PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
A.
Judul Penelitian
Implementasi Metode Pembelajaran Kooperatif Model Numbered
Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Perilaku Terpuji Pada Peserta Didik
Kelas IV di MIS. Mathla’ul Anwar Cilambur Rumpin Bogor (Penelitian Tindakan
Kelas pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak).
B.
Latar Belakang Masalah
“Belajar mengajar merupakan suatu proses yang bernilai
edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan anak
didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan, diarahkan untuk mencaMata pelajaran Akidah Akhlak tujuan
tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan”.[1]
Suasana pengajaran yang menyenangkan dan asyik, membuat
peserta didik senang dan betah dalam belajar. Motivasi dan kreatifitas mereka
akan terpacu dalam berbagai mata pelajaran, termasuk pelajaran keagamaan
seperti halnya mata pelajaran Akidah Akhlak. Dengan konsep ini membuat Mata
Pelajaran Akidah Akhlak mudah dan menyenangkan. Salah satu cara untuk
membangkitkan aktivitas dan keterampilan peserta didik dalam proses
pembelajaran adalah dengan mengganti cara/model pembelajaran yang selama ini
kurang diminati oleh para peserta didik/peserta didik yang dilakukan hanya
dengan melalui metode ceramah dan tanya jawab, model pembelajaran ini membuat peserta
didik jenuh dan kurang kreatif, suasana belajar mengajar yang diharapkan adalah
menjadikan peserta didik sebagai subjek yang berupaya menggali sendiri,
memecahkan sendiri masalah-masalah dari suatu konsep yang dipelajari, sedangkan
guru lebih banyak bertindak sebagai motivator dan fasilitator, situasi belajar
yang diharapkan adalah peserta didik yang lebih banyak berperan (kreatif).
Dengan model pembelajaran yang sering dilakukan yaitu dengan
ceramah tidak dapat membangkitkan aktivitas peserta didik dalam belajar. Hal
ini tampak dari perilaku peserta didik yang cenderung hanya mendengar dan
mencatat penjelasan yang diberikan pendidik. Melihat kondisi ini, peneliti
berusaha memberikan model pembelajaran lain yaitu dengan model diskusi, peserta
didik dibagi atas 5 (lima) kelompok dengan beranggotakan 6 (enam) orang
perkelompok. Dari diskusi yang telah dilaksanakan, ternyata peserta didik masih
kurang mampu dalam mengemukakan pendapat, sebab kemampuan peserta didik masih
rendah. Dalam bekerja kelompok, hanya satu atau dua orang saja yang aktif,
sedangkan yang lainnya kurang aktif bahkan tidak aktif sama sekali atau pasif.
Dalam melaksanakan diskusi kelompok (diskusi), peneliti juga melihat diantara anggota
kelompok ada yang suka menunggu teman karena mereka beranggapan bahwa dalam
belajar kelompok (diskusi) tidak perlu semuanya bekerja. Karena tidak semua
anggota kelompok yang aktif, maka tanggung jawab dalam kelompok menjadi kurang,
bahkan dalam kerja kelompok (diskusi) peneliti juga menemukan ada diantara
anggota kelompok yang egois sehingga
tidak mau menerima pendapat teman.
Melihat kenyataan-kenyataan tersebut yang peneliti
temui pada sikap peserta didik di dalam proses pembelajaran tersebut di atas,
peneliti berpendapat bahwa aktivitas peserta didik di MIS. Mathla’ul Anwar
Cilambur dalam proses pembelajaran pada perilaku terpuji sangat kurang. Dalam
hal ini peserta didik MIS. Mathla’ul Anwar Cilambur masih jauh dari pengertian
aktivitas.
Berdasarkan pengamatan atau observasi pendahuluan yang
peneliti lakukan, ditemukan bahwa peserta didik MIS. Mathla’ul Anwar Cilambur
dalam melaksanakan diskusi kelas jarang sekali mengungkapkan pendapat,
mengajukan pertanyaan, apalagi mengajukan saran. Karena aktivitas peserta didik
yang rendah itu, hasil belajar pun menjadi rendah pula. Hal ini dapat diketahui
dari data hasil ulangan semester I peserta didik kelas IV Tahun 2013/2014,
memperoleh nilai yang tertinggi 7,8 dan nilai rata-rata 5,8. Rendahnya hasil
belajar peserta didik disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah
rendahnya perhatian peserta didik terhadap Mata Pelajaran Akidah Akhlak. Guru
sering memberikan pelajaran dalam bentuk ceramah dan tanya jawab, sehingga peserta
didik kurang terangsang untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif.
Peneliti berusaha mencari model pembelajaran lain, sehingga
pembelajaran lebih bermakna dan lebih berkualitas. Model pembelajaran yang akan
peneliti coba untuk melakukannya adalah model pembelajaran kooperatif Numbered
Heads Together (NHT) yang merupakan sebuah varian diskusi kelompok. Ciri
khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang peserta didik yang mewakili
kelompoknya, tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili
kelompok itu. Cara ini menjamin keterlibatan total semua peserta didik, cara
ini juga merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab
individual dalam diskusi kelompok.
Usaha untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik
memerlukan model pembelajaran yang tepat sehingga peserta didik dapat menguasai
kompetensi yang diharapkan. Dalam proses belajar mengajar, model pembelajaran
memiliki peran yang sangat penting untuk menunjang tercapainya tujuan
pembelajaran.
C.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakan masalah yang ditetapkan
pada pembelajaran perilaku terpuji, maka rumusan masalahnya adalah: Bagaimana implementasi
metode pembelajaran kooperatif model Numbered Heads Together (NHT) dalam
upaya meningkatkan perilaku terpuji peserta didik Kelas IV MIS. Mathla’ul Anwar
Cilambur Rumpin Bogor?
D.
Cara Pemecahan Masalah
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran NHT
dimulai dengan pembagian kelompok. Menurut Agus Suprijono, “pembelajaran ini
diawali dengan membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Pembagian kelompok
ini disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Misalnya ada sebuah kelas
yang terdiri dari 32 peserta didik. Maka dapat dibentuk 8 kelompok yang
masing-masing beranggotakan 4 peserta didik. Tiap-tiap peserta didik dalam
tiap-tiap kelompok diberi nomor 1-4”.[2] Setelah
pembagian kelompok dan penomoran selesai, guru memberikan pertanyaan pada
tiap-tiap kelompok. “Masing-masing kelompok berdiskusi untuk menjawab
pertanyaan dari guru. Hal ini disebut dengan heads together yang berarti
tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya berdiskusi memikirkan jawaban atas
pertanyaan guru”. [3]
Kemudian setelah berdiskusi, guru memanggil peserta
didik dengan nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok untuk mempresentasikan
jawabannya. “Hal itu terus dilakukan bergantian hingga semua peserta didik
mendapat kesempatan untuk mempresentasikan jawabannya. Menurut Agus Suprijono,
pengembangan pada diskusi dilakukan oleh guru agar peserta didik dapat memahami
materi secara keseluruhan”.[4]
Adapun pelaksanaan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) yaitu :
1.
Tahap Pendahuluan
Langkah - I : Penomoran (Numbering):
a.
Guru
membagi para peserta didik menjadi beberapa kelompok atau tim yang
beranggotakan 3-5 orang dan memberi mereka nomor, sehingga tiap peserta
didik dalam tim tersebut memiliki nomor yang berbeda.
b.
Menginformasikan materi yang akan
dibahas atau mengaitkan materi yang dibahas dengan materi yang lalu.
c.
Mengkomunikasikan tujuan
pembelajaran dan menjelaskan apa yang akan dilaksanakan.
d.
Memotivasi peserta didik, agar timbul rasa
ingin tahu (inquiring mind what to know) peserta didik tentang
konsep-konsep yang akan dipelajari.
2.
Kegiatan Inti
Langkah - II : Pengajuan Pertanyaan
a.
Menjelaskan materi secara sederhana.
b.
Mengajukan
suatu pertanyaan kepada peserta didik. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang
bersifat spesifik hingga yang bersifat umum,
Langkah - III : Berpikir Bersama (Head Together)
a.
Peserta didik memikirkan pertanyaan
yang diajukan oleh guru.
b.
Para
peserta didik berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap
orang mengetahui jawaban tersebut.
Langkah - IV : Pemberian Jawaban
a.
Guru
menyebutkan (memanggil)
suatu nomor dari salah satu kelompok secara acak.
b.
Peserta
didik dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan.
c.
Peserta didik menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, ditanggapi oleh kelompok lain.
d.
Jika jawaban dari hasil diskusi kelas
sudah dianggap betul peserta didik diberi kesempatan untuk mencatat dan apabila
jawaban masih salah, guru akan mengarahkan.
e.
Guru memberikan pujian kepada peserta
didik atau kelompok yang menjawab betul.
3.
Penutup
a.
Melakukan refleksi.
b.
Guru membimbing peserta didik
menyimpilkan materi.
c.
Peserta didik diberikan tugas untuk diselesaikan dirumah
dan mengerjakan kuis.
E.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang
hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah untuk memperoleh gambaran
yang nyata tentang implementasi
metode pembelajaran kooperatif model Numbered Heads Together (NHT) dalam
meningkatkan perilaku terpuji pada peserta didik Kelas IV di MIS. Mathla’ul
Anwar Cilambur Bogor.
F.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian, maka peneliti mengharapkan
dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.
Bagi Peserta didik
a.
Memberikan suasana pembelajaran
yang menyenangkan
b.
Memupuk pribadi peserta didik
aktif, kreatif dan terampil
c.
Memupuk rasa solidaritas dan rasa
tanggungjawab
2.
Bagi Guru
a.
Mengembangkan kemampuan guru dalam
proses belajar mengajar
b.
Menambah wawasan guru tentang cara
meningkatkan perilaku terpuji.
c.
Melatih guru agar lebih jeli dalam
memperhatikan kesulitan belajar peserta didik.
3.
Bagi Sekolah
a.
Melahirkan peserta didik-peserta
didik yang aktif, kreatif dan terampil dalam menghadapi permasalahan
dilingkungannya.
b.
Menambah koleksi perpustakaan bagi
sekolah.
4.
Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan yang lebih
matang dalam bidang pengajaran dan menambah wawasan dalam bidang penelitian,
sehingga dapat dijadikan sebagai latihan dan pengembangan teknik-teknik yang
baik khususnya dalam membuat karya tulis ilmiah, juga sebagai kontribusi nyata
bagi dunia pendidikan.
G.
Tinjauan Pustaka dan Hipotesis Tindakan
1.
Tinjauan Pustaka
a.
Pembelajaran Kooperatif Numbered
Heads Together (NHT)
Teknik belajar
mengajar Kepala Bernomor (Numbered Heads) dikembangkan oleh Spencer
Kagan. Teknik ini memberikan kesempatan pada
peserta didik untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan
jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong peserta didik
untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Teknik ini bisa digunakan untuk
semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Numbered Head Together (NHT) adalah merupakan
jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
murid dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. “Numbered
Head Together(NHT) adalah suatu pendekatan yang dikembangkan untuk
melibatkan lebih banyak murid dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu
pembelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut”.[5]
Numbered
Head Together (NHT) merupakan
suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Spencer Kagen untuk melibatkan banyak peserta didik dalam
memperoleh materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman
mereka terhadap isi pelajaran. [6] Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini
menghendaki “peserta didik
belajar saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh
penghargaan kooperatif dari pada penghargaan individual. Ada struktur yang
memiliki tujuan umum untuk meningkatkan penguasaan isi akademik dan ada pula
struktur yang tujuannnya untuk mengajarkan keterampilan sosial”.[7]
Pendapat seperti di atas juga di dukung oleh para ahli
yang lain seperti Muslimin yang mengemukakan bahwa: “Numbered Head Together
adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan sintaks: pengarahan,
buat kelompok heterogen dan tiap peserta didik memiliki nomor tertentu, berikan
persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tetapi untuk tiap peserta
didik tidak sama sesuai dengan nomor peserta didik, tiap peserta didik dengan
nomor yang sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja dalam kelompok,
presentasi kelompok dengan nomor peserta didik yang sama sesuai tugas
masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor
perkembangan tiap peserta didik, umumkan hasil kuis dan beri reward” [8]
Dari beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) adalah
suatu model pembelajaran berkelompok yang setiap anggota kelompoknya
bertanggung jawab atas tugas kelompoknya, sehingga tidak ada pemisahan antara peserta
didik yang satu dengan peserta didik yang lain dalam satu kelompok untuk saling
memberi dan menerima antara satu dengan yang lainnya.
Ada beberapa langkah yang dilakukan
dalam melaksanakan model pembelajaran
Numbered Heads Together
(NHT). Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran NHT dimulai
dengan pembagian kelompok. Menurut Agus Suprijono, “pembelajaran ini diawali
dengan membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Pembagian kelompok ini
disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Misalnya ada sebuah kelas yang
terdiri dari 32 peserta didik. Maka dapat dibentuk 8 kelompok yang
masing-masing beranggotakan 4 peserta didik. Tiap-tiap peserta didik dalam
tiap-tiap kelompok diberi nomor 1-4”.[9] Setelah
pembagian kelompok dan penomoran selesai, guru memberikan pertanyaan pada
tiap-tiap kelompok. “Masing-masing kelompok berdiskusi untuk menjawab
pertanyaan dari guru. Hal ini disebut dengan heads together yang berarti
tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya berdiskusi memikirkan jawaban atas
pertanyaan guru”. [10]
Secara sistematis langkah-langkah model pembelajaran Numbered Heads Together
(NHT) sebagaimana yang dikembangkan oleh Ibrahim menjadi enam langkah
sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan. Dalam tahap
ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran
(SP), Lembar Kerja Peserta didik (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok. Dalam
pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Guru membagi para peserta didik menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-6
orang peserta didik. Guru memberi nomor kepada setiap peserta didik dalam
kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Penomoran adalah hal yang utama di
dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok
atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi peserta didik
nomor sehingga setiap peserta didik dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda,
sesuai dengan jumlah peserta didik di dalam kelompok. Kelompok yang dibentuk
merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku,
jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok
digunakan nilai tes awal (pretest) sebagai dasar dalam menentukan
masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus
memiliki buku paket atau buku panduan. Dalam pembentukan kelompok, tiap
kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan peserta
didik dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah. Dalam
kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap peserta didik sebagai bahan
yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap peserta didik berpikir
bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban
dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan
oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang
bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota
atau pemberian jawaban. Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para peserta
didik dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan
menyiapkan jawaban kepada peserta didik di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan. Guru
bersama peserta didik menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan
dengan materi yang disajikan. [11]
b.
Perilaku Akhlak Terpuji
Pada Peserta Didik
Allah SWT,
menciptakan manusia melalui dua tahap, pertama menciptakan jasadnya dan kedua
meniupkan ruh kedalam jasad itu. Dengan tahapan ini, jadilah mansuia itu zat yang
terdiri dari “segenggam tanah dan setiup ruh”. Dan keduanya menjadi unsur utama
pembentuk perilaku terpuji kepribadian manusia yaitu unsur materi yaitu fisik
manusia dan unsur ruh yaitu hati dan jiwa manusia.
Firman Allah SWT:
#sÎ*sù ¼çmçG÷§qy
àM÷xÿtRur ÏmÏù
`ÏB ÓÇrr
(#qãès)sù ¼çms9
tûïÏÉf»y
Artinya: “Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan
kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud
kepadaNya".(QS. Shaad: 72)
Dari unsur ruh itu
Allah SWT menciptakan kecenderungan fitrah kepada ibadah yaitu kecenderungan
untuk bertuhan dan menyembah Tuhan. Sedangkan dari unsur fisik, Allah
menciptakan kecenderungan dan dorongan untuk bertindak dan bersikap. Allah
menjelaskan tentang unsur ruh ini (yang kemudian disebut dengan fitrah).
øÎ)ur xs{r&
y7/u .`ÏB
ûÓÍ_t/ tPy#uä
`ÏB óOÏdÍqßgàß
öNåktJÍhè öNèdypkôr&ur
#n?tã öNÍkŦàÿRr&
àMó¡s9r& öNä3În/tÎ/
( (#qä9$s% 4n?t/
¡ !$tRôÎgx© ¡
cr& (#qä9qà)s?
tPöqt ÏpyJ»uÉ)ø9$#
$¯RÎ) $¨Zà2
ô`tã #x»yd
tû,Î#Ïÿ»xî ÇÊÐËÈ ÷rr& (#þqä9qà)s?
!$oÿ©VÎ) x8sõ°r&
$tRät!$t/#uä `ÏB
ã@ö7s% $¨Zà2ur
ZpÍhè .`ÏiB
öNÏdÏ÷èt/ (
$uZä3Î=ökçJsùr& $oÿÏ3
@yèsù tbqè=ÏÜö7ßJø9$#
ÇÊÐÌÈ
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan
anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka
menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan Tuhan). Atau agar kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya
orang-orang tua Kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang Kami ini
adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka Apakah Engkau
akan membinasakan Kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?"
(QS. Al-A’raf: 172-173)
Yang dimaksud
“agar orang-orang musyrik itu jangan mengatakan bahwa bapak-bapak mereka dahulu
telah mempersekutukan Tuhan, sedang mereka tidak tahu menahu bahwa
mempersekutukan Tuhan itu salah, tak ada lagi jalan bagi mereka, hanyalah
meniru orang-orang tua mereka yang mempersekutukan Tuhan itu. karena itu mereka
menganggap bahwa mereka tidak patut disiksa karena kesalahan orang-orang tua mereka
itu.[12]
Proses penciptaan
manusia inilah yang menjadi dasar pokok pembentukan perilaku terpuji manusia
itu. Ketika pembentukan perilaku terpuji itu sesuai dengan jalan proses
penciptaannya, maka manusia mampu menunjukkan jatidirinya sebagai “Hamba Allah”.
Sebaliknya, ketika pembentukan perilaku terpuji itu bertolak belakang dengan
proses penciptaannya, maka manusia akan berrevolusi menjadi “hamba thogut”.
2.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan adalah “hasil kajian pustaka atau
proses rasional dari penelitian yang telah mempunyai kebenaran secara teoretik.
Dengan demikian hipotesis dapat dianggap sebagai jawaban sementara terhadap
masalah yang telah dirumuskan dalam suatu penelitian dan masih perlu diuji
kebenarannya dengan menggunakan data empiric”.
[13] Secara
sederhana peneliti merumuskan hipotesis bahwa: “Jika pembelajaran kooperatif model Numbered
Heads Together (NHT) diterapkan,
maka akan semakin meningkat perilaku terpuji pada peserta didik Kelas IV
di MIS. Mathla’ul Anwar Cilambur Rumpin Bogor”, atau “Semakin baik pembelajaran pembelajaran kooperatif model Numbered
Heads Together (NHT), maka semakin
tinggi pula perilaku terpuji pada peserta didik Kelas IV di MIS.
Mathla’ul Anwar Cilambur Bogor.
H.
Rencana Penelitian
1.
Setting Penelitian
Penelitian tindakan dilaksanakan di Kelas IV (Empat) yang
beralamat di Kp. Cilambur Desa Leuwibatu Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor.
Alasan peneliti mengambil tempat penelitian di MIS. Mathla’ul Anwar Cilambur
Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor adalah
:
a.
Tersedianya data yang diperlukan
peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian.
b.
Membangkitkan minat peserta didik
dalam mempelajari mata pelajaran akidah akhlak khususnya untuk peserta didik MIS.
Mathla’ul Anwar Cilambur Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor.
2.
Variabel
Variabel yang menjadi sasaran dalam rangka penelitian
tindakan kelas adalah pemahaman konsep peserta didik pada perilaku terpuji peserta didik Kelas IV MIS. Mathla’ul Anwar Cilambur Kecamatan
Rumpin Kabupaten Bogor melalui pembelajaran kooperatif model Numbered
Heads Together (NHT).
3.
Rencana Tindakan
a.
Perencanaan
Untuk mempermudah dalam memahami rencana tindakan
secara keseluruhan dan untuk memberikan panduan bagi penulis, maka penulis
perlu menampilkan model penelitian tindakan yang akan dilaksanakan, diadaptasi
dari model penelitian tindakan John Elliot. Tujuannya supaya terdapat
kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf didalam pelaksanaan aksi atau
proses belajar-mengajar[14].
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui 4 tahap
yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi yang
dilaksanakan dalam 2 siklus (tiap siklus dilakukan 2 kali tatap muka
/pertemuan).
b.
Implementasi Tindakan
Rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan langkah-langkah yang
telah dibuat yaitu proses kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT).
c.
Observasi dan Implementasi
Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap fenomena yang di selidiki pada perkembangan peserta didik
selama mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas ataupun dari hasil mengerjakan
ulangan/tugas yang telah diberikan oleh guru. Observasi dan catatan lapangan
ini meliputi kegiatan pengamatan terhadap suatu objek dengan menggunakan alat
indera. Lembar observasi digunakan untuk mengungkapkan aktivitas peserta didik
dalam belajar, dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Numbered
Heads Together (NHT) pada pembelajaran di kelas.
d.
Analisis dan Refleksi
Hasil yang
didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis, pada tahap ini
pengajar dapat merefleksi diri berdasarkan hasil observasi dan diskusi untuk
mengkaji apakah tindakan yang telah dilakukan dapat meningkatkan kemampuan
hasil belajar peserta didik melalui model pembelajaran kooperatif Numbered
Heads Together (NHT) pada mata pelajaran Akidah Akhlak.
4.
Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data primer dari subyek
yang diteliti yang bersumber dari hasil belajar peserta didik MIS. Mathla’ul Anwar Cilambur Kecamatan
Rumpin Kabupaten Bogor tahun pelajaran 2013/2014 selama proses
penelitian. Dalam rangka
menghimpun data untuk dijadikan suatu kesimpulan, maka metode penelitian
dilakukan dengan melalui catatan observasi dan hasil evaluasi yang dilakukan
sejak awal penelitian sampai dengan siklus terakhir.
Catatan observasi dipergunakan untuk mengetahui
peningkatan aktivitas peserta didik dan pemunculan keterampilan kooperatis peserta
didik, sedangkan evaluasi dilakukan untuk mengukur peningkatan hasil belajar peserta
didik.
5.
Indikator Kinerja
Indikator kinerja adalah sebagai tolok ukur
keberhasilan bagi peserta didik dalam rangka meningkatkan kemampuan hasil belajar peserta didik melalui
model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) pada materi perilaku terpuji di MIS. Mathla’ul Anwar Cilambur Kecamatan
Rumpin Kabupaten Bogor.
6.
Personalia Penelitian
a.
Ketua Peneliti
1)
Nama Lengkap : Marbawi,
S.Pd.I
2)
NIP : 19750315
200501 1003
3)
Jabatan : Guru
Kelas
4)
Waktu Penelitian : 15
jam/minggu
5)
Tugas :
a)
Bertanggung jawab atas kelancaran
pelaksanaan kegiatan
b)
Menyusun perencanaan proses
belajar mengajar melalui model
pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT)
c)
Terlibat dalam semua jenis kegiatan.
d)
Menyusun laporan.
b.
Anggota Peneliti (Teman Sejawat)
1)
Nama Lengkap : R.
Abdullah Hamidi, S.Pd.I
2)
NIP : -
3)
Jabatan : Guru
Kelas
4)
Waktu Penelitian : 15
jam/minggu
5)
Tugas :
a)
Menganalisis konsep yang ada di
silabus
b)
Menyusun perencanaan proses
belajar mengajar melalui model
pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT).
c)
Menyusun instrumen
7.
Jadwal Pelaksanaan
No
|
Jenis Kegiatan
|
Bulan Ke
|
1
|
Penyusunan Proposal
|
|
2
|
Analisis Pokok Bahasan
|
|
3
|
Pendesainan media media pembelajaran
yang digunakan
|
|
4
|
Pelaksanaan proses belajar mengajar
|
|
5
|
Evaluasi hasil belajar peserta didik
|
|
6
|
Evaluasi proses pembelajaran
|
|
7
|
Analisis hasil evaluasi
|
|
8
|
Seminar hasil penelitian
|
|
9
|
Penyusunan laporan
|
8.
Biaya yang Diusulkan
No
|
Uraian
|
(Rp)
|
1
|
Honor Pelaksana (2 org x Rp250.000)
|
500.000
|
2
|
Bahan habis pakai (ATk, Kertas, Tinta
Print)
|
250.000
|
3
|
Peralatan (Sewa Komputer, Note Book,
Infocus)
|
150.000
|
4
|
Perjalanan dinas/Transport ( 2 org x
Rp50.000)
|
100.000
|
5
|
Cadangan operasional/lain-lain
(Fotocopy, Jilid)
|
100.000
|
Jumlah Biaya
|
1.000.000
|
I.
Daftar Pustaka
Djamarah, Syaiful Bahri dan
Zain, Aswan, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Ibrahim, dkk, Pembelajaran
Kooperatif, Surabaya: Surabaya
University Press, 2000.
Muslimin, Pembelajaran Kooperatif. (Surabaya: Unesa University Press, 2000.
Suprijono, Agus, Cooperative
Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011.
Takari, R, Enjah, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PT.
Ganesindo, 2008.
Tim Penyusun Revisi Pedoman
Penulisan Skripsi FITK, Pedoman Penulisan
Skripsi, Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2011.
Trianto, Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-Progresif, Surabaya:
Prenada Media Group, 2009.
[1]
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar.
(Jakarta: Rineka Cipta,2010). Hlm: 1
[2] Agus
Suprijono. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. (Yogyakarta:
Pustaka Belajar,2011). hlm.92
[3] Ibid.
hlm.92
[4] Ibid.
hlm.92
[5] Trianto.
Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Surabaya: Prenada Media Group, 2009). hlm.82
[7] Ibid. hlm.25
[9] Agus
Suprijono. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. (Yogyakarta:
Pustaka Belajar,2011). hlm.92
[10] Ibid.
hlm.92
[11] Ibrohim.
Op. Cit. hlm.25
[12] Departemen
Agama RI. Al-Quran dan Terjemahnya
Al-Jumanatul ‘Ali. (Bandung: CV.Penerbit J-ART.2005). hlm l: 173
[13] Tim
Penyusun Revisi Pedoman Penulisan Skripsi FITK, Pedoman Penulisan Skripsi. (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah,
2011). hlm.48
[14]
Enjah Takari, R. Penelitian Tindakan
Kelas. (Bandung: PT. Ganesindo, 2008). Cet. Pertama.h.10
No comments:
Post a Comment