Tuesday, October 21, 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI BELAJAR CRITICAL INCIDENT AN PENGARUHNYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA



IMPLEMENTASI STRATEGI BELAJAR CRITICAL INCIDENT
DAN PENGARUHNYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
Oleh: Jawi"Marbawi"Al-Kurdy


Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu anak karena merekalah yang akan belajar. Anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak tersebut, sehingga pembelajaran benar-benar dapat merobah kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham serta dari yang berperilaku kurang baik menjadi baik. Kondisi riil anak seperti ini, selama ini kurang mendapat perhatian di kalangan pendidik.
Hal ini terlihat dari perhatian sebagian guru/pendidik yang cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan, tidak perorangan atau kelompok anak, sehingga perbedaan individual kurang mendapat perhatian. Gejala yang lain terlihat pada kenyataan banyaknya guru yang menggunakan stretegi pembelajaran yang cenderung sama setiap kali pertemuan di kelas berlangsung.
Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan anak didik ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti inilah yang pada umumnya terjadi pada pembelajaran konvensional. Konsekuensi dari pendekatan pembelajaran seperti ini adalah terjadinya kesenjangan yang nyata antara anak yang cerdas dan anak yang kurang cerdas dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti ini mengakibatkan tidak diperolehnya ketuntasan dalam belajar, sehingga sistem belajar tuntas terabaikan. Hal ini membuktikan terjadinya kegagalan dalam proses pembelajaran di sekolah. Menyadari kenyataan seperti ini para ahli berupaya untuk mencari dan merumuskan strategi yang dapat merangkul semua perbedaan yang dimiliki oleh anak didik. Strategi pembelajaran yang ditawarkan adalah strategi critical incident (pengalaman penting).
Pembelajaran critical incident (pengalaman penting) tampaknya telah menjadi pilihan utama dalam praktik pendidikan saat ini. Di Indonesia, gerakan pembelajaran aktif ini terasa semakin mengemuka bersamaan dengan upaya mereformasi pendidikan nasional, sekitar akhir tahun 90-an. Gerakan perubahan ini terus berlanjut hingga sekarang dan para guru terus menerus didorong untuk dapat menerapkan konsep pembelajaran aktif dalam setiap praktik pembelajaran siswanya. Beberapa kalangan berpendapat bahwa inti dari reformasi pendidikan ini justru terletak pada perubahan paradigma pembelajaran dari model pembelajaran pasif  ke model pembelajaran aktif.
Hasil belajar siswa atau prestasi belajar siswa akan diperoleh setelah siswa menempuh proses atau pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar (learning experience) merupakan suatu proses kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Proses kegiatan belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh alternatif strategi mengajar para guru. Strategi pembelajaran dapat ditetapkan oleh guru dengan memperhatikan tujuan dan materi pembelajaran. Pertimbangan pokok dalam menentukan metode pembelajaran terletak pada keefektifan proses pembelajaran. Tentu saja orientasi kita adalah kepada siswa belajar. Jadi, strategi pembelajaran yang digunakan pada dasarnya hanya berfungsi sebagai bimbingan agar siswa belajar. Sehubungan dengan hal tersebut strategi mengajar yang digunakan oleh guru hendaknya bervariasi sesuai dengan tujuan dan materi yang diajarkan. Dengan strategi yang bervariasi inilah siswa akan bersemangat dalam belajar secara inovatif dan kreatif. Strategi yang digunakan dalam interaksi belajar mengajar merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dan kelancaran proses pembelajaran.
Pembelajaran pada dasarnya membahas pertanyaan: apa, siapa, mengapa, bagaimana, dan seberapa baik tentang pembelajaran. Pertanyaan apa berkaitan dengan isi atau materi pembelajaran. Pertanyaan siapa berkaitan dengan guru dan siswa sebagai subjek dari kegiatan pembelajaran.[1] Bagaiamana kualifikasi, kompetensi, dan perilaku seorang guru yang lebih baik. Bagaimana cara memotivasi siswa untuk belajar. Bagaimana guru membangkitkan partisipasi siswa sehingga dapat mengembangkan potensi individunya secara optimal. Pertanyaan mengapa berkaitan dengan penyebab/alasan dilakukannya proses pembelajaran. Pertanyaan bagaimana berkaitan dengan proses pembelajaran yang lebih baik. Bagaimana guru menciptakan proses pembelajaran yang relevan dengan kehidupan siswa di masa kini dan masa mendatang. Bagaimana strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang dapat membantu siswa belajar lebih baik. Pertanyaan seberapa baik berkaitan dengan proses pembelajaran, yaitu sejauh mana guru mengajar dan siswa belajar. Seberapa mampu guru merencanakan dan mengimplementasikan proses pembelajaran di kelas dan mendapat umpan baliknya berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran.
Upaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan belajar siswa diantaranya dapat dilakukan melalui upaya memperbaiki proses pembelajaran. Dalam perbaikan proses pembelajaran ini peranan guru sangat penting, yaitu menetapkan strategi pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran dapat ditentukan oleh guru dengan memperhatikan tujuan-tujuan materi pembelajaran. Pertimbangan pokok dalam menentukan strategi pembelajaran terletak pada keefektifan proses pembelajaran.

Definisi Strategi Belajar Critical Incident
Strategi pembelajaran pada dasarnya adalah suatu siasat yang digunakan guru untuk mengantarkan materi kepada peserta didik dengan tujuan materi yang akan disampaikan akan mudah diterima, dipahami dan akan terus melekat pada peserta didik. Untuk mewujudkanya, maka proses belajar mengajar hendaknya lebih mengajak siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dan lingkunganya.[2] Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan peserta didik.[3]
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli mengenai belajar, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam kegiatan yang bernilai edukatif, antara guru dengan peserta didik.
Agar kegiatan belajar mengajar lebih optimal serta dapat melibatkan siswa berperan aktif didalamnya maka seorang guru perlu menggunakan strategi yang tepat dalam setiap proses pembelajaran.
Banyak pendapat para ahli yang mendefinisikan strategi belajar mengajar dengan berbagai istilah dan pengertian yang berbeda seperti pendapat T Rakajoni, yang dikutip oleh Sunhaji: “Strategi belajar mengajar sebagai pola umum pembuatan guru-murid di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajajar”.[4]
Joyce dan Weill mengatakan bahwa strategi belajar mengajar sebagai model-model mengajar. Strategi Pembelajaran diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru-anak didik dalam perwujudan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.[5] Strategi belajar-mengajar adalah pola umum perbuatan guru-murid di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Pengertian Strategi dalam hal ini menunjuk pada karakteristik abstrak dari rentetan perbuatan guru-murid dalam peristiwa belajar mengajar.[6]
Dari pengertian beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan yang menggunakan teknik atau cara dalam interaksinya dengan peserta didik untuk mencapai  tujuan pembelajaran.

Langkah-langkah Strategi Belajar Critical Incident
Critical Incident Tecnic (CIT) atau pengalaman penting adalah satu cara yang digunakan untuk mengumpulkan pengamatan langsung perilaku manusia secara kritis dan prosedural yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.[7] Pengamatan ini kemudian disimpan melacak sebagai insiden, yang kemudian digunakan untuk memecahkan masalah praktis dan mengembangkan prinsip-prinsip psikologis secara luas. Sesuatu kritik insiden dapat digambarkan sebagai salah satu hal yang memberi kontribusi positif maupun negatif yang signifikan terhadap  aktivitas atau fenomena. Insiden kritis dapat dikumpulkan dalam berbagai cara, tetapi biasanya responden diminta untuk bercerita tentang pengalaman yang mereka miliki. Menurut Wina Sanjaya: Critical Incident Tecnic (CIT) adalah cara fleksibel yang biasanya bergantung pada lima hal penting, yaitu:
1.         Menentukan dan mengkaji kejadian.
2.         Pencarian fakta, yang melibatkan pengumpulan rincian insiden dari para peserta.
3.         Mengidentifikasi isu-isu.
4.         Membuat cara untuk menyelesaikan masalah berdasarkan solusi berbagai kemungkinan.
5.         Evaluasi, yang akan menentukan apakah solusi yang terpilih akan menyelesaikan akar penyebab situasi dan tidak akan menyebabkan masalah lebih lanjut. [8]
Teknik Critical Incident (CIT), dalam pembelajaran sangat cocok disinergikan pada stategi pembelajaran kontektual (CTL) dengan metode tanya jawab dan diskusi. Dalam pembelajaran fiqih cocok digunakan pada materi-materi yang bersifat pemahaman yang berhubungan dengan realita sosial, seperti memahami tentang ibadah sholat fardhu.
Strategi ini digunakan untuk memulai pelajaran. Tujuan dari penggunaan strategi ini adalah untuk melibatkan siswa sejak awal dengan melihat pengalaman mereka. Adapun langkah-langkah untuk melaksanakan stretegi pembelajaran Critical Incident, sebagaimana  dikutip oleh Wina Sanjaya:
1.         Sampaikan kepada siswa topik atau materi yang akan dipelajari dalam pertemuan.
2.         Beri kesempatan beberapa menit kepada siswa untuk mengingat-ingat pengalaman mereka yang tidak terlupakan berkaitan dengan materi yang ada.
3.         Tanyakan pengalaman yang tidak terlupakan menurut mereka.
4.         Sampaikan materi pelajaran dengan mengaitkan pengalaman-pengalaman siswa dengan materi yang akan disampaikan.[9]

Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia ingin menerima pengalaman belajar atau yang optimal yang dapat dicapai dari kegiatan belajar di sekolah untuk pelajaran. Hasil belajar seperti yang dijelaskan oleh Poerwadarminta adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan). Pengertian hasil belajar menurut pendapat Mochtar Buchari adalah hasil yang dicapai atau ditonjolkan oleh anak sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka atau huruf serta tindakannya yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai masing-masing anak dalam periode tertentu. [10]  
Nasution berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan anak didik berdasarkan hasil dari pengalaman atau pelajaran setelah mengikuti program belajar secara periodik.[11] Dengan selesainya proses belajar mengajar pada umumnya dilanjutkan dengan melakukan evaluasi. Evaluasi ini mengandung maksud untuk mengetahui kemajuan belajar atau penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan oleh guru.
Dari hasil evaluasi ini akan dapat diketahui hasil belajar siswa yang biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka. Dengan demikian hasil belajar merupakan suatu nilai yang menunjukkan hasil belajar dari aktifitas yang berlangsung dalam interaksi aktif sebagai perubahan dalam pengetahuan, pemahaman keterampilan dan nilai sikap menurut kemampuan anak dalam perubahan baru. Dalam proses belajar mengajar anak didik merupakan masalah utama karena anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang diprogramkan di dalam kurikulum.
Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.[12] Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif ialah kompetensi siswa yang bermuara di kepala atau disebut pemahaman siswa dalam memahami materi pelajaran, dan ranah afektif ialah kompetensi siswa yang bermuara di hati atau disebut sikap siswa, sedangkan psikomotor ialah kompetensi siswa yang bermuara di tangan atau disebut keterampilan siswa dalam melaksanakan dan menjalankan materi pelajaran yang sudah dipahami. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.
Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.[13]
Berdasarkan pengertian tentang hasil belajar maupun faktor-faktor yang mempengaruhinya maka harus diperhatikan faktor-faktor tersebut supaya berpengaruh dan menguntungkan bagi pembelajaran sehingga hasil belajar sebagai suatu hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan baik berupa angka atau huruf dapat meningkat

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto adalah: Faktor-faktor intern yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. Faktor-faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. [14] Dari uraian menurut Slameto tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah: 
Pertama, faktor-faktor intern yang meliputi:  Faktor jasmaniah (faktor kesehatan, cacat tubuh). Faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan, faktor kelelahan).
Kedua, faktor-faktor ekstern yang meliputi: Faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan). Faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah).
Ketiga, Faktor masyarakat yang meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergauldan bentuk kehidupan masyarakat.

 Demikian artikel ini disusun semoga memberikan manfaat bagi guru dalam memodifikasi sekaligus menerapkan berbagai metode pembelajaran khususnya pada implementasi strategi belajar critical incident dan pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan yang lebih matang dalam bidang pengajaran dan menambah wawasan dalam bidang penelitian, sehingga dapat dijadikan sebagai latihan dan pengembangan teknik-teknik yang baik khususnya dalam membuat karya tulis ilmiah, juga sebagai kontribusi nyata bagi dunia pendidikan.


[1] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 250
[2] Oemar Hamalik. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. (Bandung : Tarsito. 1991).hlm.4
[3] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar-Edisi Revisi. (Jakarta: PT Rineka Cipta. 2002).hlm.1
[4] Hamalik. Ibid. hlm.6
[5] Djamarah. Ibid.hlm.5
[6]Hasibuan, J.J & Moedjiono. Proses Belajar Mengajar. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 1986).hlm.3
[7] Ibid. h.25
[8] Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran. (Jakarta : Kencana. 2007). hlm.23
[9] Ibid. hlm.25
[10] Mochtar Buchari. Dasar-dasar Kependidikan. Bandung : Tarsito, 1986).h.94
[11] Nasution. Psikologi Pengajaran Nasional. (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1972).h.45
[12] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 250-251
[13] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Bumi Aksara, 2006), h. 30
[14] Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. (Jakarta : PT Rineka Cipta. 2003). Hal : 54-72

No comments:

Post a Comment