BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses
interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan
pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan
pemegang peran yang sangat urgen. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu
guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran.
Sebagai pengatur sekaligus
pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses
belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu
pengajaran menjadi lebih efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang
disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari
bahan pelajaran tersebut.
Kesuksesan dalam pendidikan terdapat beberapa
unsur penting yang harus dipenuhi, salah satunya adalah guru sebagai pendidik.
Sehubungan dengan hal itu, guru sebagai pendidik merupakan salah satu unsur
dalam pendidikan yang mempunyai peranan penting dalam mewujudkan tujuan dari
pendidikan. Sebagai pendidik yang selalu berkecimpung dalam proses belajar
mengajar pastilah menginginkan proses belajar yang efektif dan efisien, Maka
dari itu penguasaan materi saja tidaklah cukup, seorang guru harus menguasai
berbagai strategi pengajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang akan
diajarkan.
Pendidik harus pandai memilih dan menggunakan metode yang
akan digunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan kedudukan
metode itu sendiri antara lain: pertama, metode sebagai alat ekstrinsik,
maksudnya adalah dengan menggunakan metode yang tepat dan bevariasi akan dapat
dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Kedua, metode sebagai strategi dalam proses pembelajaran,
maksudnya bahwa seorang pendidik (guru) harus memiliki strategi agar siswa
dapat belajar secara efektif dan efisien dan dapat mengena pada tujuan yang
diharapkan. Ketiga, metode sebagai alat untuk mencapai tujuan, maksudnya
adalah tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan tercapai jika terdapat
salah satu komponen belajar yang tidak dipergunakan, diantaranya adalah
komponen metode. Dari sini dapat dilihat bahwa peran seorang guru sangat
dibutuhkan karena guru tidak hanya mengajar, tetapi juga sebagai fasilitator,
pembimbing, motivator, organisator, dan sebagai sumber.[1]
Mata pelajaran Agama Islam
merupakan mata pelajaran umum yang dipelajari mulai tingkat sekolah dasar
hingga sekolah menengah atas, bahkan tingkat perguruan tinggi. Penguasaan
konsep agama pada tingkat dasar yaitu pada tingkat sekolah dasar akan sangat
bermanfaat bagi siswa untuk menjalani kehidupan beragamanya di masa yang akan
datang. Oleh sebab itu kegiatan pembelajaran agama pada tingkat ini
haruslah benar-benar mampu memenuhi kebutuhan beragama siswa.
Demi tercapainya hal tersebut di atas tentu seorang guru, khususnya guru
Pendidikan Agama Islam (PAI) harus memiliki kemampuan yang mumpuni dalam hal
penyajian materi. Hal ini dimaksudkan agar siswa tertarik dalam mengikuti
pembelajaran Agama Islam sehingga materi dan nilai-nilai yang disampaikan guru
dapat diserap siswa secara maksimal.
Mengarah pada Mata Pelajaran Agama, sekarang banyak siswa
yang kurang memperhatikannya, bahkan kurang dianggap penting oleh sebagian peserta
didik, hal ini disebabkan karena mereka sudah terjangkit ilmu umum yang saat
ini mendapat perioritas utama. Padahal sebenarnya antara ilmu agama dan ilmu
umum diperlukan suatu keseimbangan. Untuk itu perlu diterapkan suatu cara untuk
meningkatkan hasil dan motivasi siswa untuk lebih menyukai pelajaran agama.
Dalam hal ini terdapat suatu kewajiban yang harus dilakukan
oleh guru agama agar siswa menyukai Mata Pelajaran Agama Islam. Salah satunya
dengan mengguanakan metode yang dapat menarik kreatifitas siswa dan dapat
mempermudahnya untuk memahami materi yang telah disampaikan. Untuk mendorongan
peserta didik lebih tertarik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, disini
peneliti menggunakan salah satu metode pembelajaran berupa Mind Maps
dengan harapan dapat mengubah cara belajar menjadi lebih menarik, menyenangkan
dan tidak membosankan.
Pengguanaan Mind Maps ini ditujukan agar siswa
memiliki kreatifitas belajar terhadap Mata Pelajaran Perdidikan Agama Islam sangat
diperlukan dalam melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan pembelajaran
itu sendiri. Seseorang yang belajar penuh akan menguntungkan kegiatan belajar
itu sendiri, sebab belajar akan terasa lebih menyenangkan dan menarik. Jika
terjadi seperti itu maka apapun yang dipelajari akan terasa mudah untuk
dipahami dan diingat serta tidak mudah untuk dilupakan.
Berdasarkan
pengalaman dan pengamatan peneliti, pembelajaran PAI di sekolah-sekolah pada
umumnya masih menggunakan metode konvensional yaitu metode ceramah. Dengan
menggunakan metode ceramah ini, guru akan lebih dominan dalam Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) dan siswa akan memiliki kecenderungan untuk diam dan
mendengarkan. Sehingga siswa menjadi kurang aktif dan kurang bersemangat dalam
belajar.
Dari
paparan di atas memberikan sebuah gambaran bahwa upaya peningkatan kreativitas
siswa pada mata pelajaran PAI harus lebih dititikberatkan kepada peningkatan
mutu sumber daya manusia dalam hal ini adalah siswa. Karena seorang guru mempunyai peranan yang
sangat penting dalam kegiatan belajar-mengajar, kemampuan yang diharapkan harus
dimiliki oleh peserta didik, dan hal itu akan ditentukan oleh ketepatan guru
dalam memilih strategi pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis berupaya
untuk menyusun penelitian ini dengan judul: “Aplikasi Strategi Pembelajaran
Aktif Teknik Mind Maps Dalam Meningkatkan Kreatifitas Siswa Pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam di MI Assholihiyah Rumpin Bogor (Penelitian
Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas I)”.
B.
Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Sebagaimana yang terurai pada
latar belakang, bahwa persoalan yang terjadi dalam proses kegiatan belajar
mengajar khususnya di MI Assholihiyah Rumpin Bogor penyebabnya
adalah :
1.
Penerapan metode pembelajaran yang
dilakukan oleh guru cenderung monoton, sehingga proses pembelajaran kurang
efektif dan efisien.
2.
Masih adanya guru yang menggunakan
metode konvensional yaitu metode ceramah.
3.
Kemampuan yang dimiliki oleh guru,
khususnya guru PAI belum mumpuni dalam hal penyajian materi.
4.
Kurangnya perhatian orang tua
terhadap aktivitas belajar siswa, sehingga motivasi dan kreatifitas yang
dimilikinya pun tidak terpacu.
C. Pembatasan Fokus
Penelitian
Bertitik tolak dari latar belakang dan identifikasi
masalah sebagaimana terurai di atas, maka batasan permasalahan dalam penelitian
ini adalah:
1.
Aplikasi strategi pembelajaran
aktif teknik mind maps yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelaksanaan
teknik pembuatan catatan-catatan yang dapat digunakan pada situasi, kondisi
tertentu untuk meningkatkan kreatifitas belajar siswa di MI Assholihiyah Rumpin
Bogor.
2.
Kreatifitas siswa yang dimaksud
adalah pemetaan pikiran atau peta pikiran, dengan cara mencatat materi
pelajaran yang memudahkan siswa belajar kreatif karena pembuatan mind mapping
ini membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari pembuatnya.
3.
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang dimaksud ialah mata pelajaran yang diajarkan pada siswa kelas I di MI
Assholihiyah Rumpin Bogor.
D. Perumusan Masalah
Penelitian
Berdasarkan hasil identifikasi dan pembatasan masalah tersebut diatas,
maka rumusan masalah dan penelitian ini adalah: Bagaimana aplikasi strategi
pembelajaran aktif teknik Mind Maps dalam meningkatkan kreatifitas siswa
pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di MI Assholihiyah Rumpin Bogor?
E.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah untuk
memperoleh gambaran yang nyata tentang aplikasi
strategi pembelajaran aktif teknik Mind Maps dalam meningkatkan
kreatifitas siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di MI Assholihiyah.
F.
Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian, maka peneliti mengharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1.
Bagi Siswa
a.
Memberikan suasana pembelajaran
yang menyenangkan
b.
Memupuk pribadi siswa aktif,
kreatif dan terampil
c.
Meningkatkan keaktifan siswa dalam
mata pelajaran PAI
2.
Bagi Guru
a.
Mengembangkan kemampuan guru dalam
proses belajar mengajar
b.
Melatih guru menggunakan metode
Mind Mapping.
c.
Memperkaya penggunaan metode
pembelajaran agama.
3.
Bagi Sekolah
a.
Melahirkan siswa-siswa yang
aktif, kreatif dan terampil dalam menghadapi permasalahan dilingkungannya.
b.
Memberikan sumbangsih yang
sangat signifikan dalam mengelola pendidikan yang sistematis dan terarah
sehingga Lembaga Pendidikan tidak hanya memiliki gedung phisik yang
memadai akan tetapi lebih dari itu
memiliki personalia yang professional dan siswa yang aktiv serta kreatif dalam
belajar.
4.
Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan yang lebih
matang dalam pengembangan keilmuan bidang metodologi pembelajaran PAI di SD/MI.
BAB II
KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Acuan Teori Area dan
Fokus yang Diteliti
1.
Strategi Pembelajaran Aktif
Teknik Mind Maps
a.
Pengertian
Strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk
melaksanakan kebijakan tertentu dalam perang dan damai, atau rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.[2] Wina
Sanjaya, menjelaskan bahwa istilah strategi pada mulanya digunakan dalam dunia
militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk
memenangkan suatu peperangan.[3] Dari
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi digunakan untuk memperoleh
kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan.
Pembelajaran merupakan kegiatan untuk mengimplementasikan kurikulum suatu
lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan
para siswa menuju perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral, maupun sosial, agar dapat
hidup mandiri sebagai makhluk individu dan sosial.[4] Model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengoganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.[5]
Merujuk pada definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
memberikan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Konsep Mind mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan
tahun 1970-an. Menurutnya mind map adalah sistem penyimpanan, penarikan
data, dan akses yang luar biasa untuk perpustakaan raksasa, yang sebenarnya ada
dalam otak anda yang menakjubkan.[6] Mind
map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan
mengambil informasi keluar otak-Mind Map adalah cara mencatat yang
kreatif, efektif, dan secara harfiah akan “memetakan” pikiran-pikiran kita.[7]
Pemetaan pikiran yang dikemukakan
oleh Buzan ini didasarkan pada kenyataan bahwa jumlah sel otak bukan saja
beberapa juta tetapi satu juta juta (1.000.000.000.000) 167 kali jumlah manusia
di planet ini, makna dari jumlah ini sangat luas, bahkan setiap sel hanya dapat
melakukan beberapa operasi yang mendasar. Tetapi, jika setiap otak sel penuh
daya, maka makna jumlah mereka akan membawa para ilmuwan ke dalam realism yang
nyaris supernatural.[8]
Sistem berpikir secara teratur
sebenarnya sudah mulai dikembangkan para ahli Yunani. Sistem ingatan yang
dikembangkan oleh orang-orang Yunani yang memungkinkan mereka untuk mengingat
kembali ratusan dan ribuan fakta dengan sempurna. Sistem ingatan dari Yunani
ini berdasarkan imajinasi dan asosiasi. Berdasarkan kekuatan imajinasi dan
asosiasi ini. Toni Buzan menemukan suatu alat berpikir yang berdasarkan cara
kerja alamiah otak, alat yang sederhana, yang benar-benar mencerminkan
kreativitas dan kecemerlangan alamiah dalam proses berpikir, yaitu dengan peta
pikiran (mind map).[9]
Konsep ini dikategorikan ke dalam teknik kreatif, karena pembuatan mind
mapping ini membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa
yang kreatif akan lebih mudah membuat mind mapping ini. Begitu pula,
dengan semakin seringnya siswa membuat mind mapping, dia akan semakin
kreatif. Sebuah mind map memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5
sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral tersebut.
Mind mapping sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide
terpendam yang siswa miliki dan membuat asosiasi di antara ide tersebut.
Catatan yang siswa buat membentuk sebuah pola gagasan yang saling berkaitan,
dengan topik utama ditengah dan sub topik dan perincian menjadi
cabang-cabangnya, tekhnik ini dikenal juga dengan nama Radian Thinking. [10]
Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari. Hal ini
disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa
setiap harinya. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di
ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran.
Tugas guru dalam proses belajar adalah menciptakan suasana yang dapat
mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses pembuatan mind mapping. [11]
Dengan berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
Mind Mapping adalah sebagai berikut :
1)
Mind Map adalah cara
mengembangkan kegiatan berpikir ke segala arah, menangkap berbagai pikiran
dalam berbagai sudut.
2)
Mind Map mengembangkan cara
pikir divergen, berpikir kreatif.
3)
Mind Map adalah alat
berpikir organisasional yang sangat hebat. Mind Mapping dapat diistilahkan
sebagai "pisau tentara swiss otak".
4)
Mind Mapping adalah cara
termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi itu
ketika dibutuhkan.
b.
Manfaat Teknik Mencatat
dengan Teknik Mind Maps
Menurut Mike Hernacki dan Bobbi Deporter, mind mapping
memiliki manfaat diantaranya :
1)
Fleksibel
Didalamnya
jika seorang pembicara tiba-tiba teringat untuk menjelaskan suatu hal tentang
pemikiran, Anda dapat dengan mudah menambahkannya di tempat yang sesuai dalam
Peta Pikiran Anda tanpa harus kebingungan.
2)
Dapat memusatkan pikiran
Anda tidak
perlu berfikir untuk menangkap setiap kata yang dibicarakan. Sebaliknya, Anda
dapat berkonsentrasi pada gagasannya.
3)
Meningkatkan pemahaman
Ketika membaca
suatu tulisan atau laporan tekhnik, Peta Pkiran akan meningkatkan pemahaman dan
memberikan catatan tinjauan ulang yang sangat berarti nantinya.
4)
Menyenangkan
Imajinasi dan
kreativitas Anda tidak terbatas dan hal itu menjadikan pembuatan dan peninjauan
ulang catatan lebih menyenangkan. [12]
Teknik mencatat efektif yang disarankan De Porter dapat
terbagi menjadi dua bagian.
Pertama catat, tulis, susun (CTS), yaitu
teknik mencatat yang mampu mensinergiskan kerja otak kiri dengan otak kanan,
sehingga konsentrasi belajar dapat meningkat sepuluh kali lipat. Catat, tulis,
susun, menghubungkan apa yang didengarkan menjadi poin-poin utama dan
menuliskan pemikiran dan kesan dari materi pelajaran yang telah dipelajari. Teknik
mencatat kedua, pemetaan pikiran (mind mapping), yaitu cara yang paling
mudah untuk memasuk informasi kedalam otak dan untuk kembali mengambil
informasi dari dalam otak. [13]
Sedangkan menurut Buzan, mind map dapat membantu kita
dalam sangat banyak hal. Berikut beberapa diantaranya :
1)
Merencana.
2)
Berkomunikasi.
3)
Menjadi lebih kreatif.
4)
Menghemat waktu.
5)
Menyelasikan masalah.
6)
Memusatkan perhatian.
7)
Menyusun dan menjelaskan
pikiran-pikiran.
8)
Mengingat dengan lebih baik.
9)
Belajar lebih cepat dan efisien.
10) Melihat “gambar keseluruhan”.
11) Menyelamatkan pohon. [14]
c.
Prinsip Teknik Mind Maps
Mind mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan dengan
menggunakan kata kunci bebas, simbol, gambar, dan menggambarkan secara kesatuan
dengan menggunakan teknik pohon. Mind mapping ini didasarkan pada
detail-detail dan suatu peta pikiran yang mudah diingat karena mengikuti pola
pemikiran otak. Semua mind map mempunyai kesamaan. Semuanya menggunakan
warna. Semuanya memiliki struktur alami yang memancar dari pusat. Semuanya
menggunakan garis lengkung, simbol, kata dan gambar yang sesuai dengan satu
rangkaian Turan yang sederhana, mendasar, alami, dan sesuai dengan cara kerja
otak. Dengan mind map, daftar informasi yang panjang bisa dialihkan
menjadi diagram warna-warni, sangat teratur dan mudah diingat yang bekerja
selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan berbagai hal. [15]
Rose dan Malcolm menambahkan strategi visual ini mempunyai
beberapa ciri, diantaranya sebagai berikut :
1)
Mengingat orang melalui
penglihatan, mengingat kata-kata dengan melihat tetapi perlu waktu yang lebih
lama untuk mengingat susunan atau urutan abjad jika tidak disebutkan awalnya.
2)
Jika memberi atau menerima
penjelasan arah lebih suka memakai peta/gambar.
3)
Aktifitas reatif : menulis,
menggambar, melukis merancang.
4)
Mempunyai ingatan visual yang
bagus, dimana ketika kita ingat saat meninggalkan sesuatu dalam beberapa hari
yang lalu. [16]
Menurut Buzan, teknik pembuatan catatan dan pengelompokan pikiran yang
dirancang untuk memenuhi kebutuhan seluruh otak yang harus menyertakan tidak
hanya kata-kata, angka, rangkaian dan juga garis-garis tetapi juga dengan
warna, gambar-gambar, dimensi , simbol-simbol itulah peta pikiran atau mind
mapping. [17]
d.
Prosedur Teknik
Mind Maps
Pemetaan pikiran adalah cara kreatif bagi peserta didik secara individual
untuk menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran atau merencanakan penelitian
baru. Dengan memerintahkan kepada peserta didik untuk membuat peta pikiran,
mereka akan menemukan kemudahan untuk mengidentifikasi secara jelas dan kreatif
apa yang telah mereka pelajari dan apa yang sedang mereka rencanakan.[18]
Model pembelajaran mind mapping sangat baik digunakan untuk
pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban. Dipergunakan
dalam kerja kelompok secara berpasangan 2 orang. Adapun prosedur
pembelajarannya, sebagaimana yang dijelaskan Mel Silbermen, adalah sebagai
berikut :
1)
Pilihlah topik untuk pemetaan
pikiran. Beberapa kemungkinan mencakup:
a)
problem atau isyu tentang ide-ide
tindakan yang anda inginkan untuk menciptakan ide-ide aksi.
b)
Konsep atau kecakapan yang baru
saja anda ajarkan.
c)
Penelitian yang harus direncanakan
oleh siswa
2)
Konstruksikan bagi kelas peta
pikiran yang sederhana yang menggunakan warna, khayalan atau simbol. Satu
contoh berupa berjalan ke toko grosir dimana seseorang belanja. Dari peta
pikiran yang mengkategorisasikan barang-barang yang dibutuhkan menurut toko
dimana semuanya ditemukan (misalnya, hasil bumi dan makanan, buatlah dalam peta
pikiran anda mendorong seluruh pikiran otak (versus pikiran otak kanan dan otak
kiri). Ajaklah peserta didik untuk menceritakan contoh-contoh sederhana dari
kehidupan sehari-hari yang dapat mereka pikirkan..
3)
Berikanlah kertas, pena, dan
sumber-sumber yang lain yang anda piker
akan membantu peserta didik membuat peta pikiran yang berwarna dan
indah. Berilah peserta tugas memetakan pikiran. Tunjukkan bahwa mereka memulai
peta dengan membuat gambar yang menggambarkan topic atau ide utama. Kemudian,
berilah mereka semangat untuk membagi-bagi seluruhnya ke dalam komponen-komponen
yang lebih kecil dan menggambarkan komponen ini hingga batas luar peta (dengan
menggunakan warna dan grafik). Doronglah mereka untuk menghadirkan setiap ide
secara bergambar, dengan menggunakan sedikit kata-kata. Dengan mengikuti ini,
mereka dapat mengelaborasi letupan secara detil ke dalam pikiran mereka.
4)
Berikanlah waktu yang banyak bagi
peserta didik untuk mengembangkan peta pikiran mereka. Doronglah mereka untuk
melihat karya orang lain dengan menstimulasi ide-ide.
5)
Perintahkan kepada peserta didik
untuk saling membagi peta pikirannya. Lakukan diskusi tentang nilai cara
kreatif untuk menggambarkan ide-ide.[19]
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah prosedur
pada teknik mind map adalah sebagai berikut:
1)
Memilih topik untuk pemetaan
pikiran.
2)
Mengkonstruksikan kelas dengan
peta pikiran yang sederhana yang menggunakan warna, khayalan atau simbol.
3)
Memberikan kertas, pena, dan
sumber-sumber lain yang bertujuan akan
membantu peserta didik membuat peta pikiran yang berwarna dan indah. Memberi
peserta tugas memetakan pikiran.
4)
Menunjukkan bahwa mereka memulai
peta dengan membuat gambar yang menggambarkan topik atau ide utama.
5)
Memberi mereka semangat untuk
membagi-bagi seluruhnya ke dalam komponen-komponen yang lebih kecil dan
menggambarkan komponen ini hingga batas luar peta (dengan menggunakan warna dan
grafik).
6)
Mendorong mereka untuk
menghadirkan setiap ide secara bergambar, dengan menggunakan sedikit kata-kata.
7)
Memberikan waktu yang banyak bagi
peserta didik untuk mengembangkan peta pikiran mereka.
8)
Mendorong mereka untuk melihat
karya orang lain dengan menstimulasi ide-ide.
9)
Memerintahkan kepada peserta didik
untuk saling membagi peta pikirannya.
10)
Melakukan diskusi tentang nilai
cara kreatif untuk menggambarkan ide-ide.
e.
Aplikasi dan Keunggulan Teknik
Mind Maps di Bidang Pendidikan
System peta pikiran atau mind
mad adalah suatu teknis grafis yang dapat menyelaraskan proses belajar
dengan kerja alami otak. System ini ditemukan dan dipopulerkan oleh Tony Buzan
di awal tahun 1970-an, dan merupakan system pembelajaran yang paling banyak
digunkan di seluruh dunia. Lebih dari 300 juta orang di dunia sudah memakainya,
baik di bidang pendidikan , bisnis, maupun kehidupan sehari-hari.[20]
Dalam bidang pendidikan dan
pembelajaran, kegunaaan dan aplikasi mind map sangat banyak antara lain
untuk meringkas, mengkaji ulang (review), mencatat, mengajar, bedah buku
(in-depth book analysis), presentasi, penelitian dan manajemen waktu (time
management). [21]
Ada beberapa kelebihan saat
menggunakan teknik mind mapping ini, yaitu :
1)
Ide utama materi pelajaran ditentukan secara jelas
2)
Menarik perhatian mata dan otak kita sehingga memudahkan kita
berkonsentrasi
3)
Dapat melihat gambaran secara menyeluruh, sekaligus detailnya
4)
Hubungan antar informasi yang satu dengan lainnya jelas
5)
Terdapat pengelompokkan informasi
6)
Prosesnya menyenangkan (fun), tidak membosankan karena banyak
menggunakan unsur otak kanan, seperti gambar, warna, dimensi dan sebagainya
7)
Sifatnya unik sehingga mudah diingat.[22]
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa beberapa kelebihan saat menggunakan teknik mind mapping ini, yaitu
:
1)
Mind Map membantu seseorang
membuat catatan yang menarik dalam waktu singkat. Selain itu, catatan ini mampu
membuka pemahaman yang baik dan sisi kreatif dengan merangsang munculnya ide-ide
dan insight baru, bahkan pada saat membuat catatan itu sendiri. Mind Map
dapat pula menjelaskan sebuah tujuan, rencana, ide, maupun pemikiran secara
jelas dan terstruktur.
2)
Mind Map mampu meningkatkan
kemampuan seseorang dalam berimajinasi, mengingat, berkonsentrasi, membuat
catatan, meningkatkan minat sekaligus mampu menyelesaikan persoalan. Hal ini
dicapai karena Mind Map mengajarkan untuk melihat persoalan secara
keseluruhan dan melihat hubungannya satu sama lain. Ini yang paling sulit
dilakukan dalam catatan konvensional. Tidak hanya itu, dengan catatan ini maka
manajemen belajar pun menjadi lebih mudah. Informasi baru dapat ditambahkan,
dihubungkan, dan diasosiasikan kapan saja dengan informasi yang sudah ada
sebelumnya.
3)
Melihat gambaran besar suatu persoalan
sekaligus melihat informasi secara detail.
4)
Mengingat informasi yang kompleks
lebih mudah. Informasi tersebut telah dikelompokkan sesuai dengan cara
seseorang mengingat termasuk hubungannya dengan subjek yang sama atau berbeda.
5)
Mengatasi informasi yang membludak
karena telah ditata dan dikelompokkan sedemikan rupa. Secara mental hal ini
juga membuat seseorang lebih terorganisir dan runtut dalam memahami sebuah
persoalan.
6)
Mind Map dapat merangsang
sisi kreatif seseorang lewat penggunaan garis lengkung, warna dan gambar. Ini
membuat sebuah catatan sekaligus menjadi karya seni yang indah. Secara mental
akan memudahkan kita untuk mengingatnya. Mind Map akan merangsang
kemampuan membandingkan informasi yang ada baik berupa fakta, ide termasuk data
statistik.
7)
Teknik dapat digunakan untuk
mengorganisasikan ide-ide yang muncul di kepala anda atau mengingat detail
secara mudah.
a) Melihat hubungan antara gagasan dan konsep.
b) Proses mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.
c) Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.
d) Bekerjasama dengan otak siswa, bukan bertentangan dengannya.
e) Menyingkirkan “format outline” yang membosankan,
selamanya
f) Dapat mengoptimalakan otak kanan dan otak kiri, karena mind
map bekerja dnegan gambar, warna dan kata-kata sederhana.
g) Dapat menghemat catatan, karena dengan mind map bisa
meringkas satu bab materi dalam setengah lembar kertas.
h) Pembelajaran terkesan lebih efektif, dan efisisien, karena pada
dasarnya cara kerja mind map sama dengan cara kerja dasar otak, yaitu
tidak tersusun sistematis, namun lebih pada bercabang-cabang seperti pohon.
i)
Pola ini dapat mempermudah proses recall
pada setiap apa yang pernah dipelajari.
j)
Dapat meningkatkan daya
kreatifitas siswa dan guru, karena siswa/guru akan terangsang untuk mebuat
gambar-gambar atau warna-warna pada mind map agar terlihat lebih
menarik.
k) Mempertajam daya analisa dan logika siswa, karena siswa tidak
lagi dituntut untuk mencatat buku sampai habis kemudian menghapalnya. Namun
lebih kepada pemahaman dan kreatifitas untuk dapat menghungkan topik umum
dengan sub-sub topik bahasan.
2.
Kreativitas Siswa Pada Mata
Pelajaran PAI
a.
Pengertian
Kreatifitas
Menurut Qonita Alya dalam Kamus Bahasa Indonesia untuk Pendidikan
Dasar,”kreatifitas adalah kemampuan untuk mencipta atau daya cipta dan perihal
berkreasi atau kekreatifan”.[23]
Sedangkan istilah kreatif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
dalam D. Deni Koswara adalah “memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk
menciptakan serta mengandung makna daya cipta”, sedangkan kreatifitas
berarti “kemampuan untuk mencipta, daya cipta atau perihal berkreasi”.[24]
D. Deni Koswara, juga menjelaskan bahwa:
Kreatifitas adalah kemampuan untuk mencipta dan berkreasi. Tidak ada
satupun pernyataan yang dapat diterima secara umum mengenai mengapa suatu
kreasi timbul. Kreatifitas sering dianggap terdiri atas dua unsur. Pertama:
kepasihan yang ditunjukkan oleh kemampuan menghasilkan sejumlah besar gagasan
pemecahan masalah secara lancer dan cepat. Kedua: keluwesan yang umumnya
mengacu pada kemampuan menemukan gagasan yang berbeda-beda dan luar biasa untuk
memecahkan suatu masalah. [25]
“Secara umum kreativitas dapat
diartikan sebagai kemampuan untuk berfikir tentang sesuatu dengan suatu cara
yang baru dan tidak biasa (unusual) dan menghasilkan penyelesaian yang
unik terhadap berbagai persoalan” [26] Selain dari apa yang telah disebutkan di atas, maka untuk
memahami pengertian kreativitas, maka Rhodes dalam Munandar mengemukakan bahwa “kreativitas
adalah hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya seseorang
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada dengan demikian
baik berubah di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau
dapat menghambat upaya kreatif”.[27]
Kreativitas siswa adalah kemampuan siswa/subyek untuk menginteraksikan
antara sikap, proses, dan lingkungan sehingga menghasilkan suatu gagasan/ide
yang dinilai baru dan berguna dalam konteks sosialnya/lingkungannya. Untuk
menumbuhkan kreativitas siswa dalam pembelajaran merupakan permasalahan pembelajaran
yang sering timbul dari guru di kelas. Padahal diketahui bahwa setiap orang
yang dilahirkan di dunia pada dasarnya memiliki potensi kreatif dan dapat
diidentifikasi dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat. [28]
Menurut Conny Semiawan, “kreativitas adalah kemampuan untuk memberikan
gagasan-gagasan baru dan menetapkannya dalam pemecahan masalah. Kreativitas
meliputi baik ciri-ciri kogniif (aptitude) seperti kelancaran, keluwesan,
(fleksibelitas) dan keaslian (orisinalitas) dalam pemikiran maupun ciri-ciri
afekif (non-aptitude) seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan dan
selalu ingin mencari pengalaman baru”.[29]
Sementara E. Paul Torrance dalam
Semiawan mendefinisikannya sebagai berikut:
“Creativity, as a process of becoming
sensitive to problems, deficiencies, gaps in knowladge, nissing elements,
disharmonies, and so on; identifying the dificulty; searching for solutions, making guesses, or formulating
hypothesis about the dificiences; testing and retesting these hypothesis and
posibly modifying and retesting; and finally communicating the result”.
“Kreativitas, sebagai proses menjadi sensitif terhadap masalah, kekurangan, kesenjangan
dalam knowladge, nissing elemen, ketidakharmonisan, dan sebagainya; mengidentifikasi
dificulty tersebut; mencari solusi, membuat dugaan, atau merumuskan hipotesis
tentang dificiences; pengujian dan pengujian ulang hipotesis ini dan posibly
memodifikasi dan pengujian ulang;
dan akhirnya mengkomunikasikan hasilnya”. [30]
Akhirnya secara komprehensif
kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan berfikir, bersikap, dan bertindak
tentang sesuatu dengan cara yang baru dan tidak biasa (unusual) guna
memecahkan berbagai persoalan, sehingga dapat menghasilkan penyelesaian yang
orisinal dan bermanfaat
Dengan demikian dalam belajar kreatif harus melibatkan komponen-komponen
pengalaman belajar yang paling menyenangkan dan paling tidak menyenangkan lalu
menemukan bahwa pengalaman dalam proses belajar kreatif sangat mungkin
berada di antara pengalaman-penglaman belajar yang sangat menenangkan,
pengalama-pengalaman yang sangat memberikan kepuasan kepada kita dan yang
sangat bernilai bagi kita.
Jadi, kreativitas belajar dapat diartikan sebagai kemampuan siswa
menciptakan hal-hal baru dalam belajarnya baik berupa kemampuan mengembangkan
kemampuan formasi yang diperoleh dari guru dalam proses belajar mengajar yang
berupa pengetahuan sehingga dapat membuat kombinasi yang baru dalam belajarnya.
Refinger dalam Conny Semawan memberikan empat alasan mengapa belajar
kreatif itu penting.
1)
Belajar kreatif membantu anak
menjadi berhasil guna jika kita tidak bersama mereka. Belajar kreatif adalah
aspek penting dalam upaya kita membantu siswa agar mereka lebihmampu menangani
dan mengarahkan belajar bagi mereka sendiri.
2)
Belajar kreatif menciptakan
kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak mampu kita
ramalkan yang timbul di masa depan.
3)
Belajar kreatif dapat menimbulkan
akibat yang besar dalam kehiduppan kita. Banyak pengalamankreatif yang lebih
dari pada sekedar hobi atau hiburan bagi kita. Kita makin menyadari bahwa
belajar kreatif dapat mempengaruhi, bahkan mengubah karir dan kehidupan pribadi
kita.
4)
Belajar kreatif dapat menimbulkan
kepuasan dan kesenangan yang besar.[31]
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas belajar adalah
suatu kondisi, sikap, kemampuan, dan proses perubahan tingkah laku seseorang
untuk menghasilkan produk atau gagasan, mencari pemecahan masalah yang lebih
efisien dan unik dalam proses belajar.
Ada beberapa alasan mengapa manusia harus kreatif, diantaranya sebagai
berikut:
1)
Kreatifitas adalah jembatan
alternatif mempercepat tercapainya
tujuan.
2)
Dengan kreatifitas, hidup menjadi
lebih menantang untuk dilalui.
3)
Bersama kreatifitas kepuasan yang
didapatkan akan semakin tinggi. [32]
b.
Ciri-ciri
dan Indikator yang Menunjang Kreatifitas
Utami Munandar mengemukakan tentang cini-ciri dan indikator yang
menunjang kreativitas antara lain:
1)
Senang mencari pengalaman baru.
2)
Memiliki keasyikan dalam
mengerjakan tugas-tugas yang sulit.
3)
Memiliki inisiatif.
4)
Memiliki ketekunan yang tinggi.
5)
Cenderung kritis terhadap orang
lain.
6)
Berani menyatakan pendapat dan
keyakinannya.
7)
Selalu ingin tahu.
8)
Peka atau perasa.
9)
Enerjik dan ulet.
10) Menyukai tugas-tugas yang majemuk.
11) Percaya kepada diri sendiri.
12) Mempunyai rasa humor.
13) Memiliki rasa keindahan.
14) Berwawasan masa depan dan penuh imajinasi. [33]
Kreativitas belajar merupakan salah satu indikator keberhasilan siswa
dalam belajar memegang peranan penting dalam pencapaian keberhasilan
pembelajaran. Menurut Usman “siswa yang memiliki kreativitas dalam
pembelajaran akan diketahui dengan menunjukkan tingkat kreativitasnya dalam
berbagai kegiatan. Mereka selalu ingin memecahkan persolan-persoalan, berani
menanggung resiko yang sulit sekalipun, kadang-kadang destruktif di samping konstruktif,
lebih senang bekerja sendiri dan percaya pada diri sendiri”.[34]
Adapun Clark dalam Asori, mengemukakan karakteristik kreativitas adalah
sebagai berikut:
1)
Memiliki disiplin diri yang tinggi.
2)
Memiliki kemandirian yang tinggi.
3)
Cenderung sering menentang otoritas.
4)
Memiliki rasa humor.
5)
Mampu menentang tekanan kelompok.
6)
Lebih mampu menyesuaikan diri.
7)
Senang berpetualang.
8)
Toleran terhadap ambiguitas.
9)
Kurang toleran terhadap hal-hal
yang membosankan.
10) Menyukai hal-hal yang kompleks.
11) Memiliki kemampuan berpikir divergen yang tinggi.
12) Memiliki memori dan atensi yang baik.
13) Memiliki wawasan yang luas.
14) Mampu berpikir periodik.
15) Memerlukan situasi yang mendukung.
16) Sensitif terhadap lingkungan.
17) Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
18) Memiliki nilai estetik yang tinggi.
19) Lebih bebas dalam mengembangkan integrasi peran seks.[35]
Orang yang kreatif dalam menciptakan ide-ide baru mempunyai sejumlah
karakter yang dapat diketahui dengan cirri-ciri sebagai berikut:
1)
Cenderung mengamati situasi dan
problema yang tidak diperhatikan sebelumnya.
2)
Menghubungkan ide-ide dengan
pengalaman yang diperolehnya dari berbagai sumber yang berbeda-beda.
3)
Cenderung menampilkan beberapa
alternatif terhadap subjek tertentu.
4)
Tidak menerima begitu saja hal-hal
yang sebelumnya terjadi dan tidak terkait dengan kebiasaan.
5)
Memanfaatkan potensi pribadinya,
dengan menggali kekuatan emosional dan mentalnya serta alam bawah sadarnya yang
terpendam.
6)
Mengusahakan fleksibilitas tinggi
dalam bidang pemikiran dan tindakan-tindakannya.
7)
Pandai menghargai waktu dan
memanfaatkan sebaik mungkin untuk mencipta, membuat gagasan atau merumuskan
permasalahan yang menantangnya. [36]
Mengacu pada beberapa pendapat di atas, indikator kreativitas belajar
siswa dapat disimpulkan sebagai berikut:
1)
Memiliki dorongan (drive)
yang tinggi.
2)
Memiliki keterlibatan yang tinggi.
3)
Memiliki rasa ingin tahu yang
besar.
4)
Penuh percaya diri atau percaya
kepada diri sendiri.
5)
Memiliki kemandirian yang tinggi.
6)
Senang mencari pengalaman baru.
7)
Memiliki keasyikan dalam
mengerjakan tugas-tugas yang sulit.
8)
Memiliki inisiatif.
9)
Enerjik dan ulet dan memiliki
ketekunan yang tinggi.
10)
Cenderung kritis terhadap orang
lain.
11)
Berani menyatakan pendapat dan
keyakinannya.
12)
Selalu ingin tahu atau memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi.
13)
Menyukai tugas-tugas yang majemuk
atau hal-hal yang kompleks.
14)
Memiliki disiplin diri yang tinggi.
15)
Memiliki kemandirian yang tinggi.
16)
Memiliki kemampuan berpikir
divergen yang tinggi.
17)
Memiliki memori dan atensi yang
baik.
18)
Memiliki wawasan yang luas.
c.
Pembelajaran PAI di SD/MI
Agama Islam sebagai bidang
studi, sebenarnya dapat diajarkan sebagaimana mata pelajaran lainnya. Harus
dikatakan memang ada sedikit perbedaannya dengan bidang studi lain. Perbedaan
itu ialah adanya bagian-bagian yang amat sulit diajarkan dan amat sulit
dievaluasi. Jadi, perbedaan itu hanyalah perbedaan gradual, bukan perbedaan
esensial.[37]
Pelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) merupakan salah satu bidang studi yang membahas perihal agama
kepada siswa tentang bagaimana cara beribadah yang baik, berakhlak terpuji
serta masalah hukum-hukum dalam menjalani hidup sebagai hamba Allah.
Pendidikan Agama Islam (PAI)
merupakan salah satu pelajaran yang mengupayakan secara sistematis dalam
mempersiapkan siswa untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa,
berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci
al Qur’an dan al Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta
penggunaan pengalaman. Hal demikian dapat dilakukan oleh setiap guru PAI yang
berdedikasi dalam mengajar demi tercapainya tujuan dari pembelajaran PAI.
Pendidikan Agama Islam (PAI)
dapat dimaknai dari dua sisi yaitu: pertama PAI dipandang sebagai sebuah
bidang studi seperti dalam kurikulum sekolah umum (SD, SMP, SMA). Kedua, PAI
berlaku sebagai gabungan pelajaran yang terdiri dari aqidah akhlak, fiqih, al
Qur’an hadis dan sejarah kebudayaan Islam seperti yang diajarkan di sekolah
madrasah (MI, MTs, MA).
Jadi Pendidikan Agama Islam
(PAI) merupakan bidang studi agama di sekolah umum yang berupaya untuk
mengajarkan siswa tentang fiqih, aqidah akhlak, al Qur’an hadist, dan sejarah
kebudayaan Islam secara umum melalui proses bimbingan yang telah ditentukan
agar dapat di aplikasikan oleh siswa dalam kehidupan
B.
Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian tentang
penerapan mind mapping dalam meningkatkan kemampuan kreatifitas hasil belajar peseta didik. Berikut ini
akan dipaparkan kesimpulan dari hasil penelitian yang relevan, adalah
sebagai berikut:
Lusy Setyawati Setyawati (UNM, 2011). “Penerapan Teknik
Membaca Melalui Mind Map
dalam Pembelajaran Membaca Dini
pada Anak Usia Dini”,
menyimpulkan bahwa kemampuan membaca dini anak meningkat setelah
dilakukan penerapan teknik membaca melalui
mind map, khususnya
pada kemampuan membedakan
gambar dan tulisan, serta
kemampuan menghafal huruf. Kemampuan
membedakan gambar dan
tulisan anak meningkat,
anak tidak ragu lagi dalam menyebutkan gambar sebagai gambar dan tulisan
sebagai tulisan yang memiliki
makna. Kemampuan menghafal
huruf anak juga meningkat dengan signifikan, anak mampu
menghafal huruf, terutama huruf vokal dan beberapa huruf konsonan yang ada
dalam kata-kata yang diberikan pada anak. Selain itu, anak juga mampu
melafalkan huruf-huruf itu dengan benar, anak
juga dapat menyebutkan kata-kata lain yang diawali
huruf vokal, dan anak dapat
mengelompokkan kata-kata yang diawali huruf vokal dengan benar dalam bentuk
mind map sederhana.
Meca Fatma (UIN Malang, 2010). “Penerapan Model Mind Map Untuk
Meningkatkan Kreativitas dan Prestasi Belajar IPS Terpadu pada Siswa Kelas VII
A SMP Walisongo Gempol di Pasuruan”. Dari paparan data di depan dapat
diketahui bahwa penerapan model mind map dapat meningkatkan kreativitas
dan prestasi belajar belajar siswa IPS Terpadu pada siswa kelas VII A SMP Walisongo
Gempol di Pasuruan. Hal ini dapat diketahui dengan adanya peningkatan nilai
hasil kreativitas dan prestasi belajar IPS Terpadu yang diperoleh.
Emy Dwijayanti (UNESHA, 2007).
“Penerapan Strategi Mind
Mapping Untuk Meningkatkan Kreatifitas belajar siswa Kelas Iv Sd Mata Pelajaran
Ips Materi Pokok Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi Dan Transportasi
Di Sdn 1 Lidah Kulon Surabaya”.
Proses pelaksanaan model mind map untuk meningkatkan kreativitas dan
prestasi belajar IPS Materi Pokok Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi
Dan Transportasi pada siswa kelas Sdn 1 Lidah Kulon Surabaya dapat berjalan
dengan lancar sebagaimana yang telah direncanakan. Penerapan model mind map telah
memberikan pengalaman baru bagi siswa maupun guru dan memberikan beberapa
manfaat bagi guru dan siswa. Ruth (dalam Buzan, 2009) Mind Mapping
sangat membantu di kelas. Sangat membantu dalam meringkas informasi menjadi
satu halaman dengan cara yang menyenangkan dan mudah dimengerti ,dan
menggambarnya, tampaknya mempermudah murid dalam mengingat informasi. Menurut
Michael Michalko, dalam buku Cracking
Creativity (dalam Buzan, 2009) mind map akan mengaktifkanseluruh
otak, membereskan akal dari kekusutan mental, memungkinkan kita berfokus pada
pokok bahasan, membantu menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi
yang saling terpisah, memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan perincian,
dan memungkinkan mengelompokkan konsep, membantu kita membandingkannya.
Ria Dwi Indriyani (UMS, 2010). “Penerapan Strategi Pembelajaran Mind
Mapping dalam Pembelajaran Matematika Sebagai Upaya Peningkatan Pemahaman
Konsep Teorema Phytagoras”, menyimpulkan bahwa adanya peningkatan yang
signifikan tentang pemahaman konsep Teorema Phytagoras melalui pembelajaran Mind
Mapping.
Ari Nur Sholekah (UNY, 2011). “Peningkatan Ketrampilan Bercerita
dengan Menggunakan Teknik Peta Konsep Pada Siswa Kelas X-6 SMA Negeri Imogiri,
Bantul”, menyimpulkan bahwa siswa kelas X-6 mengalami perubahan perilaku
(peningkatan) dalam proses bercerita setelah menggunakan tekinik peta konsep.
Perubahan perilaku siswa yaitu, siswa lebih aktif bertanya , menjawab
pertanyaan guru dan memberikan penilaian terhadap teman. Siswa lebih
konsentrasi terhadap pembelajaran ,siswa lebih antusias dan berminat selama
mengikuti pelajaran bercerita. Keberanian siswa lebih miningkat saat bercerita.
Agung Aji Tapantoko (UNY, 2011). “Penggunaan Metode Mind Mapping (Peta
Pikiran) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran
Matematika Siswa Kelas III SMP Negeri 4 Depok”, menyimpulkan bahwa setelah
diterapkan pembelajaran Matematika menggunakan metode Mind Mapping ada
peningkatan motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran matematika. Hal ini
terlihat dari peningkatan presentasi aspek-aspek motivasi yang diamati pada
angket motivasi belajar siswa, observasi aktivitas siswa, dan tes siklus.
C.
Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah merupakan titik tolak dari sebuah penelitin yang
kebenarannya diakui oleh peneliti itu sendiri dan merupakan jembatan untuk
menyusun hipotesis sebagai argumentasi logis, rasional dan kritis mengenai
hubungan atau keterkaitan antar variabel penelitian yang disusun oleh peneliti
berdasarkan hasil komparasi, analisis dan sintesis teori. Kerangka berpikir pun
tidak disusun berdasarkan pada common
sense atau akal sehat si peneliti, namun berdasarkan pada hasil kajian yang
handal.[38]
Secara sederhana peneliti merumuskan kerangka berpikir bahwa “Semakin baik strategi pembelajaran aktif teknik mind maps
di MIS. Taman Bakti, maka semakin
tinggi pula kreatifitas siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
di MI Assholihiyah Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor”
D.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan adalah hasil kajian pustaka atau proses rasional dari
penelitian yang telah mempunyai kebenaran secara teoretik. Dengan demikian
hipotesis dapat dianggap sebagai jawaban sementara terhadap masalah yang telah
dirumuskan dalam suatu penelitian dan masih perlu diuji kebenarannya dengan
menggunakan data empirik. [39]
Secara sederhana peneliti merumuskan hipotesis bahwa: “Jika strategi pembelajaran aktif teknik mind maps diterapkan, maka akan semakin
meningkat kreatifitas siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
di MI Assholihiyah Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Tempat Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian adalah di kelas I (satu) yang beralamat di Kp.
Leuwibatu RT.01 RW. 01 Desa Leuwibatu Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor. Alasan
peneliti mengambil tempat penelitian di MIS Assholihiyah Leuwibatu Kecamatan
Rumpin Kabupaten Bogor adalah :
a.
Peneliti mengajar kelas I (satu),
sehingga dalam kegiatan ini peneliti tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar
di kelas atau sekolah lain.
b.
Tersedianya data yang diperlukan
peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian.
c.
Membangkitkan minat siswa dalam
mempelajari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) khususnya untuk siswa MIS
Assholihiyah.
2.
Waktu Penelitian
Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan penelitian ini adalah dua
bulan, yaitu antara bulan Mei sampai dengan Juni, dengan kata lain penelitian
ini dilaksanakan pada akhir semester II (genap) Tahun Pelajaran 2013/2014.
B.
Metode Penelitian dan
Rancangan Siklus Penelitian
1.
Metode Penelitian
Dalam melaksanakan suatu penelitian diperlukan cara kerja yang berencana
agar data yang dikumpulkan dapat mencapai maksud dan tujuan dari penelitian.
Untuk itu peneliti harus menentukan metode penelitian yang akan digunakan
terlebih dahulu, karena metode merupakan cara kerja untuk mencapai tujuan yang
akan memandu peneliti mengenai urutan-urutan sebagaimana penelitian ini
dilakukan. Sesuai dengan hal tersebut Winarno Surakhmad mengemukakan sebagai
berikut: “Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan,
misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan mempergunakan teknik serta
alat-alat tertentu, cara utama ini dipergunakan setelah penyelidik
memperhitungkan kewajaran, ditinjau dari penyelidikan dalam arti luas, yang
biasanya perlu diperjelas lebih ekspilisit dalam setiap penyelidikan”.[40]
Sukmadinata, mengungkapkan bahwa metode penelitian merupakan rangkaian
cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi
dasar, pandangan-pandangan filosofis, dan idiologis, pertanyaan dan isu-isu
yang dihadapi. Pemilihan dan penentuan metode tidak dapat dipisahkan dari
tujuan dan perumusan masalah, kalau permasalahannya hanya difokuskan pada satu
variabel atau aspek dan tujuannya ingin mendapatkan deskripsi dari variabel
atau aspek tersebut, maka metodenya adalah metode deskriptif atau servei. Jika
terdapat dua variabel dan ingin mengetahui hubungan diantara variabel tersebut,
maka metodenya adalah metode korelasional atau komparatif. Jelasnya, bahwa
pemilihan metode sangat tergantung kepada tujuan dan rumusan masalah yang sudah
difokuskan pada bagian sebelumnya. [41]
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (Classroom Action Research),
bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah melalui penerapan langsung di kelas
atau tempat kerja. Sedangkan menurut Prof. Suhardjono mengatakan bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari penelitian tindakan yang dapat dipandang
sebagai tindak lanjut dari penelitian deskriftif maupun eksperimen. Pada
penelitian tindakan kelas bukan lagi mengetes sebuah perlakuan tetapi sudah
mempunyai keyakinan akan ampuhnya sesuatu perlakuan.[42] Berdasarkan
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah alat yang
dapat dipergunakan untuk melaksanakan dan mencapai suatu penelitian yang
disusun secara teratur dan logis yang dituangkan dalam suatu rencana kegiatan
penelitian.
2.
Rancangan Siklus Penelitian
Untuk mempermudah dalam memahami rencana tindakan secara keseluruhan dan
untuk memberikan panduan bagi penulis, maka penulis perlu menampilkan model
penelitian tindakan yang akan dilaksanakan, diadaptasi dari model penelitian
tindakan model John Elliot. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui 4
tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi yang
dilaksanakan dalam 2 siklus (tiap siklus dilakukan 2 kali tatap muka
/pertemuan). Prosedur penelitian dapat digambarkan dengan skema sebagai
berikut: [43]
Bagan 3.1
Bagan Prosedur Penelitian Model John Elliot
C.
Subjek Penelitian
Mengingat dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti adalah guru mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada kelas I, maka subjeknya adalah
siswa kelas I (satu) MIS Assholihiyah Leuwibatu Kecamatan Rumpin Kabupaten
Bogor semester II tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 20 siswa terdiri 10
siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan, peneliti dalam hal ini bertindak
sebagai guru mata pelajaran.
D.
Peran dan Posisi Peneliti
Dalam Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pelaksana kegiatan.
Peneliti membuat perencanaan kegiatan, melaksanakan kegiatan, melakukan
pengamatan, mengumpulkan dan menganalisis data serta melaporkan hasil
penelitian. Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh guru Pendidikan Agama
Islam (PAI) kelas I (satu) yang bertindak sebagai fasilitator dan kolaburator.
E.
Tahapan Intervensi Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan
terdiri dari beberapa siklus, yang tergantung pada tingkat penyelesaian
masalah. Tiap siklus terdiri dari 4 (empat) kegiatan yaitu perencanaan,
pelaksanaan, analisis dan refleksi. Pada tiap siklus dilakukan beberapa
tindakan, yang digambarkan sebagai berikut:
1.
Pra Tindakan
a. Peneliti melakukan
observasi kegiatan belajar mengajar terlebih dahulu, kegiatan pembelajaran di kelas
I (satu) MIS Assholihiyah Leuwibatu Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor.
b. Wawancara terhadap siswa
dan guru mata pelajaran yang lain untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi
siswa secara umum, khususnya pada siswa kelas I (satu) MIS Assholihiyah Leuwibatu
Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor.
2.
Tindakan Riil di Kelas
a. Tahap Perencanaan
1) Peneliti melakukan
analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang akan disampaikan kepada siswa.
2) Membuat rencana
pembelajaran.
3) Membuat instrument yang
digunakan dalam siklus penelitian tindakan kelas, alat bantu dan media yang
diperlukan.
4) Membuat alat evaluasi
b. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini
adalah melaksanakan skenario pembelajaran aktif teknik mind map yang
telah direncanakan.
c. Tahap Pengamatan
(Observasi)
Pada tahap ini dilakukan pengamatan
(observasi) terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar pengamatan
(observasi).
d. Tahap Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap observasi
dikumpulkan serta dianalisis, pada tahap ini pengajar dapat merefleksi diri
berdasarkan hasil observasi dan diskusi untuk mengkaji apakah tindakan yang
telah dilakukan dapat meningkatkan kemampuan kreatifitas siswa pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI).
F.
Hasil Intervensi Tindakan
yang Diharapkan
Intervensi tindakan yang
diharapkan dari data kuantitatif ditetapkan pada kriteria bahwa semakin baik strategi pembelajaran penerapan aktif teknik mind
map, menunjukkan adanya kriteria peningkatan pembelajaran dalam
penelitian tindakan kelas ini. Jadi seumpama pada siklus ke-2 kategori sangat
paham lebih besar daripada siklus ke-1 berarti terjadi peningkatan yang
positif.
G.
Data dan Sumber Data
Data yang digunakan adalah data primer dari subyek yang diteliti yang
bersumber dari hasil belajar siswa siswa MIS Assholihiyah Leuwibatu Kecamatan
Rumpin Kabupaten Bogor tahun pelajaran 2013/2014 selama proses penelitian.
Sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini berasal dari subyek
penelitian atau dari siswa yang merupakan sumber data primer yaitu nilai
ulangan harian siswa baik nilai ulangan harian sebelum tindakan kelas maupun
setelah dilakukanya tindakan kelas oleh guru.
H.
Instrumen Pengumpulan Data
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.
Observasi
Pada tahapan ini dilaksanakan
proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang memuat
catatan-catatan tentang situasi yang terjadi di dalam kelas selama tindakan berlangsung.
2.
Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan sumber non manusia, sumber ini adalah sumber
yang cukup bermanfaat sebab telah tersedia sehingga akan relatif murah
pengeluaran biaya untuk memperolehnya, merupakan sumber yang stabil dan akurat
sebagai cermin situasi/kondisi yang sebenarnya serta dapat dianalisis secara
berulang-ulang dengan tidak mengalami perubahan. [44]
3.
Tes Hasil Belajar
Yaitu mengadakan tes kepada beberapa siswa. Dengan cara ini peneliti
dapat mengetahui sejauhmana keberhasilan siswa dalam mengikuti materi pelajaran
dengan menggunakan pembelajaran aktif
teknik mind map.
I.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam rangka menghimpun data untuk dijadikan suatu kesimpulan, maka teknik
penelitian dilakukan dengan melalui catatan observasi dan hasil evaluasi yang
dilakukan sejak awal penelitian sampai dengan siklus terakhir.
Catatan observasi dipergunakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas
siswa dan pemunculan keterampilan kreatifitas siswa, sedangkan evaluasi
dilakukan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa.
Pada bagian refleksi dilakukan analisis data mengenai proses, masalah dan
hambatan yang dijumpai, kemudian dilanjutkan dengan refleksi dampak pelaksanaan
tindakan yang dilaksanakan. Salah satu aspek penting dari kegiatan refleksi
adalah evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan.
J.
Analisis Data dan
Interpretasi Data
Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam
kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini
menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode
penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data
yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai
siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta
aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Data yang diperoleh dari pengamatan dan penilaian
selama proses pembelajaran dan hasil pembelajaran diklasifikasikan berdasarkan
kelompok siswa dalam kelas yang selanjutnya dianalisis dengan teknik analisa
data kualitatif. Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa data utama yang dianalisis
adalah data verbal dari peneliti sendiri, yang berupa gambaran terperinci dari
proses dan hasil belajar siswa. Sedangkan data penunjang meliputi data dari
hasil observasi.
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau
persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya
dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap
akhir putaran.
Analisis
ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
1.
Untuk menilai ulangan atau tes
formatif.
Peneliti
melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi
dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes
formatif dapat dirumuskan:
Keterangan : = Nilai rata-rata
Σ
X = Jumlah
semua nilai siswa
Σ
N = Jumlah
siswa
2.
Untuk ketuntasan belajar.
Ada
dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan
belajar mengajar yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai
skor 85% atau nilai 75
P
|
=
|
∑
siswa yang tuntas belajar
|
x 100%
|
∑
siswa
|
K.
Pengembangan Perencanaan
Tindakan
Pada pengembangan perencanaan
tindakan, kegiatan penelitian akan dilakukan sesuai dengan tahapan-tahapan
siklus sebagai berikut:
1.
Perencanaan Tindakan Siklus
1
a. Perencanaan
1)
Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan penerapan
pembelajaran aktif teknik mind map untuk meningkatkan kreatifitas siswa.
2)
Membuat rencana pembelajaran pembelajaran aktif teknik mind map untuk
meningkatkan kreatifitas siswa dan
lembar observasi.
3)
Membuat instrument yang digunakan dalam siklus penelitian tindakan kelas,
alat bantu dan media yang diperlukan.
4)
Membuat alat evaluasi sejenis tes untuk mengetahui siswa dalam
menyelesaikan masalah yang dilaksanakan dalam di setiap akhir siklus.
b.
Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam
tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran pembelajaran aktif teknik mind
map untuk meningkatkan kreatifitas siswa yang telah direncanakan.
Adapun langkah-langkah prosedur pada tindakan ini adalah sebagai berikut:
1)
Memilih topik untuk pemetaan
pikiran.
2)
Mengkonstruksikan kelas dengan
peta pikiran yang sederhana yang menggunakan warna, khayalan atau simbol.
3)
Memberikan kertas, pena, dan
sumber-sumber lain yang bertujuan akan
membantu peserta didik membuat peta pikiran yang berwarna dan indah. Memberi
peserta tugas memetakan pikiran.
4)
Menunjukkan bahwa mereka memulai
peta dengan membuat gambar yang menggambarkan topik atau ide utama.
5)
Memberi mereka semangat untuk
membagi-bagi seluruhnya ke dalam komponen-komponen yang lebih kecil dan
menggambarkan komponen ini hingga batas luar peta (dengan menggunakan warna dan
grafik).
6)
Mendorong mereka untuk
menghadirkan setiap ide secara bergambar, dengan menggunakan sedikit kata-kata.
7)
Memberikan waktu yang banyak bagi
peserta didik untuk mengembangkan peta pikiran mereka.
8)
Mendorong mereka untuk melihat
karya orang lain dengan menstimulasi ide-ide.
9)
Memerintahkan kepada peserta didik
untuk saling membagi peta pikirannya.
10) Melakukan diskusi tentang nilai cara kreatif untuk menggambarkan
ide-ide.
c.
Observasi
Pada tahapan ini dilaksanakan
proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang memuat
catatan-catatan tentang situasi yang terjadi didalam kelas selama tindakan
berlangsung.
d.
Refleksi
Dari hasil observasi dikumpul dan
dianalisis pada tahap ini. Dari hasil yang didapatkan peneliti dapat merefleksi
diri dengan melihat data hasil observasi apakah kegiatan yang dilakukan telah
dapat meningkatkan kreatifitas belajar siswa.
Hasil refleksi pada siklus I ini dijadikan
barang pertimbangan untuk membuat perencanaan pada siklus II, sedangkan hal-hal
yang sudah baik akan dipertahankan.
Indikator
untuk melanjutkan ke siklus berikutnya adalah peningkatan pemahaman yang
dicapai siswa dengan capaian minimal sekurang-kurangnya 65% siswa telah
mencapai nilai tuntas (di atas minimal).
2.
Perencanaan Tindakan Siklus
2
a. Perencanaan
1) Malanjutkan aktivitas
yang telah dilakukan pada siklus I, membenahi kelemahan pada siklus I.
2) Mempebaiki dan
membenahi kelemahan siklus I.
3) Merencanakan kembali
skenario pembelajaran merujuk hasil refleksi dari siklus I.
4) Melaksanakan tindakan
perbaikan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahapan ini, tindakan
yang dilakukan sesuai dengan perbaikan berdasarkan hasil refleksi siklus
I. Langkah yang dilakukan relatif sama dengan
pelaksanaan pada siklus I dengan mengadakan perbaikan pada metode mengajar yang
diterapkan.
c. Observasi
Pada prinsipnya observasi yang
dilaksanakan pada siklus II hampir sama dengan pelaksanaan pada siklus I.
d. Refleksi
Dari hasil yang diperoleh pada
tahap observasi dikumpul dan dianalisis pada tahap ini. Dari hasil yang
didapatkan peneliti dapat membuat kesimpulan atas pembelajaran aktif teknik mind
map yang dilakukan selama 2 siklus.
Indikator berakhirnya siklus adalah peningkatan pemahaman yang dicapai
siswa dengan capaian minimal sekurang-kurangnya 85% siswa telah mencapai nilai
tuntas (di atas minimal).
BAB IV
DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA, INTERPRETASI
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Sekolah
1.
Sejarah Berdiri
Madrasah Ibtidaiyah
Assholihiyah yang berlokasi di Kp. Leuwibatu RT.01 RW.01 Desa Leuwibatu
Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor, merupakan sebuah lembaga pendidikan formal
yang didirikan atas prakarsa seorang tokoh ulama besar di Kecamatan Rumpin,
dalam hal ini adalah KH. Abdullah Bin Sholih. Beliau mendirikan madrasah
tersebut dengan tujuan untuk menegakkan syi’ar Islam dan menciptakan sumber
daya manusia yang berkualitas dalam penguasaan ilmu pengetahuan agama dan
teknologi yang didasari atas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Sebuah tragedi yang
paling neraka yaitu penghianatan
G30S/PKI pada tahun 1965 membakar hati para Ulama dalam hal ini KH. Abdullah
Bin Sholih untuk tetap konsisten dalam mengkonsolidasi keimanan dan ketaqwaan
masyarakat Kp. Leuwibatu. Oleh karena itu pada tahun 1967 didirikanlah madrasah
ibtidaiyah Assholihiyah yang pada waktu itu masih berpayung hukum kepada
Yayasan Perguruan Mathla’ul Anwar Pengda Kabupaten Bogor sehubungan dengan
pengajuan izin operasional dari Kementerian Agama.
Kemudian pada tahun
1972 Yayasan Perguruan Mathla’ul Anwar Pengda Kabupaten Bogor memberikan
keleluasaan kepada pihak Yayasan Assholihiyah untuk mengelola madrasah secara
mandiri dengan catatan nama Mathla’ul Anwar tetap diabadikan (MI-MA.
Assholihiyah). Berjalan kurang lebih 31 tahun nama Mathla’ul Anwar melekat pada
madrasah ibtidaiyah Assholihiyah, akhirnya pada tahun 2004 lahirlah badan hukum
untuk yayasan Assholihiyah tersebut dengan Akta Notaris Nomor 58, Tanggal 26
Maret 2004 oleh notaris Ny. Ika Rini Hastuti Basuki,SH. Dengan demikian yayasan
Assholihiyah sekarang sudah mempunyai kekuatan hukum yang jelas dan pasti tanpa
harus bersandar kepada orang lain.
Hampir bersamaan dengan
terbitnya akta notaris yayasan, maka pada tahun 2006 madrasah ibtidaiyah
Assholihiyah mendapatkan kesempatan untuk mengikuti akreditasi sekolah yang
diadakan oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN) dengan Kementerian Agama
Kabupaten Bogor, sebagai legalitas kelembagaan dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar, dan hasilnya bernilai C dengan nomor akreditas C/Kw.10.4/MI//03/359/2006.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada profil sekolah berikut:
Tabel
1.4
Profile
Madrasah
Nama
Madrasah
|
MIS.
ASSHOLIHIYAH
|
Nomor
Statistik Madrasah
|
111232010292
|
Akreditasi
Madrasah
|
C. No. C/Kw.10.4/MI//03/359/2006
|
NPWP
|
02.548.311.6-434.001
|
Nama
Kepala
|
ADENG
SUBANDI, SPd.I
|
Nomor
Telp./Hp
|
085811173337
|
Nama
Yayasan
|
LP2MP
ASSHOLIHIYAH
|
Telp.
Yayasan
|
(0251)
8647549
|
No.
Akte Pendirian Yayasan
|
No.
58 Tgl. 26 Maret 2004
|
Kepemilikan
Tanah/Bangunan
|
Yayasan
|
Status
Bangunan
|
Wakaf
|
Luas
Bangunan
|
280
M2
|
Alamat
|
Kp./Ds.
Leuwibatu RT. 01 RW. 01 Kec. Rumpin
Kab. Bogor
|
.
2.
Visi dan Misi
Membentuk Manusia Muslim Yang Beriman, Berakhlak
Mulia, Cakap, Disiplin, dan Tanggung Jawab.
Sedangkan misi madrasah ibtidaiyah Assholihiyah yaitu:
”menciptakan sumber
daya manusia yang taqwa,
berakhlak mulia dan berwawasan”,
dengan indikator dari visi tersebut adalah :
a)
cakap dan tertib dalam ibadah
b)
cakap/mampu menulis dan membaca
al-qur’an
c)
cakap dalam disiplin
d)
memiliki kemampuan akademis yang
memadai
e)
memiliki wawasan kebangsaan.
3.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan
susunan kepengurusan yang ada pada sebuah lembaga, tersusun secara sistematis
dan hirarkis berdasarkan urutan kepengurusan dari yang tertinggi sampai yang
terbawah, dari ketua sampai anggota. Hal ini bertujuan untuk
mempertanggungjawabkan sebuah lembaga supaya mampu menjalankan program sesuai
dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART). Berikut struktur
organisasi MIS Assholihiyah Leuwibatu Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor Tahun
Pelajaran 2013/2014 adalah sebagai berikut:
Pembina Madrasah : Ketua LP2MP “Assholihiyah”
: Pengawas Pendais Kecamatan Rumpin
Komite Madrasah : M.
Hamdani
Kepala Madrasah : Adeng Subandi, S.Pd.I
Bendahara Madrasah : Ahmad
Syakiri, S.Pd
PKM. Kurikulum : Nurjen,
S.Pd.I
PKM. Kesiswaan : Eep
Haetami, S.Pd
PKM. Sarana
Prasarana : Nurjanah, S.Pd.I
PKM. Hubungan
Kemasyarakatan : Abdul
Kohar, S.Pd.I
Operator Madrasah : Deden Sumntri
Guru Kelas : 1. Nur’apipah, A.Ma
2.
Ahmad Syakiri, S.Pd
3.
Eep Haetami, S.Pd
4.
Nurjen, S.Pd.I
5.
Nurjanah, S.Pd.I
6.
Abdul Kohar, S.Pd.I
7.
Deden Sumantri
4.
Kurikulum
Kurikulum pembelajaran
yang digunakan oleh MIS “Assholihiyah” Leuwibatu Kecamatan Rumpin Kabupaten
Bogor Tahun Pelajaran 2013/2014 adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) Berkarakter Tahun 2011 yang dimodivikasi dengan Kurikulum Pendidikan
Keagamaan dan Pondok Pesantren (Pekapontren) seperti Muatan Lokal Kitab Kuning
dan lain-lain.
5.
Keadaan Personalia
Personalia MIS
Assholihiyah Leuwibatu Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor Tahun Pelajaran
2013/2014 adalah sebagai berikut:
Tabel
2.4
Keadaan
Personalia
No
|
Nama
|
Gender
|
Jabatan
|
Pend.
|
|
L
|
P
|
||||
1
|
Adeng Subandi, S.Pd.I
|
1
|
|
Kamad
|
S.1
|
2
|
Abdul Kohar, S.Pd.I
|
1
|
|
Guru Kelas
|
S.1
|
3
|
Ahmad Syakiri, S.Pd.
|
1
|
|
Guru Kelas
|
D.2
|
4
|
Eep Haetami, S.Pd.
|
1
|
|
Guru Kelas
|
D.2
|
5
|
Nurjen, S.Pd.I
|
1
|
|
Guru Kelas
|
S.1
|
6
|
Nurjanah, S.Pd.I
|
|
1
|
Guru Kelas
|
S.1
|
7
|
Nur’apipah, A.Ma.
|
|
1
|
Guru Kelas
|
D.2
|
8
|
Deden Sumantri
|
1
|
|
GMP
|
SLTA
|
Jumlah
|
6
|
2
|
|
|
6.
Keadaan Siswa
Keadaan siswa MIS
Assholihiyah Leuwibatu Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor Tahun Pelajaran 2013/2014
adalah sebagai berikut:
Tabel
3.4
Keadaan
Siswa
Tahun
Pelajaran 2013/2014
Kelas
|
Jumlah Murid Awal Bulan
|
Murid Yang Keluar Bulan Ini
|
Murid Yang Masuk Bulan Ini
|
Jumlah Murid Akhir Bulan
|
||||||||
L
|
P
|
J
|
L
|
P
|
J
|
L
|
P
|
J
|
L
|
P
|
J
|
|
1
|
15
|
15
|
30
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
15
|
15
|
30
|
2
|
15
|
16
|
31
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
15
|
16
|
31
|
3
|
6
|
10
|
16
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
6
|
10
|
16
|
4
|
9
|
7
|
16
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
9
|
7
|
16
|
5
|
7
|
4
|
11
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
7
|
4
|
11
|
6
|
13
|
10
|
23
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
13
|
10
|
23
|
Jumlah
|
65
|
62
|
127
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
65
|
62
|
127
|
7.
Sarana Prasarana
Keadaan sarana prasarana MIS Assholihiyah
Leuwibatu Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor Tahun Pelajaran 2013/2014 adalah
sebagai berikut:
Tabel
4.4
Keadaan
Sarana Prasarana
No
|
Jenis Prasarana
|
Jumlah
|
Kondisi
|
|
Baik
|
Rusak
|
|||
1
|
Ruang Kelas
|
6
|
√
|
|
2
|
Ruang Kepala Sekolah
|
1
|
√
|
|
3
|
Ruang Guru
|
1
|
√
|
|
4
|
Ruang TU
|
1
|
√
|
|
5
|
Ruang Perpustakaan
|
1
|
√
|
|
6
|
Musholla
|
1
|
√
|
|
7
|
Ruang Konseling
|
1
|
√
|
|
8
|
Ruang UKS
|
1
|
√
|
|
9
|
Ruang OSIS
|
1
|
√
|
|
10
|
Ruang MCK
|
1
|
√
|
|
11
|
Gudang
|
1
|
√
|
|
12
|
Meja Kepala Sekolah
|
1
|
√
|
|
13
|
Kursi Kepala Sekolah
|
1
|
√
|
|
14
|
Meja Guru
|
26
|
√
|
|
15
|
Kursi Guru
|
26
|
√
|
|
16
|
Meja TU
|
1
|
√
|
|
17
|
Kursi TU
|
1
|
√
|
|
18
|
Meja Siswa
|
199
|
√
|
|
19
|
Kursi Siswa
|
199
|
√
|
|
20
|
Lemari
|
6
|
√
|
|
21
|
Komputer
|
4
|
√
|
|
22
|
Laptop
|
4
|
√
|
|
23
|
Infokus
|
2
|
√
|
|
B. Analisis Data, Intervensi Hasil Analisis dan Pembahasan
1.
Deskripsi Pelaksanaan Pratindakan
Dalam tindakan pendahuluan yang dilakukan peneliti yaitu untuk
mengidentifikasi masalah. Maka peneliti melakukan beberapa langkah dalam
pembelajaran teknik mind map dalam
meningkatkan kreatifitas siswa pada mata pelajaran PAI. Langkah-langkah yang
dilakukan untuk mengetahui perkembangan kreatifitas siswa pada mata pelajaran
PAI yaitu dengan melakukan pengamatan (observasi), dan angket.
Proses belajar mengajar yang terjadi pada tahap ini setelah peneliti
melakukan pengamatan (observasi) adalah:
a.
Pada saat guru menyampaikan materi
guru kurang aktif dan variatif dalam metode pembelajaran.
b.
Guru mengkoordinasikan keadaan
siswa, kemudian meminta siswa untuk menulis dan membaca contoh puisi yang sudah
disiapkan guru.
c.
Guru memperhatikan keadaan siswa selama proses
pembelajaran dimulai, nampak ada beberapa siswa yang masih acuh dengan
penjelasan yang disampaikan guru. Dan ada beberapa siswa yang masih
bertanya-tanya dengan teman sebangkunya.
d.
Guru memberikan penilaian dari
hasil tugas siswa.
Setelah peneliti melakukan pengamatan, peneliti memberikan tugas dengan
meminta siswa untuk mengisi lembar angket. Siswa diminta menjelaskan
kesulitan-kesulitan selama melakukan kreatifitas mind map. Angket digunakan untuk mengetahui dimana batas
permasalahan yang dihadapi siswa dalam melakukan kreatifitas mind map. Setelah mengoreksi hasil
angket yang diisi siswa, guru mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam
melakukan kreatifitas mind map, di
antaranya:
1)
Siswa kesulitan membuat peta
pikiran yang berwarna dan indah.
2)
Siswa kesulitan menemukan
kata-kata yang tepat dan sesuai dengan tema.
3)
Siswa kesulitan memulai peta
dengan membuat gambar yang menggambarkan topik atau ide utama.
4)
Siswa merasa kesulitan dalam
menyambungkan imajinasi dengan menuliskan kata-kata.
5)
Kurang mengungkapkan ide secara
bergambar, dengan menggunakan sedikit kata-kata.
Karena masih banyak kesulitan yang dialami siswa, dan perlu perbaikan
dalam menangani permasalahan tersebut, maka penulis melakukan tes awal.
(a) Perencanaan Tindakan
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas I MIS. Assholihiyah Leuwibatu
Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor, yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 10
siswa perempuan. Pada kegiatan perencanaan pratindakan ini peneliti membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Pada pertemuan ini guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam,
mengisi absensi siswa, dan secara biasa guru sebelum pembelajaran dimulai guru
meminta siswa untuk tepuk semangat. Setelah tepuk semangat, guru menyapa siswa
apakah siswa sudah siap untuk mengikuti pelajaran.
Setelah keadaan terkoordinasi guru menyampaikan materi, kemudian
menempelkan gambar di papan tulis. Selesai menempelkan gambar di papan tulis,
guru menyampaikan langkah-langkah yang harus digunakan oleh siswa. Setelah
penjelasan guru siswa diminta untuk segera melakukan kreatifitas mind map.
(b) Pelaksanaan
Pada pelaksanaan ini guru melaksanakan dan menjalankan sesuai dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat. Terdengar dari luar
kelas ketika guru mau memasuki kelas siswa sedang berdoa. Guru memasuki ruang
kelas tiga siswa masih dalam keadaan berdoa. Selesai berdoa guru menjawab salam
yang diucapkan semua siswa dan menyapa kabar siswa. Sesuai dengan perencanaan
guru mengabsensi kehadiran siswa untuk mengetahui apakah semua siswa hadir
dalam pelaksanaan tes awal ini. Dan sesuai dengan harapan siswa hadir semua.
Sebelum pembelajaran dimulai guru meminta siswa untuk berdiri dan guru
memimpin siswa untuk tepuk semangat. Agar suasana tidak tegang dan siswa
menjadi semangat untuk belajar.
Selanjutnya guru menyampaikan materi pembelajaran, guru menjelaskan
langkah-langkah yang harus siswa lakukan, dan kompetensi yang harus dimengerti
dan dikuasai. Kemudian guru meminta siswa untuk bertanya jika siswa belum paham
tentang penyampaian guru.
Setelah memberikan penjelasan dan tidak ada siswa yang bertanya guru
menempelkan gambar. Guru meminta siswa agar tidak berdiskusi dalam melakukan
kreatifitas mind map.
(c) Observasi
Peneliti beserta observer melakukan observasi selama pembelajaran
berlangsung. Adapun hasil observasi yang
dilakukan peneliti dengan tabel di bawah ini :
Tabel 5.4
Hasil Observasi Guru Terhadap Siswa
No.
|
Asapek yang diamati
|
Kriteria
|
||
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
||
|
Aktifitas siswa selama mengikuti
kegiatan belajar mengajar
a. Siswa memperhatikan dan menyimak penjelasan guru
|
|
ü
|
|
b. Siswa bertanya seputar materi melakukan kreatifitas mind map
|
|
ü
|
|
|
c. Siswa menjawab pertanyaan guru yang berhubungan dengan materi
|
|
|
ü
|
|
d. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru
|
|
ü
|
|
|
2.
|
Perilaku siswa yang tidak sesuai
dengan yang diharapkan guru
a. Mengobrol dengan teman sebangkunya
|
|
ü
|
|
|
b. Melamun
|
|
|
ü
|
c. Meniru pekerjaan temannya
|
|
|
ü
|
|
d. Mengerjakan tugas terlalu lama (tidak sesuai batas waktu yang
ditentukan
|
|
ü
|
|
Dengan hasil observasi yang dilakukan, maka peneliti mengetahui hasil
tugas siswa dan dapat disimpulkan bahwa guru telah melakukan tugas dalam
pembelajaran teknik mind map dalam
meningkatkan kreatifitas siswa pada mata pelajaran PAI dengan cukup baik.
Tabel 6.4
Hasil Observasi Siswa Terhadap Guru
No.
|
Hal yang diamati
|
Kriteria
|
Presentase
|
||
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
|||
1.
|
Kemampuan membuka pelajaran
a.
memotivasi siswa
b.
menarik perhatian siswa
c.
memberi acuan materi yang
diajarkan
|
ü
|
|
|
70
|
2.
|
Sikap guru selama proses
pembelajaran
a.
Kejelasan suara dalam
penyampaian materi
b.
Menyesuaikan posisi tempat dalam
kelas
c. Gerakan dan mimik
|
|
ü
|
|
70
|
3.
|
Penguasaan meteri ajar
a.
Menyampaikan meteri ajar dengan
jelas
b.
Jelas dalam memberikan contoh
c.
Penguasaan materi yang
disampaikan
|
ü
|
|
|
70
|
4.
|
Implementasi dalam
langkah-langkah pembelajaran
a.
Penyajian materi sesuai dengan
RPP
b.
Memanfaatkan alokasi waktu yang
telah ditentukan
c.
Menanggapi respon siswa
d. Berkomunikasi dengan baik pada siswa
|
|
ü
|
|
70
|
5.
|
Penggunaan media
a.
Menggunakan media dengan tepat
saat digunakan
b.
Membantu proses pembelajaran
c. Terampil dalam mengggunakan media
|
|
ü
|
|
70
|
|
Jumlah rata-rata
|
70,00
|
Total skor = jumlah presentase
Jumlah kriteria
= 350
5
=
70,00
Keterangan :
Kriteria
penilaian jumlah rata-rata:
Baik = 70-100
Cukup = 40-69
Kurang = 10-39
Setelah mengetahui hasil observasi yang dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa jumlah rata-rata 70,00 dengan kategori baik merupakan penilaian siswa
terhadap guru.
Selain lembar observasi guru dan observasi siswa, peneliti juga
menggunakan angket yang diberikan pada sebelum dan sesudah tindakan.
Tabel 7.4
Angket Siswa Sebelum Tindakan
Pertanyaan
|
Alernatif jawaban
|
|||
Ya
|
%
|
Tidak
|
%
|
|
1.
Apakah kamu merasa kesulitan membuat
peta pikiran yang berwarna dan indah?
|
16
|
80%
|
4
|
20%
|
Dari pertanyaan di atas ternyata 80% siswa merasa kesulitan dalam membuat
peta pikiran yang berwarna dan indah. Ini menunjukkan siswa perlu di latih
lagi.
Tabel 8.4
Angket Siswa Sebelum Tindakan
Pertanyaan
|
Alternatif jawaban
|
|||
Ya
|
%
|
Tidak
|
%
|
|
2.
Apakah kamu merasa kesulitan menemukan
kata-kata yang tepat dan sesuai dengan tema?
|
18
|
90%
|
2
|
10%
|
Dari pertanyaan di atas ternyata 90% siswa merasa kesulitan dalam menemukan
kata-kata yang tepat dan sesuai dengan tema dan perlu di latih lagi.
Tabel 9.4
Angket Siswa Sebelum Tindakan
Pertanyaan
|
Alternatif jawaban
|
|||
Ya
|
%
|
Tidak
|
%
|
|
3.
Apakah kamu merasa kesulitan
memulai peta dengan membuat gambar yang menggambarkan topik atau ide utama?
|
15
|
75
|
5
|
25%
|
Dari pertanyaan di atas, ternyata 75% siswa merasa kesulitan memulai peta
dengan membuat gambar yang menggambarkan topik atau ide utama, maka dari itu
perlu latihan lagi.
Tabel 6.4
Angket Siswa Sebelum Tindakan
Pertanyaan
|
Alternatif jawaban
|
|||
Ya
|
%
|
Tidak
|
%
|
|
4.
Apakah kamu merasa kesulitan
dalam menyambungkan imajinasi dengan menuliskan kata-kata?
|
20
|
100%
|
0
|
0%
|
Dari pertanyaan di atas, ternyata 100% siswa merasa kesulitan dalam
menyambungkan imajinasi dengan menuliskan kata-kata. Maka dari itu harus ada
peningkatan lagi dengan latihan.
Tabel 10.4
Angket Siswa Sesudah Tindakan
Pertanyaan
|
Alternatif jawaban
|
|||
Ya
|
%
|
Tidak
|
%
|
|
1.
Apakah kamu merasa kesulitan
membuat peta pikiran yang berwarna dan indah?
|
3
|
15%
|
17
|
85%
|
Dari pertanyaan di atas sesudah tindakan, 85% siswa sudah bisa membuat
peta pikiran yang berwarna dan indah untuk melakukan kreatifitas mind map.
Tabel 11.4
Angket Siswa Sesudah Tindakan
Pertanyaan
|
Alternatif jawaban
|
|||
Ya
|
%
|
Tidak
|
%
|
|
2.
Apakah kamu merasa kesulitan menemukan
kata-kata yang tepat dan sesuai dengan tema?
|
5
|
25%
|
15
|
75%
|
Dari
pertanyaan di atas, dapat diketahui 75% siswa ternyata sudah tidak merasa kesulitan
dalam menemukan kata-kata yang tepat dan sesuai dengan tema untuk melakukan
kreatifitas mind map.
Tabel 12.4
Angket Siswa Sesudah Tindakan
Pertanyaan
|
Alternatif jawaban
|
|||
Ya
|
%
|
Tidak
|
%
|
|
3.
Apakah kamu merasa kesulitan
memulai peta dengan membuat gambar yang menggambarkan topik atau ide utama?
|
16
|
80%
|
4
|
20%
|
Dari pertanyaan di atas, ternyata 80% siswa sudah tidak merasa kesulitan
memulai peta dengan membuat gambar yang menggambarkan topik atau ide utama.
Tabel 13.4
Angket Siswa Sesudah Tindakan
Pertanyaan
|
Alternatif jawaban
|
|||
Ya
|
%
|
Tidak
|
%
|
|
4.
Apakah kamu merasa kesulitan
dalam menyambungkan imajinasi dengan menuliskan kata-kata?
|
20
|
100%
|
0
|
0%
|
Dari pertanyaan di atas, ternyata 100% siswa tidak merasa kesulitan dalam
menyambungkan imajinasi dengan menuliskan kata-kata dalam melakukan kreatifitas
mind map.
Dan dapat disimpulkan pula dari hasil angket siswa sesudah tindakan di
atas bahwa dengan menyambungkan imajinasi dan menuliskan kata-kata cukup
membantu siswa dalam melakukan kreatifitas mind
map.
Tabel 14.4
Hasil Angket Siswa Sebelum Tindakan
Angket Siswa Sebelum Menggunakan Media
|
|
1
|
Siswa
merasa kesulitan membuat peta pikiran yang berwarna dan indah
|
2
|
Siswa
merasa kesulitan menemukan kata-kata yang tepat dan sesuai dengan tema
|
3
|
Siswa
merasa kesulitan memulai peta dengan membuat gambar yang menggambarkan topik
atau ide utama
|
4
|
Siswa
merasa kesulitan dalam menyambungkan imajinasi dengan menuliskan kata-kata
|
Tabel 15.4
Hasil Angket Siswa Sesudah Tindakan
Angket Siswa Sesudah Tindakan
|
|
1
|
Siswa
sudah bisa membuat peta pikiran yang berwarna dan indah untuk melakukan
kreatifitas mind map
|
2
|
Siswa
tidak merasa kesulitan dalam menemukan kata-kata yang tepat dan sesuai dengan
tema untuk melakukan kreatifitas mind
map
|
3
|
Siswa
sudah tidak merasa kesulitan memulai peta dengan membuat gambar yang
menggambarkan topik atau ide utama
|
4
|
Siswa
tidak merasa kesulitan dalam menyambungkan imajinasi dengan menuliskan
kata-kata dalam melakukan kreatifitas mind
map
|
Dari kedua tabel di atas merupakan hasil analisa atas kesulitan yang
dihadapi siswa selama pembelajaran materi melakukan kreatifitas mind map. Dapat dilihat dari hasil
angket yang diberikan sebelum tindakan bahwa dari 100% siswa 90% siswa menjawab
seperti dalam tabel di atas.
Sedangkan pada tabel angket sesudah tindakan dilakukan, siswa merasa
senang dan terbantu dalam pembelajaran melakukan kreatifitas mind map. Dengan penggunaan media gambar
siswa merasa lebih mudah dalam menyusun kata-kata, mengungkapkan ide dan
berimajinasi.
Setelah mengetahui hasil observasi dan hasil angket siswa, peneliti juga
menggunakan tes awal dan mencantumkan hasil tes awal kemampuan kreatifitas
siswa pada mata pelajaran PAI sebagai berikut:
Tabel 16. 4
Rekapitulasi Nilai Pendahuluan (Tes Awal)
Kemampuan Siswa Dalam Melakukan Kreatifitas Mind Map
No
|
Nama
|
Nilai
|
1
|
Ade Alvin
|
65
|
2
|
Ananda Maulid
|
65
|
3
|
Apip Ferdika
|
45
|
4
|
Bembi Saputra
|
65
|
5
|
Dela Handayani
|
50
|
6
|
Dinda Aulia
|
60
|
7
|
Elsa Suryani
|
45
|
8
|
Fikri Septian
|
60
|
9
|
Fitriyani
|
45
|
10
|
Indri
|
50
|
11
|
Ira Sulistiawati
|
45
|
12
|
Irna Sari
|
60
|
13
|
Jilal Afriansyah
|
50
|
14
|
Nanay
|
65
|
15
|
Rahayu
|
45
|
16
|
Rehan Tiana
|
45
|
17
|
Rivaldi
|
50
|
18
|
Siti Amelia
|
45
|
19
|
Yanda Praditia Putra
|
50
|
20
|
Yopiansyah
|
45
|
Jumlah
|
1050
|
|
Rata-rata
|
52,05
|
Dari tabel rekapitulasi nilai tes awal di atas dapat disimpulkan bahwa dari
20 siswa yang mendapat nilai terendah 45 dan yang memperoleh nilai tertinggi
65. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 52,05. Dari 20 siswa yang belum
mencapai SKBM sebanyak 13 orang dan siswa yang sudah mencapai SKBM sebanyak 7
orang. Sedangkan SKBM pembelajaran PAI Madrasah Ibtidaiyah yaitu 65. Pada
umumnya siswa sudah dapat melakukan kreatifitas mind map tetapi dilihat dari hasil yang diperoleh setelah
menggunakan kriteria penilaian maka dapat terlihat belum menguasai ide-ide,
pemilihan kata, serta ungkapan perasaan siswa. Hal ini terjadi karena penulisan
dilakukan secara spontanitas. Maka dari itu peneliti akan mengkaji dan melatih
ulang untuk meningkatkan kreatifitas siswa dalam mengembangkan keterampilan
pada mata pelajaran PAI melalui teknik mind
map.
2.
Deskripsi Data Siklus I
Data siklus ini mencakup deskripsi data dan nilai kemampuan melakukan
kreatifitas mind map, catatan
peneliti, catatan kolaborator, refleksi, pembahasan data, pembahasan hasil
siklus I, dan temuan-temuan.
Tabel 17.4
Rekapitulasi Nilai Kemampuan Siswa Melakukan Kreatifitas Mind Map
Siklus I
No
|
Nama
|
Nilai
|
1
|
Ade Alvin
|
70
|
2
|
Ananda Maulid
|
70
|
3
|
Apip Ferdika
|
60
|
4
|
Bembi Saputra
|
65
|
5
|
Dela Handayani
|
60
|
6
|
Dinda Aulia
|
65
|
7
|
Elsa Suryani
|
55
|
8
|
Fikri Septian
|
70
|
9
|
Fitriyani
|
50
|
10
|
Indri
|
50
|
11
|
Ira Sulistiawati
|
50
|
12
|
Irna Sari
|
70
|
13
|
Jilal Afriansyah
|
65
|
14
|
Nanay
|
75
|
15
|
Rahayu
|
50
|
16
|
Rehan Tiani
|
50
|
17
|
Rivaldi
|
60
|
18
|
Siti Amelia
|
50
|
19
|
Yanda Praditia Putra
|
50
|
20
|
Yopiansyah
|
50
|
Jumlah
|
1190
|
|
Rata-rata
|
59,05
|
Pada tabel hasil di atas dapat
diperoleh informasi bahwa dari 20 siswa nilai tertinggi 75 dan nilai terendah
yaitu 50 dan nilai rata-rata 59,05. Hasil siklus I ini belum cukup mencapai
SKBM. Kemmungkinan peneliti akan mengggunakan siklus berikutnya.
a.
Catatan Penelitian
Pada siklus ini peneliti menggunakan rencana pembelajaran untuk pertemuan ke-1 dan ke-2. Kegiatan
pembelajaran dimulai dengan penjelasan peneliti tentang tujuan materi yang
hendak dicapai. Peneliti menjelaskan tujuan dengan sejelas-jelasnya, dengan
maksud agar siswa mengetahui kompetensi yang harus dikuasai dan benar-benar
dipahami.
Selanjutnya peneliti mengkoordinasikan kelas, dan merapihkan cara duduk
siswa yang baik selama pembelajaran berlangsung. Setelah semua terlihat rapi
dan tenang, peneliti mengintruksikan kepada seluruh siswa bahwa pembelajaran
melakukan kreatifitas mind map kali
ini menggunakan media gambar secara individu. Peneliti telah menyiapkan gambar di atas meja dengan keadaan terbalik.
Peneliti menyuruh siswa mengambil gambar dengan cara sambil mengabsen siswa,
siswa ada saja yang ingin menukar gambarnya karena tidak menyukai gambar yang
telah dipilihnya. Peneliti tidak mengikuti permintaan siswa agar siswa bisa
berpikir kreatif dengan gambar yang telah didapatnya.
Setelah semua siswa mendapatkan gambar, peneliti memperhatikan keadaan
kegiatan siswa selama pembelajaran melakukan kreatifitas mind map. Ada yang sudah memulai menulis, ada yang masih
memperhatikan gambarnya, dan ada pula yang masih bingung dan bertanya-tanya.
Peneliti mencoba menjelaskan bila ada yang kurang paham atau gambar
kurang jelas harap siswa bertanya kepada peneliti. Setelah tidak ada yang
beranya peneliti tidak hanya duduk di depan kelas tetapi berkeliling
memperhatikan siswa. Peneliti mengintruksikan bahwa tugas siswa harap segera
dikumpulkan karena waktu akan segera habis. Ada beberapa siswa yang sudah
selesai dan mengumpulkan hasil melakukan kreatifitas mind mapnya, dan ada yang masih melakukan kreatifitas mind mapnya. Setelah semua terkumpul
peneliti menjelaskan jika nilainya masih belum cukup peneliti akan mengulang
pembelajaran melakukan kreatifitas mind
map pada peremuan berikutnya. Dan semua pelaksanaan pembelajaran pada
siklus 1 terulang pada siklus II. Peneliti mencatat hal-hal yang ditemukan
selama pembelajaran berlangsung.
b.
Catatan Kolaborator
Dalam catatan kolaborator mengenai kegiatan pembelajaran pada siklus I mengamati peneliti dalam berbagai hal
mengenai siswa dan proses pembelajaran. Kolaborator menyimpulkan bahwa peneliti
telah melakukan pembelajaran dengan langkah-langkah sesuai Rencana Pembelajaran
yang telah di rancang. Dalam pembelajaran ini peneliti menggunakan metode
ceramah, inkuiri, dan penegasan penjelasan dalam pembelajaran melakukan
kreatifitas mind map. Dalam
pembelajaran ini peneliti menggunakan
media gambar. Gambar di berikan secara individu, kecuali pada pertemuan
awal atau pendahuluan, peneliti menggunakan gambar yang ditempel di papan tulis
dan di lihat bersama-sama.
Pada kegiatan pembelajaran siswa mengikuti pembelajaran dengan baik dan
memperhatikan penjelasan dari peneliti. Terlihat beberapa anak semangat ketika
peneliti menyuruh siswa untuk mengambil gambar secara perorangan, dan ada
beberapa anak tampak terlihat ragu-ragu untuk maju ke depan mengambil gambar.
Tetapi peneliti memotivasi siswa untuk tidak ragu-ragu mengambil gambar. Siswa
pun akhirnya termotivasi dan aktif untuk siap mengikuti pembelajaran.
Selama proses pembelajaran berlangsung, dan setelah siswa memegang gambar
yang telah didapatnya, terlihat siswa memperhatikan gambar dan ada yang sambil
menulis. Setelah hampir lima menit ada siswa yang belum sama sekali menuliskan
kata-kata sedikitpun. Hal ini dikarenakan beberapa siswa belum paham mengamati
gambar tersebut karena pembelajaran mengungkapkan ide dan imajinasi untuk melakukan
kreatifitas mind map dengan media
gambar baru pertama kali dilakukan.
c.
Refleksi Pembahasan Data Siklus I
Berdasarkan pembahasan-pembahasan di atas, kemampuan dan keterampilan
siswa dalam melakukan kreatifitas mind
map dengan media gambar pada siklus I dapat direfleksikan sebagai berikut:
1)
Nilai terendah siswa pada siklus I
adalah 50 dari nilai kumulatif seluruh aspek penilaian kemampuan dan teknik mind map dalam meningkatkan kreatifitas
siswa pada mata pelajaran PAI adalah 100.
2)
Dengan kemampuan nilai rata-rata yaitu 59,05. Nilai
ini masih belum mencukupi karena SKBM rata-rata 60. Sehingga perlu perubahan
pada siklus berikutnya.
d.
Pembahasan Hasil Siklus I
Berdasarkan dari data hasil penelitian dapat
dijelaskan melalui penjelasan sebagai
berikut:
Dari kemampuan 20 siswa kelas III dalam teknik mind map dalam meningkatkan kreatifitas
siswa pada mata pelajaran PAI dengan media gambar pada siklus I dinilai
berdasarkan unsur-unsur penilaian melakukan kreatifitas mind map yang meliputi kesesuaian kata dengan tema, kesesuaian
perasaan dengan tema, dapat diketahui bahwa kemampuan dan keterampilan siswa
melakukan kreatifitas mind map masih
rendah. Dengan data penilaian melakukan kreatifitas mind map pada siklus I menunjukkan bahwa belum semua siswa dapat
menuliskan tulisannya dengan baik. Karena masih ada beberapa siswa yang
mendapat nilai sangat rendah. Karena belum tercapainya tingkat kemampuan siswa
melakukan kreatifitas mind map disebabkan siswa belum banyak terlatih
menggunakan ide dan menuangkannya kedalam tulisan.
3.
Deskripsi Data Siklus II
a.
Data Kemampuan Siswa Melakukan Kreatifitas Mind Map
Pada siklus ini data kemampuan siswa melakukan kreatifitas mind map tetap diperoleh dari hasil
penilaian yang sama pada siklus sebelumnya. Yaitu:
1)
Aspek kesesuaian kata dengan tema
2)
Kesesuaian menggunakan ide dan
imajinasi
3)
Kesesuain ungkapan perasaan dengan
tema
Data kemampuan kreatifitas siswa pada mata pelajaran
PAI pada gambar tabel di bawah ini:
Tabel 18.4
Rekapitulasi Nilai Kemampuan Siswa Melakukan Kreatifitas Mind Map
Siklus II
No
|
Nama
|
Nilai
|
1
|
Ade Alvin
|
75
|
2
|
Ananda Maulid
|
80
|
3
|
Apip Ferdika
|
65
|
4
|
Bembi Saputra
|
80
|
5
|
Dela Handayani
|
75
|
6
|
Dinda Aulia
|
80
|
7
|
Elsa Suryani
|
65
|
8
|
Fikri Septian
|
80
|
9
|
Fitriyani
|
55
|
10
|
Indri
|
70
|
11
|
Ira Sulistiawati
|
55
|
12
|
Irna Sari
|
80
|
13
|
Jilal Afriyansah
|
80
|
14
|
Nanay
|
80
|
15
|
Rahayu
|
65
|
16
|
Rehan Tiani
|
65
|
17
|
Rivaldi
|
70
|
18
|
Siti Amelia
|
55
|
19
|
Yanda Praditia Putra
|
70
|
20
|
Yopiansyah
|
55
|
Jumlah
|
1400
|
|
Rata-rata
|
70,00
|
Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 20 siswa yang mendapat
nilai tertinggi adalah 80 dan nilai terendah adalah 55, sedangkan nilai
rata-rata kelas yaitu 70,00. Dan siswa yang belum mencapai SKBM hanya tinggal 4
orang lagi. Dan dapat disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan kemampuan
keterampilan siswa dalam melakukan kreatifitas mind map dengan media gambar. Dan di samping itu nilai siswa sudah
mendekati kriteria yang telah di tetapkan dan diharapkan. Maka dari itu
peneliti mengaggap bahwa aktivitas tindakan kelas yaitu latihan peningkatan
keterampilan melakukan kreatifitas mind
map dengan media gambar cukup pada siklus II.
b.
Catatan Peneliti
Pada siklus II ini peneliti menggunakan Rencana Pembelajaran untuk
pertemuan ke empat, kegiatan pada peremuan ke empat ini peneliti melaksanakan
pembelajaran pembahasan dari hasil pertemuan ke satu, dua dan ke tiga. Peneliti
menjelaskan tentang materi teknik mind map dalam meningkatkan kreatifitas
siswa pada mata pelajaran PAI yang telah dipelajari. Terlihat siswa sangat
bersemangat dalam pertemuan ini karena siswa menganggap tidak akan melakukan
kreatifitas mind map lagi.
Setelah keadaan cukup tenang, peneliti membagikan hasil tugas siswa yang
sudah dikoreksi. Peneliti juga membahas kekurangan-kekurangan dalam melakukan
kreatifitas mind map. Peneliti memanggil siswa secara individu
untuk mengambil hasil mind map sambil
menjelaskan kepada siswa tentang apa yang kurang dalam penulisannya.
Peneliti melakukan tanya jawab kepada siswa untuk mengingat kembali
materi melakukan kreatifitas mind map.
Peneliti bertanya kepada siswa tentang apa saja kesulitan selama melakukan
kreatifitas mind map. Beberapa siswa
tampak malu-malu untuk bertanya, tetapi ada pula beberapa siswa yang bertanya
tentang kesulitan melakukan kreatifitas mind map dan ada siswa yang
mengatakan belajar menggunakan media gambar
itu menyenangkan.
c.
Catatan Kolaborator
Dalam catatan kolaborator dapat diketahui bahwa pada siklus II telah
terjadi perubahan-perubahan dalam pembelajaran yang dilakukan peneliti.
Peneliti lebih aktif dalam mengatur keadaan kelas dan lebih optimal dalam
menyampaikan materi. Selama pembelajaran berlangsung terlihat banyak siswa
lebih tenang tidak tegang seperti pertemuan sebelumnya. Ada beberapa siswa yang
mengatakan “mengapa melakukan kreatifitas mind
map lagi?”. Dengan pertanyaan tersebut peneliti berusaha menjelaskan
tentang alasan pengulangan melakukan kreatifitas mind map. Beberapa siswa pun lebih mengerti ketika peneliti sudah
menjelaskan.
Dari data yang telah diperoleh dari pengamatan, observasi dan penilaian
proses keteraampilan melakukan kreatifitas mind
map dengan media gambar yang dilakukan pada 20 siswa kelas III Madrasah
Ibtidaiyah padfa siklus II, dapat diketahui keterampilan kreatifitas siswa pada
mata pelajaran PAI telah mengalami peningkatan dan sudah cukup baik.
d.
Refleksi Pembahasan Data Siklus II
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian kemampuan keterampilan melakukan
kreatifitas mind map dengan media
gambar pada siklus II, dapat direfleksikan sebagai berikut:
1)
Pada siklus II, nilai terendah
adalah 55, dari nilai kumulatif seluruh aspek penilaian keterampilan melakukan
kreatifitas mind map yaitu 100.
2)
Terdapat beberapa siswa memiliki
kemampuan di atas nilai rata-rata kelas yaitu 7,00. Kemampuan melakukan
kreatifitas mind map mereka sudah
dalam tahap yang cukup baik.
Dari uraian di atas
bahwa kemampuan keterampilan melakukan kreatifitas mind map dengan media gambar pada siklus II ini telah mengalami
peningkatan yang cukup baik. Dalam kemampuan keterampilan melakukan kreatifitas
mind map yang mencapai nilai terendah
yang diperoleh siswa yaitu 55 dan nilai rata-rata kelas 7,00. Maka dari itu
penelitian tindakan kelas dicukupkan sampai siklus II saja, karena penilaian
pembelajaran keterampilan melakukan kreatifitas mind map sudah cukup memuaskan.
e.
Pembahasan Hasil Siklus II
Berdasarkan hasil data penelitian siklus II dan uraian refleksi hasil
penelitian siklus II, dapat dijelaskan pembahasan sebagai berikut:
Kemampuan keterampilan melakukan kreatifitas mind map berdasarkan gambar pada siswa kelas III, dengan jumlah 20
orang dinilai dari beberapa aspek diperoleh data bahwa dari rata-rata kelas
70,00. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil saja siswa kelas III yang
kemampuannya di bawah standar yang telah ditetapkan.
f.
Temuan-temuan
Berdasarkan dari hasil refleksi dan pembahasan dari tiap siklus terdapat
temuan-temuan yang diperoleh peneliti sebagai berikut:
1)
Pada siklus I berdasarkan data
penilaian dari hasil pembelajaran keterampilan siswa masih kurang. Hal ini
dilihat dari pencapaian nilai siswa dengan nilai terendah 45 dengan rata-rata
59,05. Siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata terdapat 9 orang.
2)
Pada siklus II pembelajaran
melakukan kreatifitas mind map,
dilakukan dengan langkah-langkah pembelajaran yang lebih efektif, penggunaan
metode dan media yang cukup mendukung, membantu peneliti dan siswa untuk
memperlancar pembelajaran pada siklus ini dan mendapat peningkatan yang cukup
baik. Hal ini ditemukan dari dari data nilai siswa yang nilai tertingginya
adalah 80, dan nilai rata-rata kelas 70,00. Data tersebut menunjukkan keterampilan
siswa dalam melakukan kreatifitas mind
map cukup memuaskan.
3)
Dapat diketahui bahwa dalam
pembelajaran melakukan kreatifitas mind
map sangat membantu meningkatkan keterampilan kreatifitas siswa pada mata
pelajaran PAI. Dan ada beberapa siswa masih tidak terbantu dengan menggunakan
strategi pembelajaran teknik mind map.
Perbandingan data hasil
kemampuan keterampilan siswa dalam melakukan kreatifitas mind map antara tes pendahuluan, siklus I, dan siklus II dapat
dilihat pada tabel 13 di bawah ini:
Tabel 19.4
Perbandingan Data Hasil Kemampuan Keterampilan Siswa
Dalam Melakukan Kreatifitas Mind
Map
No
|
Nama
|
Pendahuluan
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Nilai
|
Nilai
|
Nilai
|
||
1
|
Ade Alvin
|
65
|
70
|
75
|
2
|
Ananda Maulid
|
65
|
70
|
80
|
3
|
Apip Ferdika
|
45
|
60
|
65
|
4
|
Bembi Saputra
|
65
|
65
|
80
|
5
|
Dela Handayani
|
50
|
60
|
75
|
6
|
Dinda Aulia
|
60
|
65
|
80
|
7
|
Elsa Suryani
|
45
|
55
|
65
|
8
|
Fikri Septian
|
60
|
70
|
80
|
9
|
Fitriyani
|
45
|
50
|
55
|
10
|
Indri
|
50
|
50
|
70
|
11
|
Ira Sulistiawati
|
45
|
50
|
55
|
12
|
Irna Sari
|
60
|
70
|
80
|
13
|
Jilal Apriansyah
|
50
|
65
|
80
|
14
|
Nanay
|
65
|
75
|
80
|
15
|
Rahayu
|
45
|
50
|
65
|
16
|
Rehan Tiani
|
45
|
50
|
65
|
17
|
Rivaldi
|
50
|
60
|
70
|
18
|
Siti Amelia
|
45
|
50
|
55
|
19
|
Yanda Praditia Putra
|
50
|
50
|
70
|
20
|
Yopiansyah
|
45
|
50
|
50
|
Jumlah
|
1050
|
1190
|
1400
|
|
Rata-rata
|
52,5
|
59,05
|
70,00
|
Pada tabel di atas,
perbandingan rekapiulasi peningkatan keterampilan kreatifitas siswa pada mata
pelajaran PAI dengan menggunakan strategi pembelajaran teknik mind map dapat dilihat secara rinci telah terjadi
peningkatan kemampuan melakukan kreatifitas mind
map. Dengan nilai kumulatif dan nilai rata-rata telah mencapai tahap
keberhasilan yang cukup baik. Pencapaian
nilai rata-rata kelas 70,00 sangat baik karena sudah melebihi nilai SKBM yang
telah ditentukan yaitu 60,00. Yang belum mencapai nilai ketuntasan tinggal 4
orang lagi. Siswa yang belum tunas dan mendapa nilai di bawah rata-rata
peneliti memberikan ulang dan latihan melakukan kreatifitas mind map.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari bab I sampai dengan bab IV dapat disimpulkan
bahwa banyak faktor yang menyebabkan kurangnya minat dan perhatian dari siswa
dalam melakukan kreatifitas mind map,
yaitu penyusunan kata yang masih terbatas, siswa merasa kesulitan membuat peta
pikiran yang berwarna yang indah, merasa kesulitan menemukan kata-kata yang
tepat dan sesuai dengan tema, merasa kesulitan memulai peta dengan membuat
gambar yang menggambarkan topik atau ide utama, merasa kesulitan dalam
menyambungkan imajinasi dengan menuliskan kata-kata. Dengan menggunakan strategi
pembelajaran teknik mind map dapat meningkatkan
kraetifitas siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MIS.
Assholihiyah leuwibatu Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor, dengan hasil perolehan
nilai sebagai berikut:
1.
Nilai yang didapat oleh siswa pada
tes awal sebesar 52.05.
2.
Nilai tes siklus I 59.05. Ada
sedikit peningkatan sebesar 7.00%.
3.
Nilai tes pada siklus II sebesar
70.00 dan mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 10.95%.
Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran teknik mind map dapat meningkatkan kraetifitas siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam di MIS. Assholihiyah leuwibatu Kecamatan
Rumpin Kabupaten Bogor Peningkatan yang dialami siswa dari tes awal, tes siklus
I, sampai tes siklus II sebesar 17.95%.
B.
Saran-saran
Untuk menciptakan
belajar efektif dan menyenangkan, selain faktor lingkungan, sarana, peralatan,
fasilitas, ruangan, kenyamanan, keamanan dan orang tua serta dukungan diri kita
sendiri, maka peran seorang guru di sekolah sangat penting, apalagi dalam
melakukan kreatifitas mind map.
[1]
N.K. Roestiyah. Masalah-masalah Ilmu Keguruan. (Jakarta: Bina Aksara,
1982), hlm. 45
[2]
Qonita Alya. Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pendidikan Dasar. (Jakarta:
Indah Jaya Adipratama, 2009). hlm : 751
[3] Wina
Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta:
Kencana Prena Media, 2006). hlm : 125
[4]
Uus Ruswandi dan Badrudin, Media
Pembelajaran. (Bandung: CV. Insan Mandiri, 2003). hlm. 2
[5] Trianto.
Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep,
Landasan. (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007). hlm.7
[6] Tony
Buzan. Buku Pintar Mind Maps. (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,2011).
hlm.12
[7] Ibid.
hlm.12
[8] Ibid.
hlm.30
[9] Bobbi
DePorter, dan Mike Hernacki, Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman
dan Menyenangkan, (Bandung: Penerbit Kaifa, 1999), hlm. 152
[10] Bobby
De Porter dan Mike Hernarcki. Quantum Learning. (Bandung : Kaifa, 2011).
hlm.152
[11] Iwan
Sugiarto. Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berfikir. (Jakarta:
Gramedia, 2004). hlm.76
[12] De
Porter. Op.Cit.hlm.152
[13] Bobbi
DePorter, dan Mike Hernacki, Op.Cit, hlm. 160
[14] Buzan.
Loc.Cit. hlm.6
[15] Buzan.
Op.Cit. hlm.6
[16] Colin
Rose dan Malcolm J. Accelered Learning. (Bandung : Nusantara, 2006).
hlm.77
[17] Tony
Buzan.. Use Both Sides of Your Brain. (Surabaya : Ikon, 2003). hlm.122
[18] Mel
Sibermen Pengantar Komaruddin Hidayat. Active Learning 101 Strategi
Pembelajaran Aktif. (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009). hlm.187
[19] Ibid.hlm.189
[20]
Sutanto Windura. Be An Absolute Genius Panduan Praktis Learn How To Learn
Sesuai Cara Kerja Alami Otak . (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2008).
hlm.69
[21] Ibid.
hlm.70
[22] Ibid.
hlm.70
[23]
Qonita Alya. Kamus Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Dasar.(Jakarta: PT.
Indahjaya Adipratama, 2009). hlm.382
[24]
D. Deni Koswara. Bagaimana Menjadi Guru Kreatif. (Bandung: PT. Pribumi
Mekar, 2008). hlm.40
[25] Ibid.
hlm.40
[26] Conny Semiawan, R. Perkembangan dan
Belajar Peserta Didik. (Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1999). hlm.89
[27] Utami Munandar. Mengembangkan Bakat dan
Kreativitas Anak Sekolah. (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia,1999). hlm.12
[28] Ibid. hlm.12
[29] Conny Semiawan, Dkk. Memupuk Bakat dan Kreativitas
Siswa di Sekolah Menengah, (Jakarta: Graha Media, 1990) . hlm.7
[31] Conny Semiawan, R. Perkembangan dan
Belajar Peserta Didik. (Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1999). hlm.37-38
[32]
Koswara. Op. Cit. hlm.43
[33] Munandar. Op. Cit. hlm.12
[34] Moh.
Uzer Usman dan Lilis Setiawati. Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar,
(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1998). hlm.11
[35] Mohammad
Asrori. Psikologi Pembelajaran, (Bandung : CV Wacana Prima, 2009).
hlm.73
[36]
Koswara. Loc. Cit. hlm.50
[37]
Ahmad Tafsir. Metodologi Pengajaran Agama Islam. (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1997). hlm.84
[38]
Tim Penyusun Revisi Pedoman Penulisan Skripsi FITK, Pedoman Penulisan Skripsi. (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah,
2011). hlm.48
[39] Ibid. h.48
[40]
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian
Ilmiah Dasar, Metode Teknik. (Bandung: Tarsito,1985) h. 131
[41] Maifalinda
Fatra. Bahan Ajar PLPG. Penelitian
Tindakan Kelas. (Jakarta: FITK. UIN Syarif Hidayatullah.2010). Cet
Ke-1.h.79
[42] Suharsimi
Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas.
(Jakarta: : PT Bumi Aksara.2006).h. 56
[43] Suharsimi
Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas.
(Jakarta: : PT Bumi Aksara.2006).h. 6
[44] Penulisan
Skripsi FITK, Op. Cit.hlm.57
No comments:
Post a Comment