baik merupakan penilaian siswa terhadap guru.
Selain lembar observasi guru dan observasi siswa, peneliti juga menggunakan angket yang diberikan pada sebelum dan sesudah tindakan.


Tabel 7.4
Angket Siswa Sebelum Tindakan

Pertanyaan
Alernatif jawaban
Ya
%
Tidak
%
1.         Apakah kamu merasa kesulitan membuat peta pikiran yang berwarna dan indah?
16
80%
4
20%

Dari pertanyaan di atas ternyata 80% siswa merasa kesulitan dalam membuat peta pikiran yang berwarna dan indah. Ini menunjukkan siswa perlu di latih lagi.



Tabel 8.4
Angket Siswa Sebelum Tindakan

Pertanyaan
Alternatif jawaban
Ya
%
Tidak
%
2.         Apakah kamu merasa kesulitan menemukan kata-kata yang tepat dan sesuai dengan tema?
18
90%
2
10%

Dari pertanyaan di atas ternyata 90% siswa merasa kesulitan dalam menemukan kata-kata yang tepat dan sesuai dengan tema dan perlu di latih lagi.
Tabel 9.4
Angket Siswa Sebelum Tindakan

Pertanyaan
Alternatif jawaban
Ya
%
Tidak
%
3.         Apakah kamu merasa kesulitan memulai peta dengan membuat gambar yang menggambarkan topik atau ide utama?
15
75
5
25%

Dari pertanyaan di atas, ternyata 75% siswa merasa kesulitan memulai peta dengan membuat gambar yang menggambarkan topik atau ide utama, maka dari itu perlu latihan lagi.
Tabel 6.4
Angket Siswa Sebelum Tindakan

Pertanyaan
Alternatif jawaban
Ya
%
Tidak
%
4.         Apakah kamu merasa kesulitan dalam menyambungkan imajinasi dengan menuliskan kata-kata?
20
100%
0
0%

Dari pertanyaan di atas, ternyata 100% siswa merasa kesulitan dalam menyambungkan imajinasi dengan menuliskan kata-kata. Maka dari itu harus ada peningkatan lagi dengan latihan.
Tabel 10.4
Angket Siswa Sesudah Tindakan

Pertanyaan
Alternatif jawaban
Ya
%
Tidak
%
1.         Apakah kamu merasa kesulitan membuat peta pikiran yang berwarna dan indah?
3
15%
17
85%

Dari pertanyaan di atas sesudah tindakan, 85% siswa sudah bisa membuat peta pikiran yang berwarna dan indah untuk melakukan kreatifitas mind map.
Tabel 11.4
Angket Siswa Sesudah Tindakan

Pertanyaan
Alternatif jawaban
Ya
%
Tidak
%
2.         Apakah kamu merasa kesulitan menemukan kata-kata yang tepat dan sesuai dengan tema?
5
25%
15
75%

Dari pertanyaan di atas, dapat diketahui 75% siswa ternyata sudah tidak merasa kesulitan dalam menemukan kata-kata yang tepat dan sesuai dengan tema untuk melakukan kreatifitas mind map.
Tabel 12.4
Angket Siswa Sesudah Tindakan

Pertanyaan
Alternatif jawaban
Ya
%
Tidak
%
3.         Apakah kamu merasa kesulitan memulai peta dengan membuat gambar yang menggambarkan topik atau ide utama?
16
80%
4
20%
Dari pertanyaan di atas, ternyata 80% siswa sudah tidak merasa kesulitan memulai peta dengan membuat gambar yang menggambarkan topik atau ide utama.

Tabel 13.4
Angket Siswa Sesudah Tindakan

Pertanyaan
Alternatif jawaban
Ya
%
Tidak
%
4.         Apakah kamu merasa kesulitan dalam menyambungkan imajinasi dengan menuliskan kata-kata?
20
100%
0
0%

Dari pertanyaan di atas, ternyata 100% siswa tidak merasa kesulitan dalam menyambungkan imajinasi dengan menuliskan kata-kata dalam melakukan kreatifitas mind map.
Dan dapat disimpulkan pula dari hasil angket siswa sesudah tindakan di atas bahwa dengan menyambungkan imajinasi dan menuliskan kata-kata cukup membantu siswa dalam melakukan kreatifitas mind map.

Tabel 14.4
Hasil Angket Siswa Sebelum Tindakan

Angket Siswa Sebelum Menggunakan Media
1
Siswa merasa kesulitan membuat peta pikiran yang berwarna dan indah
2
Siswa merasa kesulitan menemukan kata-kata yang tepat dan sesuai dengan tema
3
Siswa merasa kesulitan memulai peta dengan membuat gambar yang menggambarkan topik atau ide utama
4
Siswa merasa kesulitan dalam menyambungkan imajinasi dengan menuliskan kata-kata
Tabel  15.4
Hasil Angket Siswa Sesudah Tindakan


Angket Siswa Sesudah Tindakan
1
Siswa sudah bisa membuat peta pikiran yang berwarna dan indah untuk melakukan kreatifitas mind map
2
Siswa tidak merasa kesulitan dalam menemukan kata-kata yang tepat dan sesuai dengan tema untuk melakukan kreatifitas mind map
3
Siswa sudah tidak merasa kesulitan memulai peta dengan membuat gambar yang menggambarkan topik atau ide utama
4
Siswa tidak merasa kesulitan dalam menyambungkan imajinasi dengan menuliskan kata-kata dalam melakukan kreatifitas mind map

  
Dari kedua tabel di atas merupakan hasil analisa atas kesulitan yang dihadapi siswa selama pembelajaran materi melakukan kreatifitas mind map. Dapat dilihat dari hasil angket yang diberikan sebelum tindakan bahwa dari 100% siswa 90% siswa menjawab seperti dalam tabel  di atas.
Sedangkan pada tabel angket sesudah tindakan dilakukan, siswa merasa senang dan terbantu dalam pembelajaran melakukan kreatifitas mind map. Dengan penggunaan media gambar siswa merasa lebih mudah dalam menyusun kata-kata, mengungkapkan ide dan berimajinasi.
Setelah mengetahui hasil observasi dan hasil angket siswa, peneliti juga menggunakan tes awal dan mencantumkan hasil tes awal kemampuan kreatifitas siswa pada mata pelajaran PAI sebagai berikut:




Tabel 16. 4
Rekapitulasi Nilai Pendahuluan (Tes Awal)
Kemampuan Siswa Dalam Melakukan Kreatifitas Mind Map

No
Nama
Nilai
1
Ade Alvin
65
2
Ananda Maulid
65
3
Apip Ferdika
45
4
Bembi Saputra
65
5
Dela Handayani
50
6
Dinda Aulia
60
7
Elsa Suryani
45
8
Fikri Septian
60
9
Fitriyani
45
10
Indri
50
11
Ira Sulistiawati
45
12
Irna Sari
60
13
Jilal Afriansyah
50
14
Nanay
65
15
Rahayu
45
16
Rehan Tiana
45
17
Rivaldi
50
18
Siti Amelia
45
19
Yanda Praditia Putra
50
20
Yopiansyah
45
Jumlah
1050
Rata-rata
52,05

Dari tabel rekapitulasi nilai tes awal di atas dapat disimpulkan bahwa dari 20 siswa yang mendapat nilai terendah 45 dan yang memperoleh nilai tertinggi 65. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 52,05. Dari 20 siswa yang belum mencapai SKBM sebanyak 13 orang dan siswa yang sudah mencapai SKBM sebanyak 7 orang. Sedangkan SKBM pembelajaran PAI Madrasah Ibtidaiyah yaitu 65. Pada umumnya siswa sudah dapat melakukan kreatifitas mind map tetapi dilihat dari hasil yang diperoleh setelah menggunakan kriteria penilaian maka dapat terlihat belum menguasai ide-ide, pemilihan kata, serta ungkapan perasaan siswa. Hal ini terjadi karena penulisan dilakukan secara spontanitas. Maka dari itu peneliti akan mengkaji dan melatih ulang untuk meningkatkan kreatifitas siswa dalam mengembangkan keterampilan pada mata pelajaran PAI melalui teknik mind map.

2.        Deskripsi Data Siklus I
Data siklus ini mencakup deskripsi data dan nilai kemampuan melakukan kreatifitas mind map, catatan peneliti, catatan kolaborator, refleksi, pembahasan data, pembahasan hasil siklus I, dan temuan-temuan.

Tabel 17.4
Rekapitulasi Nilai Kemampuan Siswa Melakukan Kreatifitas Mind Map
Siklus I

No
Nama
Nilai
1
Ade Alvin
70
2
Ananda Maulid
70
3
Apip Ferdika
60
4
Bembi Saputra
65
5
Dela Handayani
60
6
Dinda Aulia
65
7
Elsa Suryani
55
8
Fikri Septian
70
9
Fitriyani
50
10
Indri
50
11
Ira Sulistiawati
50
12
Irna Sari
70
13
Jilal Afriansyah
65
14
Nanay
75
15
Rahayu
50
16
Rehan Tiani
50
17
Rivaldi
60
18
Siti Amelia
50
19
Yanda Praditia Putra
50
20
Yopiansyah
50
Jumlah
1190
Rata-rata
59,05

Pada  tabel hasil di atas dapat diperoleh informasi bahwa dari 20 siswa nilai tertinggi 75 dan nilai terendah yaitu 50 dan nilai rata-rata 59,05. Hasil siklus I ini belum cukup mencapai SKBM. Kemmungkinan peneliti akan mengggunakan siklus berikutnya.

a.         Catatan Penelitian
Pada siklus ini peneliti menggunakan rencana pembelajaran untuk    pertemuan ke-1 dan ke-2. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan penjelasan peneliti tentang tujuan materi yang hendak dicapai. Peneliti menjelaskan tujuan dengan sejelas-jelasnya, dengan maksud agar siswa mengetahui kompetensi yang harus dikuasai dan benar-benar dipahami.
Selanjutnya peneliti mengkoordinasikan kelas, dan merapihkan cara duduk siswa yang baik selama pembelajaran berlangsung. Setelah semua terlihat rapi dan tenang, peneliti mengintruksikan kepada seluruh siswa bahwa pembelajaran melakukan kreatifitas mind map kali ini menggunakan media gambar secara individu. Peneliti telah menyiapkan  gambar di atas meja dengan keadaan terbalik. Peneliti menyuruh siswa mengambil gambar dengan cara sambil mengabsen siswa, siswa ada saja yang ingin menukar gambarnya karena tidak menyukai gambar yang telah dipilihnya. Peneliti tidak mengikuti permintaan siswa agar siswa bisa berpikir kreatif dengan gambar yang telah didapatnya.
Setelah semua siswa mendapatkan gambar, peneliti memperhatikan keadaan kegiatan siswa selama pembelajaran melakukan kreatifitas mind map. Ada yang sudah memulai menulis, ada yang masih memperhatikan gambarnya, dan ada pula yang masih bingung dan bertanya-tanya.
Peneliti mencoba menjelaskan bila ada yang kurang paham atau gambar kurang jelas harap siswa bertanya kepada peneliti. Setelah tidak ada yang beranya peneliti tidak hanya duduk di depan kelas tetapi berkeliling memperhatikan siswa. Peneliti mengintruksikan bahwa tugas siswa harap segera dikumpulkan karena waktu akan segera habis. Ada beberapa siswa yang sudah selesai dan mengumpulkan hasil melakukan kreatifitas mind mapnya, dan ada yang masih melakukan kreatifitas mind mapnya. Setelah semua terkumpul peneliti menjelaskan jika nilainya masih belum cukup peneliti akan mengulang pembelajaran melakukan kreatifitas mind map pada peremuan berikutnya. Dan semua pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 terulang pada siklus II. Peneliti mencatat hal-hal yang ditemukan selama pembelajaran berlangsung.

b.         Catatan Kolaborator 
Dalam catatan kolaborator mengenai kegiatan pembelajaran pada siklus I mengamati peneliti dalam berbagai hal mengenai siswa dan proses pembelajaran. Kolaborator menyimpulkan bahwa peneliti telah melakukan pembelajaran dengan langkah-langkah sesuai Rencana Pembelajaran yang telah di rancang. Dalam pembelajaran ini peneliti menggunakan metode ceramah, inkuiri, dan penegasan penjelasan dalam pembelajaran melakukan kreatifitas mind map. Dalam pembelajaran ini peneliti menggunakan  media gambar. Gambar di berikan secara individu, kecuali pada pertemuan awal atau pendahuluan, peneliti menggunakan gambar yang ditempel di papan tulis dan di lihat bersama-sama.
Pada kegiatan pembelajaran siswa mengikuti pembelajaran dengan baik dan memperhatikan penjelasan dari peneliti. Terlihat beberapa anak semangat ketika peneliti menyuruh siswa untuk mengambil gambar secara perorangan, dan ada beberapa anak tampak terlihat ragu-ragu untuk maju ke depan mengambil gambar. Tetapi peneliti memotivasi siswa untuk tidak ragu-ragu mengambil gambar. Siswa pun akhirnya termotivasi dan aktif untuk siap mengikuti pembelajaran.
Selama proses pembelajaran berlangsung, dan setelah siswa memegang gambar yang telah didapatnya, terlihat siswa memperhatikan gambar dan ada yang sambil menulis. Setelah hampir lima menit ada siswa yang belum sama sekali menuliskan kata-kata sedikitpun. Hal ini dikarenakan beberapa siswa belum paham mengamati gambar tersebut karena pembelajaran mengungkapkan ide dan imajinasi untuk melakukan kreatifitas mind map dengan media gambar baru pertama kali dilakukan.  

c.          Refleksi Pembahasan Data Siklus I
Berdasarkan pembahasan-pembahasan di atas, kemampuan dan keterampilan siswa dalam melakukan kreatifitas mind map dengan media gambar pada siklus I dapat direfleksikan sebagai berikut:
1)         Nilai terendah siswa pada siklus I adalah 50 dari nilai kumulatif seluruh aspek penilaian kemampuan dan teknik mind map dalam meningkatkan kreatifitas siswa pada mata pelajaran PAI adalah 100.
2)         Dengan  kemampuan nilai rata-rata yaitu 59,05. Nilai ini masih belum mencukupi karena SKBM rata-rata 60. Sehingga perlu perubahan pada siklus berikutnya.

d.         Pembahasan Hasil Siklus I
Berdasarkan dari data hasil penelitian dapat dijelaskan  melalui penjelasan sebagai berikut:
Dari kemampuan 20 siswa kelas III dalam teknik mind map dalam meningkatkan kreatifitas siswa pada mata pelajaran PAI dengan media gambar pada siklus I dinilai berdasarkan unsur-unsur penilaian melakukan kreatifitas mind map yang meliputi kesesuaian kata dengan tema, kesesuaian perasaan dengan tema, dapat diketahui bahwa kemampuan dan keterampilan siswa melakukan kreatifitas mind map masih rendah. Dengan data penilaian melakukan kreatifitas mind map pada siklus I menunjukkan bahwa belum semua siswa dapat menuliskan tulisannya dengan baik. Karena masih ada beberapa siswa yang mendapat nilai sangat rendah. Karena belum tercapainya tingkat kemampuan siswa melakukan kreatifitas mind map disebabkan siswa belum banyak terlatih menggunakan ide dan menuangkannya kedalam tulisan.

3.         Deskripsi Data Siklus II
a.         Data Kemampuan Siswa Melakukan Kreatifitas Mind Map
Pada siklus ini data kemampuan siswa melakukan kreatifitas mind map tetap diperoleh dari hasil penilaian yang sama pada siklus sebelumnya. Yaitu:
1)         Aspek kesesuaian kata dengan tema
2)         Kesesuaian menggunakan ide dan imajinasi
3)         Kesesuain ungkapan perasaan dengan tema
Data kemampuan kreatifitas siswa pada mata pelajaran PAI pada gambar tabel di bawah ini:
Tabel 18.4
Rekapitulasi Nilai Kemampuan Siswa Melakukan Kreatifitas Mind Map
Siklus II

No
Nama
Nilai
1
Ade Alvin
75
2
Ananda Maulid
80
3
Apip Ferdika
65
4
Bembi Saputra
80
5
Dela Handayani
75
6
Dinda Aulia
80
7
Elsa Suryani
65
8
Fikri Septian
80
9
Fitriyani
55
10
Indri
70
11
Ira Sulistiawati
55
12
Irna Sari
80
13
Jilal Afriyansah
80
14
Nanay
80
15
Rahayu
65
16
Rehan Tiani
65
17
Rivaldi
70
18
Siti Amelia
55
19
Yanda Praditia Putra
70
20
Yopiansyah
55
Jumlah
1400
Rata-rata
70,00

Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 20 siswa yang mendapat nilai tertinggi adalah 80 dan nilai terendah adalah 55, sedangkan nilai rata-rata kelas yaitu 70,00. Dan siswa yang belum mencapai SKBM hanya tinggal 4 orang lagi. Dan dapat disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan kemampuan keterampilan siswa dalam melakukan kreatifitas mind map dengan media gambar. Dan di samping itu nilai siswa sudah mendekati kriteria yang telah di tetapkan dan diharapkan. Maka dari itu peneliti mengaggap bahwa aktivitas tindakan kelas yaitu latihan peningkatan keterampilan melakukan kreatifitas mind map dengan media gambar cukup pada siklus II.

b.         Catatan Peneliti
Pada siklus II ini peneliti menggunakan Rencana Pembelajaran untuk pertemuan ke empat, kegiatan pada peremuan ke empat ini peneliti melaksanakan pembelajaran pembahasan dari hasil pertemuan ke satu, dua dan ke tiga. Peneliti menjelaskan  tentang materi teknik mind map dalam meningkatkan kreatifitas siswa pada mata pelajaran PAI yang telah dipelajari. Terlihat siswa sangat bersemangat dalam pertemuan ini karena siswa menganggap tidak akan melakukan kreatifitas mind map lagi.
Setelah keadaan cukup tenang, peneliti membagikan hasil tugas siswa yang sudah dikoreksi. Peneliti juga membahas kekurangan-kekurangan dalam melakukan kreatifitas mind map.  Peneliti memanggil siswa secara individu untuk mengambil hasil mind map sambil menjelaskan kepada siswa tentang apa yang kurang dalam penulisannya.
Peneliti melakukan tanya jawab kepada siswa untuk mengingat kembali materi melakukan kreatifitas mind map. Peneliti bertanya kepada siswa tentang apa saja kesulitan selama melakukan kreatifitas mind map. Beberapa siswa tampak malu-malu untuk bertanya, tetapi ada pula beberapa siswa yang bertanya tentang kesulitan melakukan kreatifitas mind map dan ada siswa yang mengatakan  belajar menggunakan media gambar itu menyenangkan.

c.          Catatan Kolaborator
Dalam catatan kolaborator dapat diketahui bahwa pada siklus II telah terjadi perubahan-perubahan dalam pembelajaran yang dilakukan peneliti. Peneliti lebih aktif dalam mengatur keadaan kelas dan lebih optimal dalam menyampaikan materi. Selama pembelajaran berlangsung terlihat banyak siswa lebih tenang tidak tegang seperti pertemuan sebelumnya. Ada beberapa siswa yang mengatakan “mengapa melakukan kreatifitas mind map lagi?”. Dengan pertanyaan tersebut peneliti berusaha menjelaskan tentang alasan pengulangan melakukan kreatifitas mind map. Beberapa siswa pun lebih mengerti ketika peneliti sudah menjelaskan.
Dari data yang telah diperoleh dari pengamatan, observasi dan penilaian proses keteraampilan melakukan kreatifitas mind map dengan media gambar yang dilakukan pada 20 siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah padfa siklus II, dapat diketahui keterampilan kreatifitas siswa pada mata pelajaran PAI telah mengalami peningkatan dan sudah cukup baik.

d.         Refleksi Pembahasan Data Siklus II 
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian kemampuan keterampilan melakukan kreatifitas mind map dengan media gambar pada siklus II, dapat direfleksikan sebagai berikut:
1)         Pada siklus II, nilai terendah adalah 55, dari nilai kumulatif seluruh aspek penilaian keterampilan melakukan kreatifitas mind map yaitu 100.
2)         Terdapat beberapa siswa memiliki kemampuan di atas nilai rata-rata kelas yaitu 7,00. Kemampuan melakukan kreatifitas mind map mereka sudah dalam tahap yang cukup baik.
Dari uraian di atas bahwa kemampuan keterampilan melakukan kreatifitas mind map dengan media gambar pada siklus II ini telah mengalami peningkatan yang cukup baik. Dalam kemampuan keterampilan melakukan kreatifitas mind map yang mencapai nilai terendah yang diperoleh siswa yaitu 55 dan nilai rata-rata kelas 7,00. Maka dari itu penelitian tindakan kelas dicukupkan sampai siklus II saja, karena penilaian pembelajaran keterampilan melakukan kreatifitas mind map sudah cukup memuaskan.

e.          Pembahasan Hasil Siklus II
Berdasarkan hasil data penelitian siklus II dan uraian refleksi hasil penelitian siklus II, dapat dijelaskan pembahasan sebagai berikut:
Kemampuan keterampilan melakukan kreatifitas mind map berdasarkan gambar pada siswa kelas III, dengan jumlah 20 orang dinilai dari beberapa aspek diperoleh data bahwa dari rata-rata kelas 70,00. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil saja siswa kelas III yang kemampuannya di bawah standar yang telah ditetapkan.

f.          Temuan-temuan
Berdasarkan dari hasil refleksi dan pembahasan dari tiap siklus terdapat temuan-temuan yang diperoleh peneliti sebagai berikut:
1)         Pada siklus I berdasarkan data penilaian dari hasil pembelajaran keterampilan siswa masih kurang. Hal ini dilihat dari pencapaian nilai siswa dengan nilai terendah 45 dengan rata-rata 59,05. Siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata terdapat 9 orang.
2)         Pada siklus II pembelajaran melakukan kreatifitas mind map, dilakukan dengan langkah-langkah pembelajaran yang lebih efektif, penggunaan metode dan media yang cukup mendukung, membantu peneliti dan siswa untuk memperlancar pembelajaran pada siklus ini dan mendapat peningkatan yang cukup baik. Hal ini ditemukan dari dari data nilai siswa yang nilai tertingginya adalah 80, dan nilai rata-rata kelas 70,00. Data tersebut menunjukkan keterampilan siswa dalam melakukan kreatifitas mind map cukup memuaskan.
3)         Dapat diketahui bahwa dalam pembelajaran melakukan kreatifitas mind map sangat membantu meningkatkan keterampilan kreatifitas siswa pada mata pelajaran PAI. Dan ada beberapa siswa masih tidak terbantu dengan menggunakan strategi pembelajaran teknik mind map.

Perbandingan data hasil kemampuan keterampilan siswa dalam melakukan kreatifitas mind map antara tes pendahuluan, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel 13 di bawah ini:
Tabel 19.4
Perbandingan Data Hasil Kemampuan Keterampilan Siswa
Dalam Melakukan Kreatifitas Mind Map

No
Nama
Pendahuluan
Siklus I
Siklus II
Nilai
Nilai
Nilai
1
Ade Alvin
65
70
75
2
Ananda Maulid
65
70
80
3
Apip Ferdika
45
60
65
4
Bembi Saputra
65
65
80
5
Dela Handayani
50
60
75
6
Dinda Aulia
60
65
80
7
Elsa Suryani
45
55
65
8
Fikri Septian
60
70
80
9
Fitriyani
45
50
55
10
Indri
50
50
70
11
Ira Sulistiawati
45
50
55
12
Irna Sari
60
70
80
13
Jilal Apriansyah
50
65
80
14
Nanay
65
75
80
15
Rahayu
45
50
65
16
Rehan Tiani
45
50
65
17
Rivaldi
50
60
70
18
Siti Amelia
45
50
55
19
Yanda Praditia Putra
50
50
70
20
Yopiansyah
45
50
50
Jumlah
1050
1190
1400
Rata-rata
52,5
59,05
70,00

Pada tabel di atas, perbandingan rekapiulasi peningkatan keterampilan kreatifitas siswa pada mata pelajaran PAI dengan menggunakan strategi pembelajaran teknik mind map dapat dilihat secara rinci telah terjadi peningkatan kemampuan melakukan kreatifitas mind map. Dengan nilai kumulatif dan nilai rata-rata telah mencapai tahap keberhasilan  yang cukup baik. Pencapaian nilai rata-rata kelas 70,00 sangat baik karena sudah melebihi nilai SKBM yang telah ditentukan yaitu 60,00. Yang belum mencapai nilai ketuntasan tinggal 4 orang lagi. Siswa yang belum tunas dan mendapa nilai di bawah rata-rata peneliti memberikan ulang dan latihan melakukan kreatifitas mind map.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


A.          Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari bab I sampai dengan bab IV dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang menyebabkan kurangnya minat dan perhatian dari siswa dalam melakukan kreatifitas mind map, yaitu penyusunan kata yang masih terbatas, siswa merasa kesulitan membuat peta pikiran yang berwarna yang indah, merasa kesulitan menemukan kata-kata yang tepat dan sesuai dengan tema, merasa kesulitan memulai peta dengan membuat gambar yang menggambarkan topik atau ide utama, merasa kesulitan dalam menyambungkan imajinasi dengan menuliskan kata-kata. Dengan menggunakan strategi pembelajaran teknik mind map dapat meningkatkan kraetifitas siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MIS. Assholihiyah leuwibatu Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor, dengan hasil perolehan nilai sebagai berikut:
1.            Nilai yang didapat oleh siswa pada tes awal sebesar 52.05.
2.            Nilai tes siklus I 59.05. Ada sedikit peningkatan sebesar 7.00%.
3.            Nilai tes pada siklus II sebesar 70.00 dan mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 10.95%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran teknik mind map dapat meningkatkan kraetifitas siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MIS. Assholihiyah leuwibatu Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor Peningkatan yang dialami siswa dari tes awal, tes siklus I, sampai tes siklus II sebesar 17.95%.

B.           Saran-saran
Untuk menciptakan belajar efektif dan menyenangkan, selain faktor lingkungan, sarana, peralatan, fasilitas, ruangan, kenyamanan, keamanan dan orang tua serta dukungan diri kita sendiri, maka peran seorang guru di sekolah sangat penting, apalagi dalam melakukan kreatifitas mind map.
 


[1] N.K. Roestiyah. Masalah-masalah Ilmu Keguruan. (Jakarta: Bina Aksara, 1982), hlm. 45
[2] Qonita Alya. Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pendidikan Dasar. (Jakarta: Indah Jaya Adipratama, 2009). hlm : 751
[3] Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta: Kencana Prena Media, 2006). hlm : 125
[4] Uus Ruswandi dan Badrudin, Media Pembelajaran. (Bandung: CV. Insan Mandiri, 2003). hlm. 2 
[5] Trianto. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep, Landasan. (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007). hlm.7
[6] Tony Buzan. Buku Pintar Mind Maps. (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,2011). hlm.12
[7] Ibid. hlm.12
[8] Ibid. hlm.30
[9] Bobbi DePorter, dan Mike Hernacki, Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, (Bandung: Penerbit Kaifa, 1999), hlm. 152
[10] Bobby De Porter dan Mike Hernarcki. Quantum Learning. (Bandung : Kaifa, 2011). hlm.152
[11] Iwan Sugiarto. Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berfikir. (Jakarta: Gramedia, 2004). hlm.76
[12] De Porter. Op.Cit.hlm.152
[13] Bobbi DePorter, dan Mike Hernacki, Op.Cit, hlm. 160
[14] Buzan. Loc.Cit. hlm.6
[15] Buzan. Op.Cit. hlm.6
[16] Colin Rose dan Malcolm J. Accelered Learning. (Bandung : Nusantara, 2006). hlm.77
[17] Tony Buzan.. Use Both Sides of Your Brain. (Surabaya : Ikon, 2003). hlm.122
[18] Mel Sibermen Pengantar Komaruddin Hidayat. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009). hlm.187
[19] Ibid.hlm.189
[20] Sutanto Windura. Be An Absolute Genius Panduan Praktis Learn How To Learn Sesuai Cara Kerja Alami Otak . (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2008). hlm.69
[21] Ibid. hlm.70
[22] Ibid. hlm.70
[23] Qonita Alya. Kamus Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Dasar.(Jakarta: PT. Indahjaya Adipratama, 2009). hlm.382
[24] D. Deni Koswara. Bagaimana Menjadi Guru Kreatif. (Bandung: PT. Pribumi Mekar, 2008). hlm.40
[25] Ibid. hlm.40
[26] Conny Semiawan, R. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1999). hlm.89
[27] Utami Munandar. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia,1999). hlm.12
[28] Ibid. hlm.12
[29] Conny Semiawan, Dkk. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa di Sekolah Menengah, (Jakarta: Graha Media, 1990) . hlm.7
[30] Semiawan, Op. Cit. hlm.89
[31] Conny Semiawan, R. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1999). hlm.37-38
[32] Koswara. Op. Cit. hlm.43
[33] Munandar. Op. Cit. hlm.12
[34] Moh. Uzer Usman  dan Lilis Setiawati. Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1998). hlm.11
[35] Mohammad Asrori.  Psikologi Pembelajaran, (Bandung : CV Wacana Prima, 2009). hlm.73
[36] Koswara. Loc. Cit. hlm.50
[37] Ahmad Tafsir. Metodologi Pengajaran Agama Islam. (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1997). hlm.84
[38] Tim Penyusun Revisi Pedoman Penulisan Skripsi FITK, Pedoman Penulisan Skripsi. (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2011). hlm.48
[39] Ibid. h.48
[40] Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode Teknik. (Bandung: Tarsito,1985) h. 131
[41] Maifalinda Fatra. Bahan Ajar PLPG. Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: FITK. UIN Syarif Hidayatullah.2010). Cet Ke-1.h.79
[42] Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: : PT Bumi Aksara.2006).h. 56
[43] Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: : PT Bumi Aksara.2006).h. 6
[44] Penulisan Skripsi FITK, Op. Cit.hlm.57

No comments:

Post a Comment