IMPLEMENTASI
STRATEGI BELAJAR CRITICAL INCIDENT
DAN PENGARUHNYA TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA
Oleh: Jawi"Marbawi"Al-Kurdy
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk
mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh
tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya
memperhatikan kondisi individu anak karena merekalah yang akan belajar. Anak
didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan
masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran
hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak tersebut, sehingga
pembelajaran benar-benar dapat merobah kondisi anak dari yang tidak tahu
menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham serta dari yang berperilaku
kurang baik menjadi baik. Kondisi riil anak seperti ini, selama ini kurang
mendapat perhatian di kalangan pendidik.
Hal ini terlihat dari perhatian sebagian guru/pendidik
yang cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan, tidak perorangan atau
kelompok anak, sehingga perbedaan individual kurang mendapat perhatian. Gejala
yang lain terlihat pada kenyataan banyaknya guru yang menggunakan stretegi
pembelajaran yang cenderung sama setiap kali pertemuan di kelas berlangsung.
Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan
individual anak dan didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat
mengantarkan anak didik ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti
inilah yang pada umumnya terjadi pada pembelajaran konvensional. Konsekuensi
dari pendekatan pembelajaran seperti ini adalah terjadinya kesenjangan yang
nyata antara anak yang cerdas dan anak yang kurang cerdas dalam pencapaian
tujuan pembelajaran. Kondisi seperti ini mengakibatkan tidak diperolehnya
ketuntasan dalam belajar, sehingga sistem belajar tuntas terabaikan. Hal ini
membuktikan terjadinya kegagalan dalam proses pembelajaran di sekolah.
Menyadari kenyataan seperti ini para ahli berupaya untuk mencari dan merumuskan
strategi yang dapat merangkul semua perbedaan yang dimiliki oleh anak didik. Strategi
pembelajaran yang ditawarkan adalah strategi
critical incident (pengalaman
penting).
Pembelajaran critical incident (pengalaman penting) tampaknya telah
menjadi pilihan utama dalam praktik pendidikan saat ini. Di Indonesia, gerakan
pembelajaran aktif ini terasa semakin mengemuka bersamaan dengan upaya
mereformasi pendidikan nasional, sekitar akhir tahun 90-an. Gerakan perubahan
ini terus berlanjut hingga sekarang dan para guru terus menerus didorong untuk
dapat menerapkan konsep pembelajaran aktif dalam setiap praktik pembelajaran
siswanya. Beberapa kalangan berpendapat bahwa inti dari reformasi pendidikan
ini justru terletak pada perubahan paradigma pembelajaran dari model
pembelajaran pasif ke model pembelajaran
aktif.
Hasil belajar siswa atau prestasi belajar siswa akan diperoleh setelah
siswa menempuh proses atau pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar (learning experience) merupakan suatu
proses kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Proses kegiatan
belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh alternatif strategi mengajar para guru.
Strategi pembelajaran dapat ditetapkan oleh guru dengan memperhatikan tujuan
dan materi pembelajaran. Pertimbangan pokok dalam menentukan metode
pembelajaran terletak pada keefektifan proses pembelajaran. Tentu saja
orientasi kita adalah kepada siswa belajar. Jadi, strategi pembelajaran yang
digunakan pada dasarnya hanya berfungsi sebagai bimbingan agar siswa belajar.
Sehubungan dengan hal tersebut strategi mengajar yang digunakan oleh guru
hendaknya bervariasi sesuai dengan tujuan dan materi yang diajarkan. Dengan
strategi yang bervariasi inilah siswa akan bersemangat dalam belajar secara
inovatif dan kreatif. Strategi yang digunakan dalam interaksi belajar mengajar
merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dan kelancaran proses
pembelajaran.
Pembelajaran pada dasarnya membahas pertanyaan: apa, siapa, mengapa, bagaimana, dan seberapa baik tentang pembelajaran.
Pertanyaan apa berkaitan dengan isi
atau materi pembelajaran. Pertanyaan siapa
berkaitan dengan guru dan siswa sebagai subjek dari kegiatan pembelajaran.[1]
Bagaiamana kualifikasi, kompetensi, dan perilaku seorang guru yang lebih baik.
Bagaimana cara memotivasi siswa untuk belajar. Bagaimana guru membangkitkan
partisipasi siswa sehingga dapat mengembangkan potensi individunya secara
optimal. Pertanyaan mengapa berkaitan dengan penyebab/alasan dilakukannya
proses pembelajaran. Pertanyaan bagaimana berkaitan dengan proses pembelajaran
yang lebih baik. Bagaimana guru menciptakan proses pembelajaran yang relevan
dengan kehidupan siswa di masa kini dan masa mendatang. Bagaimana strategi,
metode, dan teknik pembelajaran yang dapat membantu siswa belajar lebih baik.
Pertanyaan seberapa baik berkaitan dengan proses pembelajaran, yaitu sejauh
mana guru mengajar dan siswa belajar. Seberapa mampu guru merencanakan dan
mengimplementasikan proses pembelajaran di kelas dan mendapat umpan baliknya
berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran.
Upaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan belajar siswa diantaranya
dapat dilakukan melalui upaya memperbaiki proses pembelajaran. Dalam perbaikan
proses pembelajaran ini peranan guru sangat penting, yaitu menetapkan strategi
pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran dapat ditentukan oleh guru
dengan memperhatikan tujuan-tujuan materi pembelajaran. Pertimbangan pokok
dalam menentukan strategi pembelajaran terletak pada keefektifan proses
pembelajaran.
Definisi Strategi Belajar Critical Incident
Strategi pembelajaran pada dasarnya adalah suatu siasat yang
digunakan guru untuk mengantarkan materi kepada peserta didik dengan tujuan
materi yang akan disampaikan akan mudah diterima, dipahami dan akan terus
melekat pada peserta didik. Untuk mewujudkanya, maka proses belajar mengajar
hendaknya lebih mengajak siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu
dan lingkunganya.[2] Belajar mengajar adalah
suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang
terjadi antara guru dengan peserta didik.[3]
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli
mengenai belajar, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku dalam kegiatan yang bernilai edukatif, antara guru
dengan peserta didik.
Agar kegiatan belajar mengajar lebih optimal serta dapat
melibatkan siswa berperan aktif didalamnya maka seorang guru perlu menggunakan
strategi yang tepat dalam setiap proses pembelajaran.
Banyak pendapat para ahli yang mendefinisikan strategi
belajar mengajar dengan berbagai istilah dan pengertian yang berbeda seperti
pendapat T Rakajoni, yang dikutip oleh Sunhaji: “Strategi belajar mengajar
sebagai pola umum pembuatan guru-murid di dalam perwujudan kegiatan belajar
mengajajar”.[4]
Joyce dan Weill mengatakan bahwa strategi belajar mengajar
sebagai model-model mengajar. Strategi Pembelajaran diartikan sebagai pola-pola
umum kegiatan guru-anak didik dalam perwujudan belajar mengajar untuk mencapai
tujuan yang telah digariskan.[5]
Strategi belajar-mengajar adalah pola umum perbuatan guru-murid di dalam
perwujudan kegiatan belajar mengajar. Pengertian Strategi dalam hal ini
menunjuk pada karakteristik abstrak dari rentetan perbuatan guru-murid dalam
peristiwa belajar mengajar.[6]
Dari pengertian beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan yang menggunakan teknik atau cara
dalam interaksinya dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Langkah-langkah Strategi Belajar Critical Incident
Critical
Incident Tecnic (CIT) atau pengalaman
penting adalah satu cara yang digunakan untuk
mengumpulkan pengamatan langsung perilaku manusia secara kritis
dan prosedural yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.[7] Pengamatan ini kemudian
disimpan melacak sebagai insiden, yang kemudian digunakan untuk memecahkan
masalah praktis dan mengembangkan prinsip-prinsip psikologis secara luas. Sesuatu kritik insiden dapat digambarkan
sebagai salah satu hal yang memberi kontribusi positif maupun negatif yang signifikan terhadap aktivitas atau fenomena. Insiden
kritis dapat dikumpulkan dalam berbagai cara, tetapi biasanya responden diminta
untuk bercerita tentang pengalaman yang mereka miliki. Menurut Wina Sanjaya: Critical Incident Tecnic (CIT) adalah cara fleksibel yang biasanya
bergantung pada lima hal penting, yaitu:
1.
Menentukan dan mengkaji
kejadian.
2.
Pencarian fakta, yang
melibatkan pengumpulan rincian insiden dari para peserta.
3.
Mengidentifikasi
isu-isu.
4.
Membuat cara untuk menyelesaikan masalah berdasarkan solusi berbagai kemungkinan.
5.
Evaluasi, yang akan
menentukan apakah solusi yang terpilih akan menyelesaikan akar penyebab situasi
dan tidak akan menyebabkan masalah lebih lanjut. [8]
Teknik
Critical Incident (CIT), dalam
pembelajaran sangat cocok disinergikan pada stategi pembelajaran kontektual
(CTL) dengan metode tanya jawab dan diskusi. Dalam pembelajaran fiqih cocok
digunakan pada materi-materi yang bersifat pemahaman yang berhubungan dengan
realita sosial, seperti memahami tentang ibadah sholat fardhu.
Strategi ini digunakan untuk
memulai pelajaran. Tujuan dari penggunaan strategi ini adalah untuk melibatkan
siswa sejak awal dengan melihat pengalaman mereka. Adapun langkah-langkah untuk
melaksanakan stretegi pembelajaran Critical Incident, sebagaimana dikutip oleh Wina
Sanjaya:
1.
Sampaikan kepada siswa
topik atau materi yang akan dipelajari dalam pertemuan.
2.
Beri kesempatan beberapa
menit kepada siswa untuk mengingat-ingat pengalaman mereka yang tidak
terlupakan berkaitan dengan materi yang ada.
3.
Tanyakan pengalaman yang tidak
terlupakan menurut mereka.
4.
Sampaikan materi pelajaran
dengan mengaitkan pengalaman-pengalaman siswa dengan materi yang akan
disampaikan.[9]
Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia ingin menerima pengalaman belajar atau yang optimal yang dapat
dicapai dari kegiatan belajar di sekolah untuk pelajaran. Hasil belajar seperti
yang dijelaskan oleh Poerwadarminta adalah hasil yang telah dicapai
(dilakukan). Pengertian hasil belajar menurut pendapat Mochtar Buchari adalah hasil
yang dicapai atau ditonjolkan oleh anak sebagai hasil belajarnya, baik berupa
angka atau huruf serta tindakannya yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai
masing-masing anak dalam periode tertentu. [10]
Nasution berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan
anak didik berdasarkan hasil dari pengalaman atau pelajaran setelah mengikuti
program belajar secara periodik.[11]
Dengan selesainya proses belajar mengajar pada umumnya dilanjutkan dengan melakukan
evaluasi. Evaluasi ini mengandung maksud untuk mengetahui kemajuan belajar atau
penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan oleh guru.
Dari hasil evaluasi ini akan dapat diketahui hasil
belajar siswa yang biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka. Dengan
demikian hasil belajar merupakan suatu nilai yang menunjukkan hasil belajar
dari aktifitas yang berlangsung dalam interaksi aktif sebagai perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman keterampilan dan nilai sikap menurut kemampuan anak
dalam perubahan baru. Dalam proses belajar mengajar anak didik merupakan
masalah utama karena anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh
materi pelajaran yang diprogramkan di dalam kurikulum.
Menurut Dimyati dan
Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu
sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.[12] Tingkat
perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif,
dan psikomotor. Ranah kognitif ialah kompetensi siswa yang bermuara di kepala
atau disebut pemahaman siswa dalam memahami materi pelajaran, dan ranah afektif
ialah kompetensi siswa yang bermuara di hati atau disebut sikap siswa,
sedangkan psikomotor ialah kompetensi siswa yang bermuara di tangan atau
disebut keterampilan siswa dalam melaksanakan dan menjalankan materi pelajaran
yang sudah dipahami. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat
terselesikannya bahan pelajaran.
Menurut Oemar Hamalik
hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan
tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan
dari tidak mengerti menjadi mengerti.[13]
Berdasarkan pengertian tentang hasil belajar maupun faktor-faktor yang
mempengaruhinya maka harus diperhatikan faktor-faktor tersebut supaya
berpengaruh dan menguntungkan bagi pembelajaran sehingga hasil belajar sebagai
suatu hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan baik
berupa angka atau huruf dapat meningkat
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil
Belajar
Faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua
golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah
faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor
ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar menurut Slameto adalah: Faktor-faktor intern yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. Faktor-faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapat
dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan
faktor masyarakat. [14] Dari
uraian menurut Slameto tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar adalah:
Pertama, faktor-faktor intern
yang meliputi: Faktor jasmaniah (faktor kesehatan, cacat tubuh). Faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan, faktor
kelelahan).
Kedua, faktor-faktor ekstern yang meliputi: Faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan). Faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat
pelajaran, waktu sekolah,
standar pelajaran di atas ukuran,
keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah).
Ketiga, Faktor masyarakat yang meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergauldan bentuk kehidupan masyarakat.
Demikian artikel ini disusun semoga memberikan manfaat bagi guru dalam
memodifikasi sekaligus menerapkan berbagai metode pembelajaran khususnya pada implementasi strategi belajar critical incident dan pengaruhnya
terhadap hasil belajar siswa. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan
yang lebih matang dalam bidang pengajaran dan menambah wawasan dalam bidang
penelitian, sehingga dapat dijadikan sebagai latihan dan pengembangan teknik-teknik
yang baik khususnya dalam membuat karya tulis ilmiah, juga sebagai kontribusi
nyata bagi dunia pendidikan.
[1]
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,
1999), h. 250
[2]
Oemar Hamalik. Metode Belajar dan
Kesulitan-kesulitan Belajar. (Bandung : Tarsito. 1991).hlm.4
[3]
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar-Edisi Revisi.
(Jakarta: PT Rineka Cipta. 2002).hlm.1
[4] Hamalik. Ibid. hlm.6
[5]
Djamarah. Ibid.hlm.5
[6]Hasibuan,
J.J & Moedjiono. Proses Belajar
Mengajar. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 1986).hlm.3
[7] Ibid. h.25
[8] Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran.
(Jakarta : Kencana. 2007). hlm.23
[9] Ibid. hlm.25
[10] Mochtar
Buchari. Dasar-dasar Kependidikan. Bandung : Tarsito, 1986).h.94
[11]
Nasution. Psikologi Pengajaran Nasional. (Bandung : Remaja Rosda Karya,
1972).h.45
[12]
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,
1999), h. 250-251
[13]
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Bumi Aksara, 2006), h.
30
[14] Slameto. Belajar
dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. (Jakarta : PT Rineka Cipta. 2003). Hal : 54-72
No comments:
Post a Comment