Monday, October 27, 2014

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW



PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
Oleh: Jawi”Marbawi”Al-Kurdy


Dari sekian banyak vareasi model pada pembelajaran kooperatif (cooperative learning), tapi yang paling banyak dikembangkan dalam pembelajaran kooperatif adalah tipe Jigsaw
 
a.            Pengertian Tipe Jigsaw
Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronsons. Model pembelajaran ini didesains untuk meningkatkan rasa tanggung jawab tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi juga harus siap memberikan materi pada kelompoknya. Sehingga kemampuan secara kognitif dan sosial siswa dapat berkembang. Pembelajaran model ini lebih meningkatkan kerja sama antar siswa kelas di bagi menjadi kelompok-kelompok belajar yang terdiri siswa yang bekerja sama dalam satu perencanaan kegiatan.
Untuk mengoptimalkan manfaat belajar kelompok, keanggotaan kelompok seyogyanya heterogen, baik dari segi kemampuannya maupun karakteristik lainnya. Dengan demikian cara yang efektif untuk menjamin heterogenitas kelompok ini adalah guru membuat kelompok-kelompok. Siswa dibagi atas 5 (lima) kelompok (tiap kelompok anggotanya 4-6 orang). Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya. Kelompok I (satu) mempelajari materi bilangan bulat, siswa yang lain dari kelompok satunya mempelajari tentang penjumlahan bilangan positif dengan positif, kelompok 3 (tiga) mempelajari materi tentang penjumlahan bilangan positif dengan bilangan negatif, kelompok 4 (empat) mempelajari materi tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan positif dengan negatif, kelompok 5 (lima) mempelajari materi tentang sifat-sifat penjumlahan: sifat komutatif (pertukaran), sifat pengelompokan (asosiatif), dan sifat penyebaran (distributif).
Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali kekelompoknya bertugas mengajar teman-temannya.
Dalam kelas jumlah siswa ada 30 siswa disesuaikan dengan kemampuan matematikanya dan sudah dirangking, kita bagi dalam 20% (rangking 1-6) kelompok sangat baik, 20% (rangking 7-12) kelompok baik 20% (rangking 13-18) kelompok sedang, 20% (19-24) kelompok rendah, 20% (25-30) kelompok sangat rendah.
Kemudian membaginya menjadi 5 (lima) grup (A-E) yang isi tiap-tiap grupnya heterogen dalam kemapuan matematika, berilah indeks 1 (satu) untuk siswa dalam kelompok sangat baik, indeks 2 (dua) untuk siswa dalam kelompok baik, indeks 3 (tiga) untuk siswa dalam kelompok sedang, indeks 4 (empat) untuk siswa dalam kelompok rendah, dan indeks 5 (lima) untuk siswa dalam kelompok sangat rendah. Dengan demikian setiap grup akan berisi:
Grup A (A1, A2, A3, A4, A5, A6)
Grup B (B1, B2, B3, B4, B5, B6)
Grup C (C1, C2, C3, C4, C5, C6)
Grup D (D1, D2, D3, D4, D5, D6)
Grup E (E1, E2, E3, E4, E5, E6)
Selanjutnya grup itu dipecah menjadi kelompok yang akan mempelajari materi yang akan diberikan dan dibina supaya jadi expert (ahli) berdasarkan indeksnya.
Kelompok 1 (A1, B1, C1, D1, E1)
Kelompok 2 (A2, B2, C2, D2, E2)
Kelompok 3 (A3, B3, C3, D3, E3)
Kelompok 4 (A4, B4, C4, D4, E4)
Kelompok 5 (A5, B5, C5, D5, E5)
Kelompok 6 (A6, B6, C6, D6, E6)
Tiap kelompok ini diberi konsep matematika (transformasi) sesuai dengan kemampuannya, dengan harapan setiap kelompok bias belajar dengan sebaik-baiknya sebelum kembali ke dalam grup sebagai tim ahli “expert”.
Dalam pelaksanaan diskusi kelompok ahli dalam grup, expertist (peserta didik ahli) dalam konsep tertentu ini, masing-masing kembali dalam grup semula. Pada fase ini kelima grup (1-5) memiliki ahli dalam konsep-konsep tertentu. Selanjutnya pendidik mempersilahkan anggota group untuk mempresentasikan keahliannya kepada grupnya masing-masing satu persatu. Proses ini diharapkan akan terjadi shearing pengetahuan antara mereka.
Dari pengertian di atas, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa diberi kesempatan untuk berkolaborasi dengan teman lain dalam bentuk diskusi kelompok memecahkan suatu permasalahan. Setiap kelompok memiliki kemampuan akademik yang heterogen beranggotakan 4-6 orang siswa sehingga terdapat siswa yang berkemampuan tinggi, berkemampuan sedang dan berkemampuan rendah.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Slevin “Penerapan jigsaw siswa dibagi berkelompok dengan 4-6 anggota kelompok belajar heterogen. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari, menguasai bagian tertentu bahan yang diberikan kemudian menjelaskan pada anggota kelompoknya. Dengan demikian terdapat rasa saling membutuhkan dan harus bekerjasmaa secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.[1]
Adapun tujuan dari jigsaw adalah mengembangkan kerja tim, mengembangkan keterampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi secara individual.

b.            Prinsip dan Fungsi
1)            Prinsip
a)            Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.
b)            Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua angota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok tetap siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.
c)            Kesempatan yang sama untuk sukses, bersama bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri
2)            Fungsi
Berdasarkan prinsip-prinsip di atas memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota sangat bernilai.

c.             Langkah-langkah Pelaksanaan Jigsaw
a)            Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4-6 orang
b)            Masing-masing kelompok mengirimkan satu orang wakil mereka untuk membahas topik, wakil ini disebut tim ahli.
c)            Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling membantu untuk menguasai topik tersebut.
d)           Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok masing-masing (kelompok asal), kemudian menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya.
e)            Guru memberikan tes individu pada akhir pembelejaran tentang materi yang telah didiskusikan.
Model jigsaw ini memiliki dua dampak sekaligus pada diri siswa, yakni dampak intruksional (instructional effecs) dan dampak sertaan (nuturance effecs). Dampak intruksional dilambangkan oleh anak panah, sedangkan dampak sertaan dilambangkan oleh anak panah garis putu-putus sebagai berikut:


 















Sumber http://eprints.uny.ac.id/5541/1/ISI.pdf

Dalam penerapan jigsaw, siswa dibagi berkelompok dengan lima atau enam anggota kelompok belajar heterogen. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari, menguasai bagian tertentu bahan yang diberikan kemudian menjelaskan pada anggota kelompoknya. Dengan demikian terdapat rasa saling membutuhkan dan harus bekerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Para anggota dari kelompok lain yang bertugas mendapat topik yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut kelompok ahli. Kemudian anggota tim ahli kembali ke kelompok asal dan mengajarkan apa yang telah dipelajarinya dan didiskusikan di dalam kelompok ahlinya untuk diajarkan kepada teman kelompoknya sendiri. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut:

Kelompok Asal


 








Kelompok Ahli
Gambar 4.2 Ilustrasi Kelompok Jigsaw

Dari langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe  jigsaw setiap siswa berkewajiban mempelajari materi yang ditugaskan kepada mereka secara bersama pada kelompok tim ahli, kemudian semua siswa harus menyampaikan materi yang sudah dipelajarinya dalam kelompok asal, sehingga siswa memperoleh pengalaman langsung. Tingkat aktivitas siswa pada kooperatif tipe jigsaw lebih tinggi karena semua siswa beradaptasi dan punya tanggung jawab baik individu maupun kelompok.
Pemberian tes individu pada siswa untuk mengetahui, apakah siswa sudah dapat memahami suatu materi. Dengan demikian, secara umum penyelenggaraan model jigsaw dalam proses pelajaran mengajar dapat menumbutuhkan tanggung jawab siswa sehingga terlihat langsung secara aktif dalam memahami suatu persoalan dan menyelesaikan secara kelompok.
Pada kegiatan ini keterlibatan guru dalam proses pembelajaran semakin berkurang dalam arti guru menjadi kegiatan kelas. Guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri serta menumbuhkan rasa tanggung jawab serta siswa akan merasa senang berdiskusi tentang matematika dalam kelompoknya. Mereka dapat berinteraksi dengan teman sebaya dan juga dengan gurunya sebagai pembimbing. Dalam pembelajaran tipe jigsaw, meskipun guru tetap mengendalikan aturan, ia tidak lagi menjadi pusat kegiatan kelas, tetapi siswalah yang menjadi kegiatan kelas. Motivasi teman sebaya dapat digunakan secara efektif di kelas untuk meningkatkan, baik pembelajaran kognitif siswa maupun pertumbuhan efektif siswa.
Sebagaimana yang dikemukakan Aronson, kelas dibagi menjadi suatu kelompok kecil yang heterogen yang diberi nama tim ahli (tim jigsaw) dan materi dibagi sebanyak kelompok menurut anggota timnya. Tiap-tiap tim  diberikan satu set materi yang lengkap dan masing-masing individu ditugaskan untuk memilih topik mereka. Kemudian siswa dipisahkan menjadi kelompok “ahli” atau “reka” yang terdiri dari seluruh siswa di kelas yang mempunyai sebagian informasi yang sama.[2]
Di grep ahli, siswa saling membantu mempelajari materi dan mempersiapkan untuk tim jigsaw. Setelah siswa mempelajari materi digrup ahli, kemudian mereka kembali ke tim jigsaw untuk mengajarkan materi tersebut kepada teman setim dan berusaha untuk mempelajari materi.
Model jigsaw dapat digunakan secara efektif ditiap level dimana siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman materi dan juga keterampilan kelompok. Melalui kooperatif siswa didorong untuk bekerja sama secara maksimal sesuai dengan keadaan kelompoknya. Kerjasama yang dimaksudkan setiap anggota kelompok harus saling membantu, oleh karena itu setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab peuh setiap kelompolknya.
Dalam pembelajaran kooperatif terdiri dari tiga perspektif (penghargaan)
1)            Perspektif inovasi
Artinya bahwa penghargaan yang dibeirkan kepada kelompok memungkinkan setiap anggta kelompok akan saling membantu. Dengan demikian keberhasilan setiap individu pada dasarnya adalah keberhasilan kelompok. Hal seperti ini akan mendorong setiap anggota kelompok untuk memperjuangkan anggota kelompoknya.
2)            Perpektif sosial
Artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan. Bekerja secara tim dengan mengevaluasi keberhasilan sendiri oleh kelompok merupakan iklim yang bagus, dimana setiap anggota kelompok menginginkan semuanya memperoleh keberhasilan.
3)            Perspektif kognitif dan elaborasi kognitif
Artinya bahwa dengan adanya interaksi antar anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk mengolah berbagai informasi elaborasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya. Kemampuan berasal dari kata mampu yang artinya sanggup dalam menyelesaikan tugas, cakap dan terampil. Kemampuan sendiri diartikan suatu kecakapan dan keterampilan untuk menyelesaikan tugas. Kemampuan Matematika adalah operasi-operasi dan prosedur-prosedur dalam matematika, yang masing merupakan suatu proses untuk mencari (memperoleh) hasil tertentu. Seperti kemampuan pada operasi penjumlahan adalah proses mencari jumlah dua bilangan.

d.            Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
1)            Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi posisif diantara siswa yang memiliki kemampuan belajar berbeda
2)            Menerapkan bimbingan sesama teman
3)            Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi
4)            Memperbaiki kehadiran dan keaktifan dalam keikutsertaan belajar
5)            Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar
6)            Sikap apatis berkurang
7)            Pemahaman materi lebih mendalam
8)            Meningkatkan motivasi belajar



[1] Trianto. Op. Cit. h. 73
[2] Isjoni. Loc. Cit. h. 35

No comments:

Post a Comment