PENGARUH MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK TERHADAP HASIL BELAJAR
Oleh: Jawi"Marbawi"Al-Kurdy
Setiap orang tua yang menyekolahkan
anaknya menginginkan anaknya berHasil belajar yang baik. Namun untuk mencapai
hal itu bukanlah suatu hal yang mudah dan tidak semudah membalikkan telapak
tangan. Karena keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor
antara lain:Faktor internal, yaitu faktor yang timbul dari dalam diri anak itu
sendiri, seperti kesehatan, mental, tingkat kecerdasan, minat dan
sebagainya,dan faktor itu berwujud juga sebagai kebutuhan dari anak. Faktor
eksternal, ialah faktor yang datang dari luar diri anak, seperti kebersihan
rumah, udara, lingkungan, keluarga, masyarakat, teman, guru, media, sarana dan
prasarana belajar.
Sudah disadari baik oleh guru, siswa
dan orang tua bahwa dalam belajar di sekolah, inteligensi (kemampuan
intelektual) memerankan peranan yang penting, khususnya berpengaruh kuat
terhadap tinggi rendahnya Hasil belajar belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi
kemampuan inteligensi seorang siswa, maka semakin besar peluangnya untuk berHasil
belajar. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan inteligensi seorang siswa, maka
semakin kecil peluangnya untuk memperolehHasil
belajar.
MeAqidah Akhlakpun peranan
inteligensi sedemikian besar
namun perlu diingatbahwa
faktor-faktor lain pun tetap berpengaruh. Di antara faktor tersebut adalah “Minat”.Dalam
hal ini minat merupakan landasan penting bagi seseorang untuk melakukan
kegiatan dengan baik. Sebagai suatu aspek kejiwaan minat bukan saja dapat
mempengaruhi tingkah laku seseorang, tapi juga dapat mendorong orang untuk
tetap melakukan dan memperoleh sesuatu. Hal itu sejalan dengan yang dikatakan
oleh S. Nasution bahwa pelajaran akan berjalan lancar apabila adaminat.
Anak-anak malas, tidak belajar, gagal karena tidak ada minat.[1]Dalam
kegiatan belajar, minat mempunyai peranan yang sangat penting. Bila seorang
siswa tidak memiliki minat dan perhatian yang besar terhadap objek yang
dipelajari maka sulit diharapkan siswa tersebut akan tekun dan memperoleh hasil
yang baik dari belajarnya. Sebaliknya, apabila siswa tersebut belajar dengan
minat dan perhatian besar terhadap objek yang dipelajari, maka hasil yang
diperoleh lebih baik. Seperti yang diungkapkan oleh Usman Efendi dan Juhaya S
Praja bahwa “belajar dengan minat akan lebih baik
daripada belajar tanpa minat”.[2]
Hasil
belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia ingin menerima
pengalaman belajar atau yang optimal yang dapat dicapai dari kegiatan belajar
di sekolah untuk pelajaran. Hasil belajar seperti yang dijelaskan oleh
Poerwadarminta adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan). Pengertian hasil
belajar menurut pendapat Mochtar Buchari adalah hasil yang dicapai atau
ditonjolkan oleh anak sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka atau huruf
serta tindakannya yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai masing-masing
anak dalam periode tertentu.[3]
Nasution
berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan anak didik berdasarkan hasil
dari pengalaman atau pelajaran setelah mengikuti program belajar secara
periodik.[4]
Dengan selesainya proses belajar mengajar pada umumnya dilanjutkan dengan
adanya suatu evaluasi. Dimana evaluasi ini mengandung maksud untuk mengetahui
kemajuan belajar atau penguasaan siswa atau terhadap materi yang diberikan oleh
guru. Dari hasil evaluasi ini akan dapat diketahui hasil belajar siswa yang
biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka. Dengan demikian hasil
belajar merupakan suatu nilai yang menunjukkan hasil belajar dari aktifitas
yang berlangsung dalam interaksi aktif sebagai perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman keterampilan dan nilai sikap menurut kemampuan anak dalam perubahan
baru. Dalam proses belajar mengajar anak didik merupakan masalah utama karena
anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang
diprogramkan didalam kurikulum.
Dari keterangan di atas, dapat
dijelaskan bahwa siswa yang memiliki minat dengan siswa yang tidak memiliki
minat dalam belajar akan terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut tampak jelas
dengan ketekunan yang terus menerus. Siswa yang memiliki minat maka ia akan
terus tekun ketika belajar.
Sedangkan siswa yang tidak memiliki
minat walau pun ia mau untuk belajar akan tetapi ia tidak terus untuk tekun
dalam belajar.Begitu pula dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran Aqidah
Akhlak. Tinggi rendahnya minat belajar siswa dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak
tentunya akan memberikan pengaruh terhadap hasil belajar yang akan dicapai oleh
siswa.
Mata pelajaran Aqidah Akhlak
merupakan mata pelajaran yang materinya berisikan tentang ketauhidan dan
keimanan kepada sang Kholiq serta akhlak terhadap semua makhluk, sehingga di
sekolah guru sering terjebak menggunakan metode pengajaran yang digunakan lebih
mengarah kepada metode ceramah atau bercerita saja. Padahal kedua metode
tersebut dapat mendatangkan kebosanan siswa apabila guru yang memberikan materi
tersebut tidak dapat menyesuaikan dengan kondisi atau keadaan siswa selain itu
metode tersebut membuat siswa kurang kreatif menggunakan semua aspek
kecerdasannya.
Karena itu jika terjadi kebosanan
pada siswa maka akan berpengaruh kepada minat siswa untuk mengikuti proses
belajar. Demikian juga pembelajaran Aqidah Akhlak yang seperti ini cukup kontekstual
dari sisi kebutuhan siswa untuk belajar mengembangkan dirinya sementara belajar
berangkat dari kebutuhan siswa akan mudah membangkitkan minat siswa terhadap
mata pelajaran tersebut, sehingga mereka dapat meraih hasil yang lebih optimal
ketika siswa merasa berminat untuk mengikuti pelajaran ini, tentunya hal ini
akan memberikan dampak pada tinggi rendahnya hasil belajar siswa di bidang mata pelajaran Aqidah Akhlak.
[1]S.
Nasution, Didaktik Azas-Azas Mengajar, (Bandung; Jemmars, 1998) h. 58
[2]Usman Efendi dan Juhaya S Praja, Pengantar Psikologi,
(Bandung: Angkasa, 1993) h. 122
[3] Mochtar Buchari. Dasar-dasar
Kependidikan. Bandung : Tarsito, 1986).h.94
[4] Nasution. Psikologi
Pengajaran Nasional. (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1972).h.45
No comments:
Post a Comment