Monday, October 27, 2014

PENGARUH MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK TERHADAP HASIL BELAJAR



 PENGARUH MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK TERHADAP HASIL BELAJAR
 Oleh: Jawi"Marbawi"Al-Kurdy


Setiap orang tua yang menyekolahkan anaknya menginginkan anaknya berHasil belajar yang baik. Namun untuk mencapai hal itu bukanlah suatu hal yang mudah dan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Karena keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain:Faktor internal, yaitu faktor yang timbul dari dalam diri anak itu sendiri, seperti kesehatan, mental, tingkat kecerdasan, minat dan sebagainya,dan faktor itu berwujud juga sebagai kebutuhan dari anak. Faktor eksternal, ialah faktor yang datang dari luar diri anak, seperti kebersihan rumah, udara, lingkungan, keluarga, masyarakat, teman, guru, media, sarana dan prasarana belajar.
Sudah disadari baik oleh guru, siswa dan orang tua bahwa dalam belajar di sekolah, inteligensi (kemampuan intelektual) memerankan peranan yang penting, khususnya berpengaruh kuat terhadap tinggi rendahnya Hasil belajar belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa, maka semakin besar peluangnya untuk berHasil belajar. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan inteligensi seorang siswa, maka semakin kecil peluangnya untuk memperolehHasil belajar.
MeAqidah Akhlakpun  peranan  inteligensi  sedemikian  besar  namun  perlu  diingatbahwa faktor-faktor lain pun tetap berpengaruh. Di antara faktor tersebut adalah Minat.Dalam hal ini minat merupakan landasan penting bagi seseorang untuk melakukan kegiatan dengan baik. Sebagai suatu aspek kejiwaan minat bukan saja dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang, tapi juga dapat mendorong orang untuk tetap melakukan dan memperoleh sesuatu. Hal itu sejalan dengan yang dikatakan oleh S. Nasution bahwa pelajaran akan berjalan lancar apabila adaminat. Anak-anak malas, tidak belajar, gagal karena tidak ada minat.[1]Dalam kegiatan belajar, minat mempunyai peranan yang sangat penting. Bila seorang siswa tidak memiliki minat dan perhatian yang besar terhadap objek yang dipelajari maka sulit diharapkan siswa tersebut akan tekun dan memperoleh hasil yang baik dari belajarnya. Sebaliknya, apabila siswa tersebut belajar dengan minat dan perhatian besar terhadap objek yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh lebih baik. Seperti yang diungkapkan oleh Usman Efendi dan Juhaya S Praja bahwa belajar dengan minat akan lebih baik daripada belajar tanpa minat”.[2]
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia ingin menerima pengalaman belajar atau yang optimal yang dapat dicapai dari kegiatan belajar di sekolah untuk pelajaran. Hasil belajar seperti yang dijelaskan oleh Poerwadarminta adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan). Pengertian hasil belajar menurut pendapat Mochtar Buchari adalah hasil yang dicapai atau ditonjolkan oleh anak sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka atau huruf serta tindakannya yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai masing-masing anak dalam periode tertentu.[3]
Nasution berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan anak didik berdasarkan hasil dari pengalaman atau pelajaran setelah mengikuti program belajar secara periodik.[4] Dengan selesainya proses belajar mengajar pada umumnya dilanjutkan dengan adanya suatu evaluasi. Dimana evaluasi ini mengandung maksud untuk mengetahui kemajuan belajar atau penguasaan siswa atau terhadap materi yang diberikan oleh guru. Dari hasil evaluasi ini akan dapat diketahui hasil belajar siswa yang biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka. Dengan demikian hasil belajar merupakan suatu nilai yang menunjukkan hasil belajar dari aktifitas yang berlangsung dalam interaksi aktif sebagai perubahan dalam pengetahuan, pemahaman keterampilan dan nilai sikap menurut kemampuan anak dalam perubahan baru. Dalam proses belajar mengajar anak didik merupakan masalah utama karena anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang diprogramkan didalam kurikulum.
Dari keterangan di atas, dapat dijelaskan bahwa siswa yang memiliki minat dengan siswa yang tidak memiliki minat dalam belajar akan terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut tampak jelas dengan ketekunan yang terus menerus. Siswa yang memiliki minat maka ia akan terus tekun ketika belajar. Sedangkan siswa yang tidak memiliki minat walau pun ia mau untuk belajar akan tetapi ia tidak terus untuk tekun dalam belajar.Begitu pula dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlak. Tinggi rendahnya minat belajar siswa dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak tentunya akan memberikan pengaruh terhadap hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa.
Mata pelajaran Aqidah Akhlak merupakan mata pelajaran yang materinya berisikan tentang ketauhidan dan keimanan kepada sang Kholiq serta akhlak terhadap semua makhluk, sehingga di sekolah guru sering terjebak menggunakan metode pengajaran yang digunakan lebih mengarah kepada metode ceramah atau bercerita saja. Padahal kedua metode tersebut dapat mendatangkan kebosanan siswa apabila guru yang memberikan materi tersebut tidak dapat menyesuaikan dengan kondisi atau keadaan siswa selain itu metode tersebut membuat siswa kurang kreatif menggunakan semua aspek kecerdasannya.
Karena itu jika terjadi kebosanan pada siswa maka akan berpengaruh kepada minat siswa untuk mengikuti proses belajar. Demikian juga pembelajaran Aqidah Akhlak yang seperti ini cukup kontekstual dari sisi kebutuhan siswa untuk belajar mengembangkan dirinya sementara belajar berangkat dari kebutuhan siswa akan mudah membangkitkan minat siswa terhadap mata pelajaran tersebut, sehingga mereka dapat meraih hasil yang lebih optimal ketika siswa merasa berminat untuk mengikuti pelajaran ini, tentunya hal ini akan memberikan dampak pada tinggi rendahnya hasil belajar  siswa di bidang mata pelajaran Aqidah Akhlak.



[1]S. Nasution, Didaktik Azas-Azas Mengajar, (Bandung; Jemmars, 1998) h. 58
[2]Usman Efendi dan Juhaya S Praja, Pengantar Psikologi, (Bandung: Angkasa, 1993) h. 122
[3] Mochtar Buchari. Dasar-dasar Kependidikan. Bandung : Tarsito, 1986).h.94
[4] Nasution. Psikologi Pengajaran Nasional. (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1972).h.45

No comments:

Post a Comment